Seorang Ibu profile icon
GoldGold

Seorang Ibu, Indonesia

Kontributor

About Seorang Ibu

Insha Allah Bayi Sehat dan Selamat. Aamiin

My Orders
Posts(62)
Replies(36)
Articles(0)

HIDUP AKAN LEBIH MUDAH, JIKA KAMU GOOD LOOKING.

Bun, Pernah gak sih ngerasakan dan membuktikan BEAUTY PRIVILEGE? Apakah bunda mengajarkan pada anak2 Bunda bahwa kecantikan fisik itu penting?? Apakah Bunda percaya bahwa dengan kecantikan, 50% masalah hidup sudah teratasi? Mungkin saya rada sombong, karena saya bisa mengatakan, saya pernah merasakan saat memiliki dan tidak memilikinya. Dan saya bisa mengonfirmasi bawah YA, Kecantikan membuat hidupmu lebih mudah. Saya gak bilang gak good looking bakal hidup susah, tapi untuk mencapai kemudahan itu, orang gak good looking harus bekerja lebih keras ketimbang yang good looking. Saya akui, waktu kecil saya gadis kecil yang cantik, saya sering mendengar ucapan itu dari orang-orang, Kulit saya putih banget, rambut saya hitam, tebal dan panjang, mata saya coklat dan Indah, pipi saya chubby imut, alis saya berbentuk seperti diukir, sekali lagi bukan saya yang kepedean, tapi begitu kata orang-orang, dan saya mengakuinya saat melihat foto2 masa kecil saya. Dari SD sampai SMP saya merasakan beauty privilege itu SANGAT NYATA. saya sering mendengar pujian dari orang dewasa dan teman2 cewek, saya jadi banyak teman, yang cowok seumuran bahkan yang dewasa banyak yang naksir. Kalau pulang kampung, keluarga selalu antusias menyambut kedatangan saya, mereka memuja muji saya karena tumbuh menjadi gadis yang semakin cantik. Entah kenapa, itu sangat berpengaruh pada nilai akademis saya juga, mungkin karena orang2 selalu optimis dengan saya, jadi saya juga Percaya Diri dan giat belajar sebagai pembuktian selain cantik, saya juga pintar. Karena cukup populer di sekolah, saya juga sering ditunjuk untuk event ini itu mewakili kelas dan sekolah. Saya bukan termasuk orang yang nyaman dipuji, malah merasa terbebani, tapi dengan pujian itu saya menjadi lebih semangat untuk mengejar prestasi, krn saya tipe org yg makin PD ketika orng juga percaya sama kemampuan saya. Tapi semakin dewasa kecantikan anak kecil sampai remaja tanggung itu mulai memudar. Dari mulai SMA, wajah saya ditumbuhi dengan jerawat yang sangat banyak, kulit wajah saya gak seputih dulu lagi karena terpapar sinar matahari dan polusi, badan saya juga mulai menggemuk. Di saat seperti itu, saya gak pintar merawat diri, dan malah memutuskan untuk berhijab, menutupi rambut indah saya, saat itu saya masih pake hijab asal2an bahkan kata tante saya jadi kayak ibu2, apalagi badan saya pendek dan berhenti tumbuh. Sebaliknya dengan saya, teman2 saya yang dulunya gak punya beauty privilege, mulai pintar merawat diri mereka, kulit mereka rata2 mulai cerah, rambut mereka stylenya cantik2, dan badan mereka juga tinggi2, alhasil, dibandingkan