Suami dan Ibu Mertua Support System Terbaikku

Perkenalkan Bun, namaku Atikah. 40 weeks sudah aku mengandung, tepat pada HPL aku mengalami kontraksi. Ketika tengah malam aku terbangun merasakan mulas yg mirip seperti mulas BAB, tetapi kemudian aku pun tertidur lagi karena durasi kontraksi yg masih sebentar. Pagi harinya, aku beraktifitas seperti biasa. Dan kontraksi itu muncul kembali dan ini durasinya singkat tetapi lebih sering aku rasakan. Lama kelamaan aku merasakan mulas yg membuat pinggang belakangku nyeri sekali sampai2 aku harus jongkok untuk menahan rasa sakitnya. Selang beberapa lama, keluar bercak darah merah dan lendir. Aku pikir hanya flek saja ternyata darah yg keluar seperti darah menstruasi dan ibu mertuaku bilang sebentar lagi aku akan melahirkan dan yang waktu itu alami namanya kembar darah. Nyeri sekali yg aku rasakan, apa ini yg dinamakan kontraksi? Sore harinya bersama suami dan Ibu Mertuaku, aku pun memeriksakan ke dokter kandunganku, dan hasilnya aku masih di pembukaan dua. Sekujur tubuhku merasakan keringat dingin karena nyeri yg aku rasakan pada pinggang belakang saat kontraksi itu datang. Malamnya aku pun tidak bisa tidur karena kontraksi yg semakin sering tapi durasi yg masih pendek. Sudah ku coba segala cara untuk merubah posisi tidurku tapi tetap saja sakit itu tak tertahankan. Sesekali aku berpikir yg bukan2, Yaa Allah dosa apa yg aku perbuat? Kenapa kontraksi sesakit ini? Senyum di wajahku seakan hilang dan berubah menjadi pucat. Suamiku pun tidak bisa tidur melihat aku hanya bolak balik berjalan jongkok duduk menahan kesakitan. Tapi kontraksi tetap seperti itu saja sampai pagi hari datang. Dan di cek lagi, ternyata baru pembukaan 3 semalam suntuk aku begadang. Kataku dalam hati "Yaa Allah kenapa pembukaannya ngga bertambah banyak? Apa aku cesar aja ya? Aku udh ngga kuat menahan sakitnya :( Suami yg di sampingku kala itu berkata "Sabar ya sayang, sebentar lagi lahiran, kuat ya sayang" sambil menatap matanya yg layu karena kurang tidur. Siang harinya aku pun tidur di bed yg sudah disediakan untukku selagi menunggu pembukaan bertambah, aku pun lumayan bisa tidur walau masih menahan sakitnya. Ketika kontraksi itu datang dan aku merintih, ada seseorang yg memijat pinggang belakangku dan itu rasanya meredakan rasa sakit nyeriku. Yaitu dia ibu mertuaku. Hal ternyaman yg ku rasakan di masa sulit itu. Dia menjagaku dan memijatku tanpa di minta di samping kasur tidurku. Suamiku pergi mencari buah kurma yg entah beli dimana untuk membantu pembukaanku. Dan akhirnya dapat juga buah kurma yg dicari2. Tapi tetap saja belum bertambah juga durasi mulas yg aku rasakan. Dan aku minta dibelikan gym ball, suami dan ibu mertuaku memompanya dengan susah payahnya. Aku duduk bergoyang di atas gym ball mlh tambah sakit yg aku rasakan. Berjalan bolak balik sudah, jongkok sudah, sujud sudah tetapi pembukaannya masih saja tetap sama. Tibalah waktu maghrib, cara terakhir yg di tawarkan dokter kandunganku yaitu induksi. Teman2ku bilang induksi lebih sakit daripada kontraksi alami. Aku berpikir keras lebih baik jangan induksi, tetapi aku bingung harus bagaimana. Dan akhirnya aku putuskan untuk menerima suntik induksi. Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim, induksi itu pun di mulai. Suamiku berusaha menenangkan aku, menyabarkanku. Aku hanya bisa pasrah dan berdo'a, tarik nafas dalam2, kuat dan kuat, aku pasti bisa menjalaninya, jangan gugup, tetap semangat. Karena inu semua demi si buah hati. Sambil mengelus perutku, suamiku berkata "Bantu Bunda ya Dek, lancar lahirannya, yg gampang keluarnya ya". Aku terharu begitu sulitnya menjadi seorang ibu, aku pun belum menjadi anak yg baik untuk ibuku. Aku terus kirim kabar untuk ibuku yg tidak bisa mendampingiku, aku minta do'a restunya agar semuanya dimudahkan. 10 menit berlalu setelah induksi, aku mulai merasakan mulas yg panjang yg membuatku seakan ingin sekali mengejan. Tetapi perawat bilang harus di tahan karena ini sedang proses bertambahnya pembukaan. Tiba2 kok mulas yg aku rasakan semakin sering dan semakin sangat lama, aku pun panik dan bangun dari tempat tidurku. Duduk pun aku masih gelisah kesakitan. Akhirnya aku jongkok, jongkok juga masih sama rasanya. Aku tidak kuat lagi menahan untuk tidak mengejan. Akhirnya aku pun mengejan walaupun sudah dilarang oleh perawat. Dan blusshhh ketubanku pecah di pembukaanku yg ke empat. Suamiku yg setia menemaniku berusaha menenangkanku, tarik nafas dalam2. Tapi aku sudah ngga kuat lagi, rasanya mau cepat2 bayiku keluar. Aku berusaha kuat untuk tidak panik dan tidak mengejan tapi sangat sulit sekali. Rasanya mulas benar2 sangat mulas. Pembukaan pun semakin bertambah dari pembukaan 4 ke 6 ke 8, aku sudah ngga sabar, akhirnya aku mengejan sekuat tenaga karena mulas yg aku rasakan. Perawat hampir menyerah menanganiku, suami terus menguatkan dan menyadarkanku. "Kuat sayang, kuat, kamu pasti bisa tahan" katanya. Aku terus menghela nafas panjang. Dan ketika di pembukaan 9, kepala bayiku terasa berputar dan akhirnya pembukaan lengkap pembukaan 10 pun tercapai. Aku mengejan sekuat tenaga sambil menyebut nama Allah. Alhamdulillah! Akhirnya tangisan bayi pun bergema di ruangan itu, bayi mungilku lahir sehat dengan berat 3,3 kg. Alhamdulillah wassyukurillah tiada henti2nya aku mengucap rasa syukurku pada Sang Maha Kuasa. Dengan mata berkaca2, suamiku pun mengadzani bayi kami. Sungguh Kuasa Allah tiada tara, masa-masa sulit itu bisa di lalui dengan sabar. Keesokan malamnya, bayiku mulai rewel dan menangis tiada henti2nya. ASI-ku belum keluar di hari keduaku setelah melahirkan. Sudah ku pijat2 payudaraku, ku kompres air hangat, ku tarik2 hingga lecet dan perih, tetapi tetap saja susunya tidak keluar, hanya cairan kuning pekat yg keluar setetes demi setetes. Ku masukkan puting payudaraku ke bayiku, tetap saja tidak mau di hisap, terus menangis, mungkin tahu karena tidak ada susunya. Aku minta tolong perawat dan kata perawat dia tidak bisa berbuat apa2, dan bayi new born bisa tidak minum selama 2 hari setelah lahir. Dalam hatiku, setega itukah aku membiarkan bayiku kelaparan dan terus menangis? Lalu pada akhirnya aku pun ikut menangis, sedih dan rasanya hancur karena tidak becus menyusui anakku. Rasa penyesalan pun datang, kenapa waktu hamil tidak dibersihkan putingnya dan tidak di pijat payudaranya. Aku pun semakin menangis, suamiku melihat aku menangis setelah mengambil air hangat. Dan suami memegang tanganku dan bilang "sabar sayang, besok beli obat herbal untuk