Cerita Pernikahan

Sebetulnya setelah lulus kuliah orang tuaku sudah menyuruh kami untuk segera menikah. Karena dirasa sudah cukup umur dan juga kami berdua sudah sama-sama kerja. Saat itu kamipun pacaran sudah cukup lama. Lalu apalagi yang ditunggu? Tapi kami belum bisa, karena ada Kakak pacar aku yang masih belum menikah. Kami tidak bisa melangkahi. Bulan Mei 2016 kami masih sama-sama menguatkan, bilang bahwa "kalau sampai tahun depan teteh belum ada kabar, aku bakal tanya ya." Sampai hal yang paling menyedihkan terjadi, bulan September 2016, Mamaku, orang yang paling rajin meminta kita untuk menikah pergi untuk selama-lamanya. Sedih rasanya tidak bisa memenuhi keinginannya sebelum dia pergi. Namun pada saat itu sudah ada harapan soal hubungan kami, ada kabar Teteh akan menikah taun depan. Sebelum mama meninggal, aku sempat bilang ke Mamah kalau teteh akan menikah taun depan. Mungkin setelah itu aku bisa menyusul menikah mah. Mamah mengaminkan. ☺️ Sampai akhirnya bulan Maret, keluarga pacarku datang ke Bogor untuk melamarku. Rasanya baru bulan Mei kemarin kita sama-sama bingung soal hubungan ini, namun bulan Maret tahun selanjutnya semua itu terjawab. Setelah lamaran, akhirnya kami mempersiapkan pernikahan kami. Kami betul melakukannya berdua, dari pihak keluargaku yang diwakili oleh kakakknya Mama (karena Papah juga sudah meninggal lebih dulu), menyerahkan semua persiapan ini kepada kami. Begitupun keluarga calon suami, karena mereka jauh jadi mereka tidak bisa turut serta membantu langsung. Banyak drama persiapan pernikahan kami, konflik yang datang dari keluargaku, dari mulai warna baju pengantin dan dekorasi, band pengisi acara pilihan kami yang tidak disetujui keluarga aku, hingga undangan yang tercetak tanpa tulisan "kepada yth/bpk/ibu" "mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan....". Benar-benar pusing saat itu, rasanya ingin mengadu sama orang tua sendiri, ingin cerita panjang kali lebar tapi ga bisa. Cuma bisa berdoa. Sedih. Untungnya calon suami selalu menguatkan, selalu menenangkan, dan juga Ibuknya Mamah, yang selalu support saat aku dimarahi oleh Kakaknya Mamah karena kesalahan kesalahan itu. Sampai akhirnya tangisan haru biru, lelahnya kami, berakhir di tanggal 16 September 2017. Acara berjalan dengan lancar, pujian banyak berdatangan dari orang soal acara kami. Saat itu aku dan suami rasanya puas sekali, setelah haru, biru, drama dan airmata bisa dihargai dengan baik. Karena pernikahan itu benar-benar kita rancang berdua tanpa WO. Alhamdulillah. #CeritaPernikahan

7 Tanggapan

Pertanyaan populer