saya, mereka tumbuh menjadi gadis2 yang cantik. Adik saya adalah contoh nyata kebalikan dari saya, dia dulu kurus, ceking, hitam, bahkan kalau sama saya dikira teman2nya bukan saudara kandung, dulu dia sering dibully, karena paling kecil sendiri, tapi mulai dari SMA, dia sudah pintar merawat diri dan PD, dia jadi cantik dan kinclong banget sekarang, banyak yang naksir, banyak teman pula. Dari situ saya sadar, beauty privilege itu gak selalu alami dari lahir, justru jaman sekarang semuanya diusahakan, yang cantik dari lahir akan kalah dengan mereka yang pintar merawat diri. Saya benar2 merasakan perbedaan itu, bagaimana dunia memperlakukan saya sangat berbeda jauh saat saya cantik dan sudah tidak lagi, cowok yang naksir saya makin sedikit bahkan hampir gak ada, keluarga di kampung jadi biasa aja melihat saya, gak ada antusiasnya lagi, bahkan sering membully penampilan saya. Dan sebaliknya, itu juga berdampak ke prestasi dan nilai akademis saya, mungkin saya tipe orang yang bertindak sesuai ekspektasi orang2, karena fisik, saya jadi disepelekan, dan itu membuat kepercayaan diri saya jadi ikut anjlok juga. Saya jadi belajar seadanya, yang penting gak remedial, gak usah punya nilai bagus2 amat, toh saya gak penting ini. Itu juga ngaruh ke pergaulan saya, saya jadi minderan dan gak PD memperluas pergaulan, dan hanya mau bergaul dengan yang saya anggap setype saya. Hal itu terus berlanjut sampai saya kuliah dan dewasa, saya jadi tumbuh menjadi perempuan yang biasa2 saja dalam segala hal. Makin dewasa, idealisme saya makin tumbuh, saya jadi semakin gak mementingkan penampilan, dan walaupun saya pengen tampil lebih baik, saya bahkan gak tau caranya. Mungkin kalau saya berpenampilan menarik, saya akan mudah dapat pekerjaan kantoran dan dapat laki2 kaya, tapi karena penampilan saya begini, saya cuma bisa diterima jadi guru dan pengajar, mungkin bisa saja saya dapat laki2 yang lebih kaya, kalau saya aktif mendekati, tapi karena saya merasa saya perempuan yang biasa2 saja, jadi saya juga bisanya cuma menjangkau laki2 yang biasa2 saja. Begitulah pengaruh BEAUTY PRIVILEGE yang saya rasakan dan sangat berpengaruh pada hidup dan masa depan saya, terlepas dari itu, semuanya sudah digariskan Allah, tapi jika jadi orang seperti saya, yang bisa merasakan perbedaannya, pasti pengen punya anak yang good looking, agar dunia yang tidak adil ini bisa menerimanya dengan baik, dan hidupnya dipermudah, karena saya sudah membuktikan, 50% persoalan hidup akan selesai dengan beauty previlege. Bukan saya tidak menerima diri saya apa adanya, dari dulu saya sudah menerima saya apa adanya walaupun jatuhnya jadi lebih banyak tau diri, tapi sebagai seorang ibu dari anak perempuan, saya jadi lebih realistis, anak saya gak boleh seperti saya. Dia harus merawat dirinya, bukan untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri

