IBU TERBAHAGIA

Ada hal penting yang saya lewatkan untuk dipelajari dalam kaitannya dengan parenting yaitu "Bagaimana cara menjadi Ibu yang selalu berbahagia?". Sebuah kalimat yang terdengar sederhana, namun sebenarnya tidak. Hari ini bisa tetap bahagia. Esok pun masih bisa. Lusa pun mungkin bisa. Padahal menjadi ibu yang bahagia tidak untuk sehari, dua hari, seminggu atau bahkan sebulan, tapi untuk seumur hidup. Nah sekarang yang harus dicari adalah bagaimana caranya agar bisa bertahan menjadi Ibu yang bahagia? Saya mendapatkan pandangan dan koreksi ini dari beberapa literatur yang saya baca. Saya pun menulis ini bukan sebagai seorang Ibu yang sudah sukses menjadi Ibu bahagia, namun lebih tepatnya sebagai seorang Ibu yang sedang belajar dan sharing literatur dari yang saya baca yang mungkin bisa sama-sama kita terapkan. Semoga bermanfaat ya❤ Salah satu hal yang membuat seseorang mudah stres adalah sifat kompetitif yang ada dalam dirinya. Budaya kompetitif ini yang menciptakan standar kesuksesan sebagai orang tua. Merasa akan menjadi orang tua yang baik ketika anaknya memegang piala sedangkan yang lain hanya bertepuk tangan, bisa begini begitu sedangkan yang lain belum bisa di rentan usia yang sama dan sebagainya. Kemudian memprogram aktivitasnya, menurunkan waktu bermain, menyekolahkan lebih dini, memaksa anak menjadi seperti yang dimau orang tua dan sebagainya. Saya sudah membaca sebuah jurnal tentang gangguan mental pada anak. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan gangguan mental pada anak. Yang dimaksud disini adalah tingkat pendidikan yang rendah seperti kurangnya pengetahuan tentang membesarkan anak dan perkembangan anak. Maka dari itu, pentingnya kita rajin menggali ilmu seputar parenting ya... Lalu ada hubungannya juga dengan tingkat pola asuh dengan gangguan mental pada anak, yaitu penerapan pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter adalah orang tua yang banyak menuntut dan tidak responsif. Selalu menuntut kepatuhan dan memiliki standar yang tinggi. Terkadang anak dari orang tua otoriter berhasil di sekolah tapi mempunyai harga diri rendah, depresi dan keterampilan sosial yang rendah. FYI, ini terjadi dengan saya :') Contohnya saat SMP, saya selalu ranking 10 besar tapi entah kenapa tetap merasa ada yang "kosong". Karena saya tadinya menjadi terpusat pada kesuksesan sesuai standar orang lain tapi ternyata tidak memberi kebahagiaan dalam diri saya sendiri. Kebahagiaan kita dengan orang lain itu berbeda. Jadi, ciptakanlah kebahagiaan kalian sendiri ya... Setelah membicarakan tentang data, selanjutnya kita bicarakan dari cerita sahabat saya mengenai pengalaman magangnya di salah satu Rumah Sakit Jiwa 2 tahun yang lalu. Ternyata pasien disana banyak yang masih muda. Dan mereka ada disana karena ambisi orang tuanya. Orang tuanya memaksakan ambisi mereka kepada anak, tanpa mau memperhatikan “apa yang diinginkan anak”. Tanpa mau memperdulikan “lelahnya mereka menjalaninya”. Contoh cerita dari salah satu pasien disana, orang tuanya memaksakan anak harus jadi juara kelas dengan menyuruh les, les dan les. Hari hari yang sangat melelahkan mereka jalani. Penuh tekanan… Akhirnya sampailah mereka di Rumah Sakit Jiwa. Pesan moralnya adalah jangan pernah memaksakan ambisi kepada anak. Setiap anak memiliki impian mereka sendiri. Jika impian mereka masih hal positif, why not? Setiap anak dilahirkan dengan keistimewaannya masing-masing. Berhentilah membanding-bandingkan anak. Serta, lebih fokuslah dengan kemampuan anak. "Ketika kamu fokus pada ketidakmampuan seseorang, kamu akan mengabaikan kemampuan, kecantikan, dan keunikannya. Sekali kamu belajar untuk menerima dan mencintai mereka, kamu secara sadar belajar untuk mencintai dirimu tanpa syarat.”