menyusui ya biar asinya keluar. Udah jangan nangis. Nanti anaknya ngga berenti nangis kalau liat bundanya juga nangis". Aku sempat bilang "beli sufor aja Yah buat dedek", tapi suamiku meyakinkanku untuk sabar sampai besok, karena asiku pasti akan keluar. Pagi harinya ibu mertuaku datang dan menjaga bayiku selagi aku tidur, karena sangat mengantuk di ajak begadang bayiku. Akhirnya pulanglah kita ke rumah, tapi asi ku pun belum keluar juga. Kakak iparku menelepon dan menanyakan kondisiku. Dan dia memberi saran untuk payudaraku coba di pumping untuk menstimulasi asiku keluar. Aku mulai coba pumping dengan pompa ASI manual yg menggunakan corong. Pertama kali pakai pompa asi itu sakit sekali, payudaraku di tarik2 karena hisapan pompa. Benar2 perih sekali. Padahal aku sudah pelan2 memompanya. Tapi aku tidak menyerah sampai disitu. Aku coba terus sampai asiku keluar. Sambil ku kompres dan ku pijat2. Walaupun rasanya sangat perih karena lecet, demi bayiku aku terus berusaha. Sampai sore hari, asiku pun juga belum keluar. Bayiku sudah terlihat lemas dan agak kuning. Aku jadi takut dan khawatir. Dan aku menyerah, ku berikan susu formula untuk bayiku. Hatiku sedikit lega karena bayiku sudah tidak rewel lagi. Tetapi hatiku masih ada yang mengganjal karena asiku belum keluar juga walaupun putingku sudah bengkak di pompa. Aku malu dgn omongan tetangga dan teman, karena belum juga bisa memberi asi untuk bayiku. Hari ke-3, ke-4 aku terus memompa dan mencoba memberikan putingku kepada si bayi tapi tetap saja bayiku menolak. Ibu mertuaku pun terus membantuku, di masaki sayur daun kelor, sayur daun katuk, rebus telur bulat. Aku juga minum vitamin asi booster dan teh herbal agar melancarkan asiku. Dan Alhamdulillah hari ke-5 asiku pun mulai keluar walaupun masih sedikit. Aku coba menyusui bayiku dan si bayi mau. Bengkak putingku yang masih aku rasakan makin bertambah sakit ketika menyusui bayi. Tapi aku tidak menyerah dan ku tahan walaupun sakit, yang terpenting bayiku sehat dan nutrisinya terpenuhi. Selagi aku masih sakit pasca melahirkan, suamiku yg bertugas mencuci popok dan bedongan bayi dan juga bantu bersih2 rumah. Terima kasih sayang sudah membantuku melalui baby blues syndrom ini. Dari pengalaman yg aku ceritakan, ada masa sulit yang harus kita lewati, tapi jangan menjadikan kita lemah sebagai calon ibu dan ibu sesungguhnya, tetap berfikir positif, terus berdo'a, sabar dan pantang menyerah, Insya Allah semuanya bisa dilalui. Semua butuh proses, Bun. Kita sebagai anak, jadi tahu bagaimana beratnya menjadi seorang ibu. Dan berterima kasihlah kepada orang2 yang menyayangi kita, mereka tahu #KarenaBundaBerharga. Untuk calon ibu, bersemangatlah menghadapi segala masalah. Yakin semua akan mudah pada waktunya :) Untuk yang sedang menanti buah hati, tetap ikhtiar dan berdo'a, Insya Allah akan ada waktunya di karuniai momongan. Dan tetap semangat :) Untuk Suami dan Ibu Mertuaku, terima kasih karena telah berperan besar dalam mendukungku, memberi nasihat dan perhatiannya padaku. Kalian Support System Terbaik untukku ♡♡♡ Untuk Mamaku, terima kasih atas do'a2mu dan telah merawatku hingga aku besar, aku tau pasti berat melalui masa sulit itu. Love you Mama ♡♡♡ #KarenaBundaBerharga

Pertanyaan populer