Read more
undefined profile icon
Write a reply

LEBIH SAYANG MERTUA DARIPADA ORANG TUA KANDUNG, DOSA GAK SIH?

Sumpah, aku sama sekali gak relate sama orng yang jelek2in mertuanya atau mengeluh tentang mertuanya, aku gak ngerti bun karena mertuaku sebaik itu? 😭 Aku gak pengen banding2in sama orang tua kandungku, tapi tiap melihat perlakuan mertuaku yang penuh cinta dan keperdulian, aku selalu bertanya pada diriku sendiri, kenapa orang tuaku gak begini? kenapa? Orang2 mertuanya beban, mertuaku enggak bun, malah mereka yg suka ngasi, aku yang gak enak, bingung nanti balasnya gimana, apalagi bapak mertua sudah pensiun, kalau beliin apa2 pake uang pensiun itu suka kepikiran, takut habis, sekarang malah bapak mertua cuma kerja OJOL, tapi mereka tetap aja g ngebebanin anak, malah sering beliin cucunya apa2. Kalau dikasi uangpun, malah dibalikin dalam bentuk lain, misal kami kasi THR malah dibikinin kue bertoples2 dan dikasi baju seragam, bingung gak bun balas kebaikannya 😭 Beda banget sama orang tuaku yang apa2 harus beli sendiri, justru aku yang harus keluarin uang buat mereka dan adik2, bahkan sering disuruh ngasi keluarga non inti kayak tante-tante. aku disuruh kerja terus biar bisa ngasi mereka uang padahal anakku masih kecil dan suamiku g ngizinin. Aku tau, orang tuaku begitu bukan krena mreka gak sayang, tapi karena aku 7 saudara, aku anak pertama, jadi harapan mereka besar ke aku, aku selalu dituntut tanggung jawab walaupun sudah nikah dan punya anak, karena mereka merasa sudah kuliahin aku sampai sarjana. Beda sama mertuaku yang cuma punya anak 2, anak2nya benar2 diperhatikan, gak dibebani, justru kalau lagi ada malah dikasi terus 😭 Alhamdulillah Allah maha Adil. Tapi jujur, dalam hatiku, aku selalu terharu sama bentuk kasih sayang kedua mertuaku, sementara yang aku ingat dari ortuku sering kali hal2 menyakitkan 😭 Contoh lebaran kemaren, aku beliin bapakku gamis gitu, harganya 350rb, dan kuanggap itu sudah lumayan mahal, kainnya juga bagus, tapi sama bapakku dikatain murahan, malah dibandingin sama pemberian adikku 😭aku dikatain gak boleh sombong cuma karena beliin dia gamis doang. Dalam hati, kenapa aku gak beliin mertuaku aja sih? dia pasti menghargai pemberianku 😭 Kata orang, seburuk2 orang tua dia tetap orang tua, sebaik2 orang lain, dia tetap orang lain, pada akhirnya tetap orang tua tempatmu kembali. Tapi dalam hatiku, aku merasa rumah mertua adalah tempat aku kembali 😭 Walaupun begitu, aku selalu ajarin anak aku, untuk sayang keduanya sama rata, selalu kuajarin dua2nya kakek nenek dan sayang dia, tapi tetap aja bun, mungkin anak kecil bisa rasain bedanya, ANAKKU LEBIH SAYANG Dan DEKAT SAMA MERTUAKU. Sama orang tuaku kayak sama orang lain, padahl sering diajak nemuin mereka juga seminggu sekali , makanya kalau Ortu sama mertuaku lagi ketemuan, kuusahain Anakku sama aku, biar gak usah milih salah satunya, karena dia pasti bakal milih mertuaku, ortuku suka sakit hati.

Read more
undefined profile icon
Write a reply

ANAK YANG HARUS MEMENUHI OBSESI ORANG TUANYA

Bun, saya kan guru ya Bun, guru les privat, saya dulu punya pengalaman ngajarin seorang anak les bahasa Inggris secara online. Anaknya perempuan, umur 8 tahun tapi sudah kelas 3 SD, berarti masuk sekolahnya belum 6 tahun. Mereka dari keluarga super2 kaya, Ayahnya seorang dokter, ibunya punya klinik kecantikan. Untuk anak usia 8 tahun, masih kelas 3 SD, dari fotonya, dia tampak lebih besar dan lebih tinggi dari anak seusianya, cara berbicara, wawasan, cara befikir dan pengetahuannya sudah seperti anak berusia di atas 10 tahun, sebelumnya saya gak pernah bertemu dengan anak 8 tahun sedewasa itu. Bahasa Inggrisnya juga udah fluent banget, jadi les itu cuma pengen melatih conversiation aja. Dia tampaknya juga bisa segalanya, seringkali dia izin gak les dan ibunya memposting kegiatan dia lomba ini itu dan menang, terakhir aku lihat dia menang lomba teater, udah gitu dia juga jago main piano, dan public speakingnya bagus banget, dan digarisbawahi lagi ANAK 8 TAHUN. Dia terlihat seperti anak manis yang sangat2 sempurna, idaman orang tua, aku aja minder. Dan sampailah pada percakapan, dia curhat ke aku, dia berkata, "Iya Miss, mama bilang aku harus bisa apa aja, aku harus bisa ngelakuin apa yang dulu mama gak bisa, soalnya aku anak perempuan satu2nya" DEG! aku yang tadinya kagum malah jadi kasihan. Ya... aku masih berfikir anak ini sangat2 hebat, tapi di laih sisi, kasihan banget, anak sekecil dituntut untuk mencapai mimpi2 dan obsesi ibunya yang gak kesampaian. Menurutku keseimbangan dan keselarasan dalam hidup jauh lebih penting dari apapun, anak sekecil itu harusnya selain belajar, juga harus punya waktu bermain, dan untuk dirinya sendiri selayaknya anak2. Pantas saja dia jauh lebih cerdas, tapi terlalu dewasa untuk anak seusianya. Saya pribadi, pengen anak saya secerdas dan seelagan anak itu, tapi saya gak mau mendidik dan membentuk anak saya untuk memenuhi mimpi2 saya, saya akan biarkan anak saya mengejar mimpinya sendiri, selagi itu baik, gak melanggar agama dan norma. Menurut bunda, apakah anak seperti itu yang bunda bentuk??

