Melihat foto ini , terlebih saat melihat anyaman bambu itu mengingatkan saya pada masa kecil saya. Apakah bunda² ada yg punya cerita horor di masa kecil? Ini kisah yg pernah saya alami, dan tentu saja sampai sekarang masih selalu saya ingat. Waktu itu alm bapak saya bekerja di Madiun kota, pulang seminggu sekali. Dan untuk mencari tambahan penghasilan, ibu saya membuat anyaman bambu yg nantinya dijual ke pasar pada pengrajin capil/topi yg dipake petani buat ke sawah itu.Nah suatu hari saya dan ibu saya berniat menjual anyaman kami, biasanya memang pasar buka jam 2 pagi sampe jam 6. Dan para pengrajin capil/topi itu akan membeli dengan harga lebih murah jika kita menjual anyamannya sudah agak siang misalnya jam 5 pagi. Jadi kebanyakan orang menjual anyaman pd jam 2 atau jam 3. Dan pada hari itu saya dan ibu saya bergegas menuju pasar yg jaraknya kurang lebih 1 km dr rumah kami. Kami ajak bareng aja bapak saya sekalian beliau brgkat ke tempat kerja. Maklum , kami pasti takut kalo hanya berdua, sementara untuk sampai ke pasar itu kami harus melewati jalanan sepi dan gelap yg pinggirnya hutan, dan juga ada makam, tidak dilewati kendaraan umum pula. Dan pada waktu itu memang masih sangat jarang yg memiliki kendaraan pribadi misalnya motor seperti jaman sekarang. Nah, tibalah kami di pasar, dan kami kaget ternyata hari itu pasar tutup. Tidak ada satupun orang. Akhirnya saya dan ibu saya berniat untuk pulang saja, sedangkan bapak saya langsung berangkat ke kota. Sebenarnya kami sempat ragu dan berniat menunggu agak siang aja, kan tentu saja jalanan sudah lumayan rame, pikir kami. Kami pun duduk di teras toko ujung jalan sebelum hutan tadi. Dan pada saat itu kami melihat seorang bapak² berjalan sendirian menuju jalan ke arah jalan hutan tadi. Pikir kami saat itu, waah ini bapak² kayaknya berjalan searah dgn arah ke kampung kami. Akhirnya kami putuskan saja untuk melanjutkan perjalanan. Kami berjalan tidak terlalu jauh dgn bapak² itu, hanya dgn penerangan cahaya rembulan dan lampu senter yg kami bawa. Dan ketika kami sampai di jalan sepi di tengah hutan tiba² saja bapak² yg kami ikuti itu menghilang. Saya sempat bertanya pada ibu saya, "kemana bapak yg tadi buk?, kata ibu saya, "ga tau nak, tiba² kok hilang". Dan entah kenapa senter yg kami bawa pun tiba² saja meredup. Kami langsung panik. Detak jantung saya pun berdegup kencang. Tanpa berpikir panjang, ibu saya langsung mengajak saya berjalan lebih cepat sambil terus memegang tangan saya erat². Sepanjang perjalanan kami hanya diam tanpa berbicara apapun. Sesampainya kami di jalan ujung kampung, kami akhirnya bernafas lega. Dan setibanya di rumah, ibu saya langsung berkata, "yg ibu pikirin tadi tuh kamu naak, kalo ibu sih udah tua, kalo sampe ada orang jahat atau terjadi apa², bagaimana dengan kamu nak?". Kalimat tersebut seakan masih terngiang di telinga saya sampai sekarang. Dan kejadian itu pun masih melekat erat dalam ingatan saya. #MasaKecilTAP
Read moreAnakku penyemangatku #ibujuara
Tepatnya bulan Mei tahun 2016. Kabar yg sangat menggembirakan ketika saya tahu bahwa saat itu saya sedang berbadan 2. Apalagi saat itu kira² baru sebulan usia pernikahan saya. Waktu itu saya masih bekerja disebuah perusahaan,dan kebetulan posisi saya sedang bagus²nya di tempat kerja tersebut. Sebulan berlalu saya masih tetep menjalankan rutinitas, bekerja seperti biasanya. Tp bulan berikutnya saya mengalami flek. Langsung saya ke dokter dan ternyata dokter bilang kandungan saya lemah,dan saya diharuskan bedrest. Yg saya pikirkan waktu itu antara pekerjaan dan kandungan. Setelah diskusi dgn suami akhirnya saya memutuskan untuk resign dan fokus menjaga kandungan. Kebetulan jg waktu itu ibu mertua di kampung meminta kami untuk pulang kampung saja dan menetap di sana. Akhirnya suamipun memutuskan resign juga dari kerjaan dgn niat ingin berbakti, mengurus ortu di kampung. Untuk saya pribadi, menjalani kehamilan dgn kondisi lemah kandungan bukan suatu yg mudah apalagi tinggal serumah bersama mertua. Dimana saya diharuskan bedrest oleh dokter, tp di satu sisi saya merasa canggung hrs berbaring sepanjang hari sedangkan saya tinggal di rumah mertua. Waktu itu kebetulan kakak ipar saya sedang hamil (kebetulan suami hanya 2 bersaudara dgn kakak perempuannya). Dan saya tahu kakak ipar saya hamilnya sehat tidak seperti saya, bahkan dia masih bisa