-Yvonne Pierre. Selain itu, ajarkan anak bagaimana cara menghadapi hidup. Ajarkan ketangguhan dalam menghadapi stres atau ketakutannya. Saat membawa anak saya terapi, saya mendapati cerita dan melihat langsung bagaimana cara terapis menerapkannya. Ada seorang Ibu cerita bahwa anaknya yang takut untuk menuruni tangga, tetap diminta terapis untuk turun dan dibiarkan menangis. Anak saya pun begitu saat awal terapi. Mau nangis kayak gimana pun, terapis ga akan mengeluarkan anak saya dari ruangan, memanggil saya atau bahkan memberikannya ke saya. Dia tetap dibiarkan menangis sampai akhir sesi terapi. Lalu saya juga melihat seorang anak yang takut dengan permainan playdough warna biru. Lalu terapis memegang tangannya meski menangis dan tempelkan jarinya untuk menyentuh mainan tersebut sembari bilang "Tidak apa-apa kan? Ini tidak apa-apa" Hasilnya? Anak menjadi berani. Mereka berhasil menguasai ketakutannya. Pesan lain yang bisa diambil adalah masalah itu datang untuk dihadapi, bukan untuk dihindari. Ketangguhan kita dalam menghadapinya akan melahirkan karakter baru yang lebih kuat. Selanjutnya adalah belajar mengendalikan emosi. Ingat bahwa anak itu peniru ulung, termasuk meniru bagaimana orang tua mengendalikan emosi bahkan disaat kondisi tersulit pun. Anak-anak lebih suka diajak daripada disuruh. Mereka justru lebih mudah menerima suatu hal dari apa yang mereka amati. Pernah melihat anak meniru apa yang sedang kalian lakukan atau kebiasaan kalian? Ini sudah cukup membuktikan bahwa mereka adalah peniru ulung. Jadi, jangan hanya sekedar menyuruh ini itu tapi kita juga harus mencontohkan ya.. Emosi itu wajar dirasakan oleh sebagaimana layaknya manusia. Rasa kesal, sedih, marah dan sebagainya adalah hal yang pasti semua orang pernah rasakan. Tapi cara menyalurkannya yang harus benar. Salurkan emosi dengan melakukan hal-hal yang membuat kita merasa lega dan nyaman. Tentunya tiap orang memiliki cara berbeda-beda. Ada yang dengan beribadah, menyanyi, menonton film, memasak, beres-beres rumah dan sebagainya. Kalo saya selain dengan beribadah, juga menyanyi. Langsung karaokean donk~~~ Atau terkadang langsung senam aerobik👯 Kemudian hal umum yang sering dilakukan namun berdampak pada kebahagiaan adalah menipu diri sendiri. Mengatakan "Aku baik-baik saja..." untuk menyembunyikan kondisi yang sebenarnya. Jangan pernah menipu diri sendiri... Hal ini juga bisa ditiru oleh anak. Dan mereka bisa saja melakukan hal yang sama. Ini membuat seseorang akhirnya mengambil pilihan dengan mengabaikan perasaan dan keinginan diri sendiri. Akhirnya sampailah ke titik yang tidak diinginkan. Padahal, kejujuran emosional itu penting. Pengaruhnya tak hanya ke anak, tapi juga ke rumah tangga. Seberapa sering kita membaca sebuah cerita polemik rumah tangga yang solusinya adalah komunikasi? Yaa, mengkomunikasikan apa yang kita rasakan dan inginkan. Dan komunikasi yang baik berpengaruh terhadap keberlangsungan rumah tangga yang sehat. Jadi, mulailah jujur kepada orang lain tentang emosi kalian. Jangan pernah menipu diri sendiri... Selanjutnya, hal yang juga membuat seseorang susah bahagia adalah fokus pada hal yang buruk ketimbang hal baik. Ketika bersinggungan dengan seseorang atau situasi, cobalah melihatnya dari sisi lain. Coba lihat gambaran dengan lebih luas. Gampangannya, jangan suka negative thinking. Lebih seringlah untuk positive thinking. Saat kita terbiasa memaknai ulang situasi dengan positif, hidup kita akan menjadi lebih bahagia. "Mungkin dia sedang ada masalah" "Mungkin dia pernah mengalami hal yang buruk" "Mungkin maksudnya peduli, tapi dia belum tau cara menyampaikannya dengan benar" Begitulah buibu pakbapak.. Bagaimana cara kita memaknai suatu hal akan mempengaruhi kebahagiaan kita sendiri. Kita tidak bisa memaksa orang lain menjadi seperti yang kita mau, tapi kita bisa mengontrol bagaimana kita menyikapinya. Kemudian, selalu jadwalkan untuk quality time. Quality time itu ga harus jalan-jalan ke luar kota, apalagi di masa pandemi sekarang ini ya kan. Kita bisa melakukannya dengan hal-hal sederhana, seperti bernyanyi bersama, duduk sejajar untuk saling bercerita, memasak bersama dan sebagainya. Dan terakhir, istirahatlah yang cukup. Hindari aktivitas yang tidak perlu yang menyita banyak waktu istirahat kita, contohnya main game di HP dalam waktu yang lama. Waktu istirahat yang kurang akan membuat kita mudah lelah dan mempengaruhi perasaan kita. Jadi, manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya ya... Nah sekian yang dapat saya sampaikan. Terima kasih sudah membaca... Semoga kita semua menjadi Ibu yang selalu berbahagia❤ https://hestidinnio.com/ibu-terbahagia/

IBU TERBAHAGIA
15 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan

up 👍