Read more
undefined profile icon
Write a reply

BAHAS ARA, SI ANAK "CERDAS" YANG DIHUJAT KARENA UCAPANNYA

Apa tanggapan bunda2 mengenai Ara, anak yang akhir2 ini viral karena celetukan2 di luar nurulnya yang menuai hujatan?? Jujur, sebagai seorang ibu, hatiku sakit melihat anak sekecil itu dihujat oleh orang2 dewasa, tanpa melihat dia adalah korban, korban dari keegoisan orang tuanya. Ya... bagi saya, orang tua yang apa2 ngontenin anaknya dan ngebiarin orang lain melihat kelebihan dan kekurangannya, sehingga jadi bahan empuk untuk dibully, adalah keegoisan tertinggi orang tua. No offense, itu juga yang aku sayangkan dari Raffi Ahmad sekeluarga yang mengadopsi anak, tapi selalu dan selalu memposting kegiatan makan anak angkatnya itu, dan dibully dikatain rakus sama nenek2 FB. Siapa yang mau disalahkan? haruskah terus2an menyalahkan netijen?? bagaimana kita bisa mengontrol pemikiran dan jari jemari jutaan manusia dengan berbagai, isi kepala, tingkat IQ, kehidupan dan mental yang berbeda2?? jika kita gak bisa mengontrol orang2 sebanyak itu, bukankah seharusnya si pembuat konten yang menahan dirinya jika memang mereka benar2 menyayangi anak mereka? melihat anak mereka sebagai seorang anak, bukan komoditas pencari adsense. Kembali perkara Ara, awalanya sebelum lihat video lain, baru perkara jilbab, menurutku celetukan Ara masih sangat2 wajar, sewajarnya anak kecil yang kritis dan belum bisa menempatkan diri, aku sering menemukan pertanyaan2 anak2 yang lebih parah dari itu. Dan jika parenting orang tua Ara dianggap buruk, apakah parenting kita bisa lenih baik?? apakah anak2 kita secerdas Ara?? Tapi setelah melihat video dia ngatain teteh2 pabrik, ketek kusir delman, bekal temannya, dan melihat respon ibunya, saya menyadari satu hal, yang bermasalah adalah IBUNYA, FIX. Saya lihat di klarifikasi dia di acara TV, Ibunya menangis, yang bikin saya speechless dia menangis dan katanya merasa paling tersakiti, karena dia dikatain netijen, ibu yang gak pantas, hah? jadi dia hanya perduli pada diri dia sendiri dan ego dia sebagai ibu yang pengen dianggap ibu yang berhasil ketimbang menangisi anak yang gak berdosa dihujat sama org2 dewasa se Indonesia raya?? Si Ibu juga mengaku, kalau masa kecil dia kurang baik, makanya dia pengen mendidik anaknya sesempurna mungkin, gak kayak dia dulu, dan fix, saya bisa menyimpulkan, IBUNYA BELUM SELESAI DENGAN DIRINYA SENDIRI. Luka dan trauma masa kecil, dia lampiaskan kepada anaknya agar dia bisa memenuhi obsesi2 masa lalunya melalui anaknya. Yang saya lihat segala yang dikatakan Ara adalah "Perpanjangan tangan" atau penyampai isi fikiran Ibunya, terlihat sekali, dari reaksi Ibunya yang tertawa saat si Ara ngatain kusir delman dan cerita soal bekal temannya, dimana Ara bilang "Ibuku mah otaknya dipakai buat ngasi bekal buah" dan dia malah mengucap terimakasih kepada anaknya, menurut saya sudah jelas yang bermasalah adalah mental ibunya, yang harus dibawa ke psikiater adalah ibunya. Itu kenapa bunda, pentingnya berdamai dengan masa lalu sebelum punya anak, jangan sampai kita menjadikan anak sebagai PELAMPIASAN, akan luka masa lalu.

