Curhat ya bun
Sebelumnya saya mohon maaf jika curhatan saya mengganggu. Saya dan suami terhitung baru dalam menikah, baru sekitar 9 bulan. Sekarang kondisi saya sedang hamil muda. Kehamilan kali ini benar-benar saya jaga karena pengalaman di kehamilan pertama yang keguguran. Kami tinggal dirumah nenek suami saya yang memang sudah merawat suami dari kecil, ibunya suami posisi sedang bekerja di hongkong. Awalnya tidak ada masalah sama sekali selama saya tinggal disini. Semua masih dalam batas wajar yang bisa saya maklumi. Semua bermula sekitar satu minggu lalu saat saya dan mertua berselisih perilah menjemur padi. Saat ini memang sedang musim panen. Sebelumnya jujur meskipun tinggal di desa saya tidak terbiasa dengan bertani. Karena setelah lulus saya langsung kerja sampai akhirnya menikah. Saat itu saya ingat sekali, di kehamilan saya yang masih berjalan 6 minggu. Dimana kondisi mual dan lemas masih parah. Setalah membereskan semua pekerjaan rumah tangga saya memang duduk sebentar di kursi ruang tamu. Karena jujur kepala sangat pusing dan lemas. Tiba-tiba mertua datang menyuruh says menjemur padi. "Iya buk, nanti nunggu Mas bangun saya jemur." Kurang lebih begitu saya menjawabnya. Namun beliau merasa tidak puas dengan jawaban saya dan masih ngeyel nyuruh saya jemur padi sendiri. Saya katakan jika saya tidak kuat mengangkat karung sendiri. Beliau justru semakin marah dan mengeluarkan kata-kata yang tidak enak di dengar. Saya yang saat itu kondisi memang sedang pusing di tambah mendengar ucapan mertua yang menyebalkan akhirnya menyauti dengan nada sedikit keras. "Kalau memang gak suka sama saya bilang, saya bisa pulang." Setelahnya kami bertengkar hebat, saya tau saya salah karena membentak mertua saya. Namun apa mau dikata hati saya terlanjur sakit. Setelah itu beliau sama sekali tidak mau bicara sama saya. Bahkan beliau mengadu pada saudara-saudaranya dan di lebih-lebihkan sampai mengatakan jika saya ingin memukul beliau. Masalah semakin runyam, dan saya bilang sama suami tolong di antar kerumah ibu saya dulu sampai kondisi tenang. Karena selama disana dua minggu saya tidak bisa makan. Sebab setiap kali ingin makan tapi mertua langsung memberi tatapan sinis. Akhirnya suami mengantar saya kerumah ibu, dan paginya pulang kerumah karena harus bekerja. Dan disinilah suami saya mulai berubah, entah apa yang dikatakan neneknya suami saya jadi tidak peduli dengan saya dan kehamilan saya. Bahkan pernah sekali saya pulang karena saya kira kondisi sudah tenang tapi saya justru dihakimi keluarga besar suami. Dikatakan tidak bersyukur sudah di buatkan rumah bahkan keluarga suami menyuruh kami pisah. Namun saya tau suami saya masih begitu berat, beliau masih ingin bersama saya. Namun juga tidak berani menentang keluarganya. Karena takut kalau tidak di beri uang sama ibunya yang dihongkong. Sementara saya sendiri sudah tidak kuat tinggal di rumah mertua, saya ingin pulang. Tapi jika saya tinggal di rumah orang tua suami tidak mau menafkahi saya karena hasutan keluarganya. Jika saya bertahan saya kasian anak saya karena dia juga pasti merasakan betapa stress kondisu ibunya. #curhataja #curhatajabuibu#bantusharing
Menantikan saat menjadi ibu