Hangatnya Sebuah Dukungan
Semua Parents pasti setuju, bahwa perjalanan kehamilan sampai melahirkan adalah fase yang sangat membekas dalam hati dan ingatan. Semakin teringat karena bukan hanya momen bahagia tapi juga momen haru bercampur sedih dimana saat itu ada hal diluar dugaan kita yang terjadi. Seperti yang aku alami, Parents. Diawali dari proses kehamilan yang cukup sulit, dimana aku harus selalu bedrest karena kondisi hormon yang tiba-tiba berubah drastis. Hingga pada akhirnya akupun harus melahirkan secara prematur di usia kandungan 35 minggu. Semua itu di luar gambaranku yang ideal. Bahkan aku pulang ke rumah dalam keadaan hampa karena bayiku harus dirawat intensif di NICU. Dalam semalam aku harus banyak mencerna penjalasan-penjelasan dokter tentang diagnosa pada bayiku. Tiga hari setelah bayiku lahir, dia sudah bisa meninggalkan NICU, tapi masih belum bisa dipulangkan. Dia masih harus diobservasi lebih lanjut di Perina, mengingat dia lahir dengan kondisi BBLR 1700 gram. Tapi lagi-lagi diluar dugaanku, Parents. Disana aku bertemu banyak sekali ibu sesama penghuni Perina. Kami sering mengobrol di ruang laktasi sambil pumping ASI sebelum jam menyusui. Di awal perkenalan, yang sering kami obrolkan adalah kondisi bayi masing-masing. Namun setelah mengenal mereka lebih jauh, kami lebih sering membicarakan trending topic, bertukar sosmed, bercanda tentang kejadian lucu sehari-hari, atau bercerita tentang keusilan suami dan anak anak mereka. Setelah masuk jam menyusui, kami berhambur menuju inkubator bayi masing-masing. Begitu seterusnya selama 25 hari aku ada di Perina. Tanpa aku duga sebelumnya, justru dari obrolan ringan dan receh kami itulah aku bangkit dari kesedihan, rasa bersalah, dan rasa ketidakpastian. Dibalik guyonan itu, ada hati seorang ibu yang rindu menidurkan anaknya, yang berat meninggalkan anaknya sendiri dalam inkubator yang menangis tanpa ada yang menenangkan, ada seorang ibu yang was-was apakah masih ada stock transfusi darah untuk bayinya, ada seorang ibu yang gamang karena bayinya tak kunjung membaik dari seminggu terakhir, ada seorang ibu yang getir hatinya karena besok adalah jadwal operasi bayinya yang ketiga kalinya. Tapi cukuplah semua itu mereka simpan dan memilih untuk bercanda dan menguatkan. Mereka bisa saja datang dan pergi bergantian dalam hidupku, tapi mereka, para ibu yang kuat itu aku selalu mengingat mereka. Juga mendoakan mereka, juga anak anak mereka, baik yang sudah sehat ataupun yang telah berpulang. Sebesar itulah pengaruh sebuah support, Parents. Bukan hal yang besar, tapi hal kecil yang sedikit demi sedikit menarikmu dari keterpurukan. Sejatinya semua ibu adalah sama, beban dan rasa sakit semuanya sama, hanya tersamar dengan bentuk yang berbeda-beda. Karena itu, aku ingin sekali berterimakasih, untuk semua Parents yang bersedia meluangkan waktunya untuk saling mensupport sesama Parents. Kita tidak pernah tahu dampak apa yang bisa kita timbulkan hanya dengan mengucapkan atau mengetik kalimat yang hangat dan menyenangkan untuk seorang yang sedang terpuruk diluar sana. Bisa saja kita menariknya dari sana, mengubah caranya memandang hidupnya, lalu menjadikan dia semakin mencintai dirinya sebagai pribadi dan juga sebagai ibu. #DearParentsTAP tulisan ini aku tujukan untuk semua ibu yang sudah berjuang untuk semuanya dan yang selalu hangat akan nasehat dan dukungannya.
preemie mama