Read more
undefined profile icon
Write a reply

DOKTER PUN GAK TAU....

Benar2 lelah punya anak bun, sekali dikasi malah GTM sampek 3 tahun, sumpah selelah itu... aku benar2 gak tau harus ngapain lagi biar anakku mau makan selain menangis, bersabar, menangis, bersabar lagi, aku benar2 lelah selelah2nya sampai berusaha untuk cuek, walau hanya beberapa saat, habis itu frustasi lagi. Aku gak pernah menemukan anak yang seperti anakku yang benar2 gak mau makan bahkan sampai umur 3 tahun. Sudah coba berbagai cara dan metode, gonta ganti alat makan, gonta ganti menu dari yang home made, fortiv, snack sampai frozen food, bahkan junk food pun kusodorkan, tapi dia tolak semua, sudah kasi vitamin, tiap hari cuma perang ngasi makan, tapi gak ada hasil juga. Pergi ke 4-5 dokter sampai muak, diagnosanya selalu sama, defisiensi zat besi, selalu dan selalu dikasi vitamin zat besi, dan berakhir dengan cuma saran dan saran saja. Aku benar2 gak paham, kenapa DSA yang kupercaya akan bisa mengatasi GTM anakku, tapi di mataku cuma tampak seperti org2 bodoh yang mengatakan hal yang sama tanpa hasil. Kalau dipikir2, anakku ini memang sangat aneh, terkadang, ada beberapa hari dimana dia mau makan, meski jarang dihabiskan dan gak bisa 3 kali sehari, tapi dia mau makan tanpa penolakan, itu mematahkan pemikiran kalau dia punya masalah anatomi atau kesehatan, makanya gak bisa makan, dia terkadang mau dan lumayan makannya. Tapi hari2 melegakan itu, selalu akan dibalas dengan hari2 GTM yang lebih panjang dan membuat frustasi. Kata orang, aku harus tau makanan yang dia suka dan gak mungkin dia tolak, tapi sangat2 aneh, anakku tidak selalu menyukai makanan tertentu selain susu coklat, ada masa dimana dia sangat suka nasi goreng, lalu sekarang sudah tidak lagi, ada masa dimana dia suka kuah2an, sekarang menolak lagi, ada masa dimana dia suka mie, sekarang sesuap aja malas, ada masa dimana dia suka daging berbumbu, sekarang menolak lagi, seleranya benar2 ganti2 dan gak bisa kutebak. Aku benar2 lelah, putus asa, dan bingung. Sekarang cuma bisa mengandalkan susu, mungkin akan ada yang bilang "Pantas gak mau makan, orang kenyang susu" tolong dibalik ya Bun, percayalah segalanya telah kucoba, dulu saat belum minum susu UHT, dia bisa bertahan gak makan dan minum sampai dehidrasi, gak ada asupan yang masuk, kuserahkan semua harapanku ke UHT, karena cuma itu yang bisa memenuhi kebutuhan gizi anakku dan bisa sedikit melegakan hatiku yang selama hampir 3 tahun menggila ini....

