Ibu Yang Tak Pernah Ku Panggil Ibu
Ini ceritaku tentang ibuku....ibu tiriku... 3 tahun setelah ibu meninggal, ayahku menikah lagi. Waktu itu aku marah semarah marahnya. Aku marah karena semua saudaraku setuju dengan keputusan ayah untuk menikah lagi. Aku tidak terima apalagi calon ibu tiriku itu usianya hampir sama dengan kakak tertuaku. Aku menyimpan banyak kecurigaan tentang maksud wanita itu mau menikah dengan ayahku yang pantas menjadi bapaknya itu. Aku merasa ayahku sudah melupakan ibu dan merasa wanita itu akan menjauhkan kami dari ayah dan merebut perhatian ayah yang seharusnya hanya untuk kami, anak anak ayah. Hingga aku menikah dan memiliki anak, aku mulai mengerti satu hal tentang kehidupan seorang pria. Bukan hanya tentang kebutuhan lahiriyah, kebutuhan mereka juga tentang batin. Di usia ayah yang tak lagi muda, ia memang akan membutuhkan pendamping untuk menjalani hari-harinya. Meski kami bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, tapi kami tidak akan bisa memberikan kebutuhan batin ayah. Aku sadar, suatu hari kami akan meninggalkan ayah sendiri. Kami tidak bisa menjaganya setiap saat. Karena kami akan memiliki keluarga kecil sendiri. Sejak saat itu perlahan pandanganku terhadap wanita yang tak pernah ku panggil ibu itu berubah. Prasangka tentang keburukan ibu tiri tidak terbukti padanya. Mungkin ayah benar, ia adalah wanita terbaik pilihan ayah. Ia adalah wanita sederhana yang hangat dan penuh kasih walaupun terhadap keluarga yang tidak menerimanya. Kesederhanaan dan kasihnya yang tulus membuat amarahku perlahan menguap. Ia tidak pernah memposisikan dirinya sebagai ibu kami. Hal itu yang membuat respek kami padanya. Kami bisa dekat menjadi teman, sahabat juga saudara. Bahkan anak-anak kakakku lebih dekat dengan ibu tiriku itu daripada dengan mama mereka. Dulu aku akan sangat kesal jika ayah atau ada orang lain yang memujinya. Namun sekarang perasaan itu tidak ada lagi. Bahkan jika ada yang mengatakan bahwa ayah beruntung memiliki ia sebagai istri, sudut hatiku pun ikut merasa bangga. Benar, aku juga sangat bangga dan beruntung memiliki 'ibu' seperti dia. Dalam hati aku sangat berterima kasih padanya karena sudah menjaga dan mendampingi ayah di usianya yang senja. Namun, masih ada rasa enggan aku memanggilnya ibu. Mungkin suatu hari aku akan memanggilnya ibu. Entahlah...... #CeritaIbuTAP
Read more