Sejujurnya berat sekali rasanya menceritakan kisah ini..
Karena aku harus berusaha keras untuk flashback ke ingatan yang membuatku sangat terpuruk..
24 Oktober 2019
Laki laki 3,75kg 53cm
~Alvino Farestya Resmanto~
Aku melahirkan dengan proses operasi secar darurat karena ketuban ku tiba" kering, entah larinya kemana seminggu sebelum HPL semuanya masih baik" saja (cerita kelahiran ini sudah aku posting sebelumnya, kronologi dan keadaan bayi ku yg kritis kala itu)
1 bulan ku rawat bayi ku di rumah, dia nampak tumbuh dan sehat, ceria dan menggemaskan... Sudah mampu merespon gerakan dan suara, bukan hal umum yg bisa di lakukan bayi usia 1 bulan
Saat bidan berkunjung, di sanjung nya anak ku karena cerdas dan pintar
Semua berjalan normal anak ku awal nya baik" saja , terlebih saat ayahnya pulang bertemu dengannya untuk kedua kalinya dia sangat begitu ceria tawanya lepas
Aku ingat bagaimana saat dia bangun pagi, melihat ada ayahnya di sampingnya dan pipinya di cium" dengan hidung ayahnya yg mancung.. Tertawa ceria sekali anak ku bahkan mereka saling bertatapan.. Ya Allah indah sekali pikirku pemandangan ini, padahal mereka tak saling mengeluarkan sepatah kata pun.. Seperti mengobrol lewat batin pikirku..
Memasuki bulan kedua tiba" anak ku diare hebat karena ada infeksi saluran pencernaan dan infeksi saluran nafas oleh bakteri, ku bawa dia berobat jalan selama 10 hari dengan biaya yg tak sedikit.. Saat diarenya berangsur membaik tiba" Jum'at siang setelah pulang dari rumah sakit bertemu dokter anak untuk check up terakhir, sesampainya dirumah anakku lemas ku pandangi anakku seperti tak ada tenaga, tanpa pikir panjang jum'at sore langsung ku bawa anak ku rujuk ke rumah sakit untuk di opnam
Ya Allah hidup ku tag karuan rasanya selalu yg ku pikirkan kenapa harus anakku yg menderita kenapa bukan aku saja ini kedua kalinya anakku harus di rawat dan pasang infus juga selang oksigen di tubuh nya
Ku coba kuat tegar dan sabar mengahadapi ini semua, demi anakku, suami ku dan ibuku yg bantu aku selama ini...
3 hari setelah opnam kulihat kondisi nya membaik badannya mulai berisi dan sudah tidak pucat
Namun hari ke empat tiba" badannya panas tapi tidak merata hanya di bagian leher hingga kepala
Di tambah lah lg obat anakku ke infusnya.. Perih hati setiap melihat dia di suntik dan menangis padahal sedang pulas tertidur..
Hari ke enam anak ku di opnam kondisinya kembali drop dia dehidrasi lg dan infusnya bengkak.. Di bongkarlah infusnya dan coba di pasang ulang namun gagal karena pembuluh darahnya tidak terlihat, tipis sekali.. Perawat mengembalikan anakku untuk di susui dulu agar dehidrasi nya membaik...
Singkat cerita infus sudah kembali terpasang, namun anakku tidak bisa lgsg kembali ke ruang rawat inap, aku di beritahu bahwa anak ku harus ada di ruang prestisi untuk di awasi perawat.. Dia menyusu lewat selang sekarang.. Sakit lg hati ku mengetahui ada lg alat yg di pasang di tubuhnya..
Seperti tersambar petir, saat sedang mencoba untuk tidur kala itu pihak rumah sakit menghampiriku dan menyuruh ku menemui dokter jaga saat itu, jam 12 Malam... Dokter meminta izin untuk merawat anakku di ICU, ya Allah apalagi ini teriak ku dalam hati.. Berita buruk apalagi..