Read more
undefined profile icon
Write a reply

PASANGAN SANDWITCH GENERATION

Stress banget bun mikirin ekonomi, yang dipikirin bukan cuma gimana mencukupi kebutuhan keluarga kecilku. Tapi juga harus mikirib orang tua, mertua dan adik2. Aku anak pertama dari 7 bersaudara, adikku yang masih sekolah 2 orang lagi sejak kecil sampai menikah mental selalu terbebani dengan tanggung jawab kepada orang tua dan adik2, mungkin karena sejak kecil aku selalu ditanamkan mindset bahwa orang tuaku sudah berkorban banyak, jadi saat dewasa, aku harus membalas budi. Sebelum dan sesudah menikah, aku terus memenuhi tanggung jawab itu. Begitu pula dengan suami, berbeda dengan orang tuaku, sebenarnya mertuaku sama sekali tidak pernah meminta, bahkan mereka selalu membantu dan memberi, tapi mertuaku juga punya batas usia dan kemampuan, beliau pensiun dan gak punya penghasilan lagi. setelah pensiun bapak mertua Ojol MAXIM, tapi namanya orang tua, staminanya kurang, paling sanggup bawa penumpang sampai siang, habis itu pulang lagi, kata ibu mertua, bulan ini aja bapak cuma dapat 200rb, ditambah lagi motornya butut dan sering keluar masuk bengkel. Jujur, kebaikan mereka menjadi beban bagi aku, Suami anak laki2 satu2nya, dia cuma punya satu adik perempuan yang gajinya dibawah UMK. Jadi sekarng aku benar2 pusing mutar uang Bun. Gaji suami cuma UMK (Kaltim), tapi aku harus bayarin uang air, listrik, wifi mertua dan cicilan orang tuaku. Pengen ikhlas, jadiin ini sebagai ladang pahala, tapi akunya stress karena keluarga kecil kami juga gak tercukupib😭#mohonbantujawabbunda #sharing #Needadvice

Read more
undefined profile icon
Write a reply

SETUJU KAH BUNDA2 SEKALIAN, ANAK BALITA DIJADIKAN KONTEN ORANG TUA??

Bun, entah kenapa aku cukup resah melihat fenomena saat ini di sosial media. Dimana sekarang banyak konten kreator yang menjadikan anak2nya sebagai "Talent" yang nantinya bakal menghasilkan dari sana, belum lagi artis2 yang menjadikan kehidupan pribadi termasuk anak2nya sebagai bahan konsumsi publik. Contoh konten kreator yang lagi rame itu ada Arra, Ritzuki, Abe, Lala, dll, Artis2 yang menjadikan segala yang ada di hidup mereka merupakan komoditas yang bisa jadi ladang cuan seperti Raff Ahmad dengan keluarga dan anak-anak, bahkan sampai ke anak angkatnya Lilly, ada juga Moana, Ameena, Abang L dll. Saya akui semuanya terlihat lucu dan menyenangkan, mungkin kelak bisa menjadi dokumentasi dan kenang2an, jika beruntung , uang yang dihasilkan bisa untuk keperluan anaknya dan masa depannya, tapi makin kesini, menurut saya konten2 yang menampilkan anak dan balita tidak lagi sehat dan mengarah ke eksploitasi anak. Tingkah lucu dan spontan anak2 kadang ada kalanya di luar kendali orang tuanya yang ujung2nya malah dijadikan bahan hujatan netizen, mereka berkomentar seolah2 anak2 itu sudah sama berakalnya seperti mereka yang sudah dewasa, alasannya "Jangan normalisasi prilaku anak seperti itu, nanti gedenya keterusan". Kata2 itu menjadi lampu hijau bagi para netizen kurang berakal untuk seenaknya menghujat dan membanding2kan anak2 tak berdosa itu. Lily, anak angkat Raffi Ahmad yang tanpa alasan apapun selalu dibully fisik dan asal usulnya, bahkan karena makannya banyak pun dibully, Zehan anak ABK yang difitnah orang dewasa yang pura2 jadi anak kecil, Ameenah yang dikatain dewasa sebelum waktunya, yang paling parah Arra, anak umur 5 tahun yang dihujat se Indonesia raya karena kata2nya yang dianggap kurang sopan.. Menurut saya, ini sangat fatal. Tentu Netizen sangat tidak bijak membully anak yang masih suci, tapi yang paling saya salahkan adalah orang tuanya yang tanpa memikirkan anak2nya menjadikan anak2nya sebagai konsumsi publik yang bisa meraup cuan, tapi dengan membiarkan anak2nya dibully bahkan juga bisa mengarah ke ain.

Read more
undefined profile icon
Write a reply