bekerja. Sejak itulah saya mulai dibanding²kan dgn kakak ipar oleh mertua saya. Demi janin yg ada dlm rahim saya, saya berusaha sabar dgn ucapan ataupun sindiran² yg sering saya dengar. Saya habiskan waktu saya dgn mengaji ataupun sekedar wiridan di kamar. Ternyata makin hari keluarga suami makin tidak suka dgn kebiasaan saya yg sering menghabiskan waktu di kamar. Puncaknya suatu malam kakak ipar saya mengadu² ke ortu, entah apa yg dia adukan. Akhirnya kami sekelurga dikumpulkan, ada ayah dan ibu mertua, bibi dan om, ada kakak ipar dan suami, saya dan suami saya. Saat itu semua menunjuk² saya, menyalahkan saya. Dan yg paling menyedihkan suami sayapun ikut menyalahkan saya, yaah meskipun sesudah itu dia menangis dan meminta maaf pada saya. Saya hanya bisa menangis sejadi²nya, tanpa bisa menjawab sepatah katapun kalimat² yg ditujukan pada saya. Sedih rasanya, saya dgn kondisi lemah kandungan yg seharusnya jgn sampai stres justru saya diperlakukan seperti itu. Padahal yg saya butuhkan saat itu hanyalah pengertian, support dan dukungan dari keluarga, apalagi saya sendiri memang sudah tidak memiliki orang tua kandung, hanya ada kakak² kandung saya yg sudah menikah. Saya bedrest pun bukan keinginan saya. Tp diharuskan oleh dokter. Sejak saat itu saya benar² merasa stres pikiran, semua orang mendiamkan saya, bahkan waktunya makanpun hanya suami saya yg disuruh makan. Saya sering menahan lapar, dan tak jarang pula ketika saya lapar, suami sengaja keluar beli cemilan untuk saya. Dan akhirnya situasi seperti itu berdampak pd kehamilan saya. Sejak kejadian itu saya pendarahan hebat,dan sering dilarikan ke RS, bahkan kadang dengan menggunakan ambulans. Ternyata saya mengalami plasenta previa total. Mau tidak mau akhirnya saya tetap bedrest, bahkan pipis dan pup pun menggunakan pispot dibantu suami. sholat pun sambil berbaring di kasur. Bersyukur sekali suami saya dengan sabar mengurus saya. Tapi kondisi seperti itupun tidak lantas menyadarkan keluarga mertua saya. Justru ucapan² mereka semakin pedas. Yg katanya hamil saya aneh, keluarga mereka tidak ada keturunan hamil seperti ini. Sedih luar biasa yg saya rasakan waktu itu. Andai boleh memilih, saya pun ingin hamil sehat, normal seperti orang lain. Tp apa daya, saya hanya manusia biasa, mungkin ini adalah takdir yg hrs saya terima. Kondisi saya semakin lemah, dan pendarahan terulang lg. Akhinya di usia kandungan 34 minggu, dokter memutuskan untuk melakukan operasi secar. Akhirnya anak saya lahir prematur di usia 34 minggu , tp masih bersyukur karena terlahir dgn bb 2,9 kg. Ketika anak saya usia 3 bulan, dengan berbagai pertimbangan, saya dan suami memutuskan untuk merantau lagi meskipun harus tinggal di rumah kontrakan yg kecil,agar kami lebih bisa mandiri dan tidak ada lagi kesalahpahaman dgn ortu kami. Karena bagaimanapun mereka sudah menjadi orang tua saya. Dan saya tidak ingin menjadi penyebab durhakanya suami saya pd orang tuanya. InsyaAllah ketika suatu hr saya dan suami bisa memiliki rumah sendiri saya ingin mengajak mereka tinggal bersama kami. Kami ingin menurus dan merawat mereka. Tapi untuk saat ini saya tidak ingin menumpang hidup di rumah orang tua, demi kebaikan semuanya terlebih untuk pertumbuhan anak saya. Saya tidak ingin anak saya menyaksikan ketidakharmonisan hubungan saya dan kakek neneknya. Setiap rasa sakit hati saya, cukup saya yg merasakan. Untuk mengobati sakit hati saya, hanya satu yg bisa saya lakukan, membuktikan saya bisa mandiri dan membesarkan anak saya dgn sebaik²nya. Meskipun saat ini posisi saya yg memang hanya sebagai ibu rumah tangga dan mengandalkan penghasilan suami, masih sering jg dibahas dan diungkit² oleh mertua ketika berbicara ditelepon. Setidaknya saya bisa membuktikan saya bisa menjadi ibu yg baik untuk anak saya. Saya mengurus anak saya ful 24 jam, alhamdulillah terbayar, anak saya sekarang usia 4 tahun dia sudah lancar mengaji Al Quran, dan bacaan sholat sudah hafal semua, dan hafalan Al Quran sudah selesai juz 30 dan juz 29 4 surah lagi. Semoga anak saya bisa menjadi anak sholihah dan bisa menjadi hafidzah seperti cita² saya. Dan alhamdulillah saat ini Allah mempercayakan lagi untuk saya hamil anak ke 2. Usia kandungan saya sekarang 6 bulan. Minta doa kepada bunda² semua semoga kehamilan saya sehat dan normal sampai 9 bulan dan diberikan kelancaran saat persalinan. #ibujuara
Read more