Aku mecoba tenang sabar dan ikhlas..
Ku kabari ibu ku yg sudah pulang ba'da isya malam itu.. Tengah malam ibukku kembali kerumah sakit membatuku membereskan barang" dari ruang rawat inap ke ruang tunggu pasien ICU
Dengan pikiran kacau dan hati yang penuh kekhawatiran..
4 hari anakku ada di ruang ICU kondisinya naik turun kadan bagusdan stabil naum tiba" drop lagi, tak henti" kondisinya naik turun seperti itu.. Diarenya menjadi jadi lagi entah knp malah semakin parah.. Dehidrasi nya sudah bisa teratasi tp tidak optimal karena diarenya..
Hari pertama di ICU dokter dan perawat menjelaskan bahwa anakku ada kelainan jantung dari bawaan lahir sepertinya.. Maka dari itu harus di lakukan tes lebih lanjut untuk memastikan namun harus menunggu kondisinya stabil dulu..
Aku hanya menuruti apa kata dokter yg penting anakku sembuh dan sehat..
Hati ketiga, hanya selang sekitar 10 mnit setelah aku keluar menjenguk anak ku di ruang ICU karena jam besuk nya berakhir.. Perawat dan dokter jaga memanggilku lg..
Menceritakan bahwa kondisi anakku semakin drop dia mulai malas bergerak, mengantuk ngantuk, dan tingkat kesadarannya berkurang.. Harus di pasang mesin ventilator nafas.. Bisa di katakan anakku mulai masuk masa kritis lagi..
Ku semangati anakku.. Ayo dek, dedek bisa dulu 10 hari dedek di inkubator keadaannya hampir sama persis dedek bisa kan dedek kuat.. Sekarang dedek pasti bisa lagi melewatinya.. Terus ku semangati dia tanpa mencoba meneteskan air mata ku di hadapannya..
Anakku di tidurkan kesadarannya karena menghindari alat" yg trpasang di tubuhnya di koyak olehnya karen pasti tidak ada rasa nyaman sedikitpun
Akhirnya aku sudah tak ada pilihan lain ku iyakan semua apa kata dokter.. Ku kabari ayahnya.. Dan dia lgsg bergegas pulang dari rantau..
Di hari keempat anakku ada di ICU suami ku dalam perjalanan... MINGGU 22 DESEMBER 2019
Selalu ku ingat hari itu.. Hari di mana semua terjadi..
Dokter membolehkanku berjaga dari pagi hingga malam karena kondisi anakku benar" drop.. Menyuruhku mendo'akan anakku di sampingnya..
Keluh sekali lidah ku.. Tak ada sepatah kata pun yg keluar dari mulut ku karena rasanya aku gagal menjadi ibu.. Anakku membendung rasa sakit seperti ini.. Aku menyalahkan diri ku sendiri..
Kupandangi dia.. Tangan dan kaki nya masih bergerak matanya meteskan air mata seakan memberi tahu.. Mah dedek ga nyaman dedek sakit.. Aku hanya bisa mengusap air mata nya mencuimi pipi dan kening nya dengan sangat hati" karena bgtu banyak alat yg terpasang di tubuhnya
Jam 1 siang tiba" mesin ventilator anakku berbunyi dan seperti nya ada indikasi error, anakku sesegukan nafasnya ter engal"
Aku histeris... Dokter dan perwat bergegas menghampiri benar sekali ada masalah, di suruhnya keluar aku oleh perawat.. Ku lihat anakku di intubasi nafasnya oleh dokter di pompa dan di pacu nafasnya..
Aku berdo'a tak habis" aku ibu dan adiku kala itu yg ada di rumah sakit hanya bisa pasrah berdoa.. Aku sangat memohon anakku bisa sembuh.. Bahkan jika Allah harus menukarnya dengan sesuatu yg ada di diri ku aku siap.. Asalkan anakku sembuh dan sehat..
Sampai hampir memasuki jam besuk kedua pukul 5 sore perawat tak kunjung memanggilku.. Aku bersabar menunggu sampai jam 5 sore untuk bisa masuk lagi ke ICU
Ku tengok anakku sudah kembali bernafas normal tp masih dengan bantaun alat yg sama
Ku tanya kondisi anakku ke perawat jaga.. Penjelasannya sama tak ada perubahan..
Aku tetap berdo'a mencoba berada di samping nya menyemangati.. Ku pandangi dia, lemas gerakannya tak seaktif biasanya.. Ku pegang badannya hangat mukanya cerah selling terlihat sangat tampan sekali bahkan seperti sedang tertidur pulas seperti biasanya di rumah..
Jam besuk ku habis, keluar aku dari ICU, ku tanya suami ku sudah sampai mana.. 3-4 jam lg dia sampai katanya..
Aku mengaji mendo'a kan anakku lagi.. Tapi saat aku mecoba baca ayat terakhir, aku tersandung sandung tag bisa selesaikan ayat terakhir.. Aku istighfar sejadi jadinya, aku di tuntun oleh ibu dan adiku membaca ayat terakhir.. Langsung kupeluk ibuku dan berkata Ya Allah bu, kenapa perasaan ku tak enak sekali... Adikku mengusap kepala ku dan membisikan istighfar mba istighfar mba..
Ku tenangkan diri, ku langkahkan kaki menuju mushola untuk ambil wudhu, belum sempat ku raih gagang pintu ruang tunggu...perawat sudah terlebih dahulu membuka pintu meneriaki namaku...
Langsung aku lari masuk ruang ICU kembali.. Kulihat nafas anakku kembali tersengal sengal.. Kaki dan tangannya tak ada gerakan.. Kulitik dia ku sentili kaki nya dia tak merespon bergerak.. Ya Allah ada apa ini.. Anakku kenapa..
Perawat menjelaskan kondisinya makin drop skrg sudah benar" kritis.. Kesadarannya hampir hilang total.. Aku di perbolehkan menungguinya lagi sambil di do'a kan..
Aku ingat persis bagaimana orang silih berganti masuk sampai akhirnya jam setengah 10 malam suami ku tiba di rumah sakit.. Langsung masuk dia menmui ku dan anakku, ku peluk dia dan kuhujani tangis ku.. Ku lepas dia dan ku ajak berbincang anak ku.. Dek ayah udah dateng, dedek kangen ayah kan.. Udah ketemu skrg sembuh ya dek kita pulang sama" ya dek.. Tak ada respon tp subhanAllah masyaAllah ada air mata keluar dr kedua matanya.. Apakah dia mengerti dan bisa merasakan.. Ya Allah sembuhkan lah apapun caranya aku hanya minta sehatkan kembali anakku..
Di panggilnya aku dan suami untuk di mintai keptusan oleh dokter..
Anakku sudah makin drop.. Tak ada peluang lg kata dokter..
Mereka menanyakan apakah alat" masih mau di pasang atau di lepas.. Jika terus di pasang kondisinya akan sperti ini saja takkan ada perubahan kasihan jika terus di paksa atau alat" mau di lepas tapi dengan resiko jika anakku tidak bisa bernafas sendiri dan alat bantu nafasnya di lepas dengan resiko anakku bisa meninggal..
Aku dan suami ku terdiam kaku tak ada jawaban.. Aku menangis sejadi jadi nya.. Kami tidak bisa ambil pilihan karena keduanya tak ada yg bagus...
Kami berdua terus mencoba ajak biacara anak kami.. Menyemangati , mengelus , menggenggam dan membaca kan do'a..
Tapi kami sudah sangat tak tega melihat anak kami kesakitan dengan begitu banyak nya alat.. Kami saling bertatapan.. Seketika kami bebarengan mengucap kata "aku ikhlas"..
Ku tanyai dia apakah kamu yakin.. Jawab nya iya.. Ku gandeng dia keluar menemui ibuku di bangku tunggu.. Aku berlutut di hadapan ibuku memohon maaf jika aku ada salah, dan menceritakan jika kami sudah ikhlas.. Mohon sampaikan ke dokter untuk lepas alat" nya..
Ibu ku hanya tersenyum dan mengelus kepala ku.. Lalu mengucap bismillah dan melangkah masuk ke ruang ICU..
Kami masih menunggu di luar.. Tak kuat bila harus melihat anakku di lepasi alat" yg menempel di tubuhnya..
Belum ada 5 menit tak lama setelah ibukku masuk, perawat memanggilku..
Dan memeberitahu kondisi anakku sudah tak sadarkan diri, semua alat masih menempel di badannya tp kenapa ? Apa yg terjadi kenapa ibukku sudah menuntun nya mengucapkan kalimat syahadat untuknya, ada apa aku terus bertanya dalam hati ku.. Aku dan suami ku ambruk bersamaan, dunia kami seperti longsor...
Tengah malam kami harus mengahadapi kenyataan pahit..
Setengah satu malam Senin 23 Desember 2019 anakku di nyatakan meninggal entah apa yg terjadi setelahnya aku tak tahu aku pingsan dan shock.. Saat terbangun anakku sudah rapi di bedong oleh perawat dengan kain jarik dan di gendong oleh suamiku..
Ya Allah dalam hati ku meronta.. Masih bertanya ada apa ini..
Aku tak kuat menghadapi kenyataan..
Aku coba menenangkan diri.. Karena suami ku menyemangati ku, menyadarkan ku.. Di berikan nya anakku untuk ku gendong sebentar.. Kemudian bergilir di gendong ibuku.. Lalu kembali di berikan pada suamiku..
Ya Allah kasihan sekali suamiku.. Baru tiga kali menggendong.. Yang ketiga dalam kondisi sperti ini..
Kami pulang menggunakan ambulan jam 1 malam.. Rumah sudah di bereskan oleh tetangga dan sodara yg sudah terlebih dahalu di kabari oleh kakak dan adik ku....
Setibanya kami di rumah semua sudah di siapkan..
Inalilahi wainailahi roji'un
Seru semua pelayat saat semua nya besiap berangkat ke pemakaman...
23 Desember 2019
Pukul 09:00 WIB di gendongnya anak ku oleh suami ku yg sudah rapi tebungkus kafan.. Ya Allah tegar sekali dia mampu menggendongnya sampai peristirahatan terakhirnya.. Ini gendongan terkahir ayah untuk mu nak.. Seru suami ku saat memasukan anakku ke liang lahat
Tepat 2 bulan.. Terimakasih ya Allah dan Anak ku.. Sudah membuat aku merasakan bagaimana rasanya jadi ibu..
Sekarang aku, suami dan semua keluargaku sedang dalam masa pemulihan mental terlebih aku dan suami ku.. Yg sangat terpukul dan masih sulit percaya sepenuhnya..
Belum ada 40 hari.. Suami ku harus berangkat untuk bekerja lagi..
Rasanya tak habis" ujian dan cobaan kami..
Tapi kami sudah belajar ikhlas.. Atas kehendak Allah.. Walau kami harus berjuang lagi seperti dari nol.. Tp kami ikhlas lillahita'ala..
Semoga ada hikmah dan nikmat besar setelah ini..
Kami belum memikirkan tentang program hamil lg.. Karen rasanya masih terpukul dan telebih kondisiku saat ini sedang dalam tahapan penyembuhan pasca operasi secar..
Aku tak tahu kapan dan berapa lama jarak yg akan kami tempuh untuk bisa mendapatkan momongan lg.. Tp kami berpasrah, jika tuhan sudah berkehendak kami percaya kun fayakun..
Kami hanya perlu lebih ber ikhtiar, tawaqal, istiqomah dan terus berdo'a.. Meminta yang terbaik dari segala yg terbaik dari Allah..
?
no name