Menyusui Langsung Adalah Sebuah Pohon Kehidupan

MENYUSUI LANGSUNG ADALAH SEBUAH POHON KEHIDUPAN Sudahkah Anda mengikuti trend brelfie (breastfeeding selfie) #treeoflife yang sedang ramai di media sosial akhir-akhir ini? (lihat gambar di bawah) Dengan aplikasi PicsArt Anda dapat mengubah foto menyusui Anda menjadi karya seni yang menggambarkan menyusui sebagai sebuah tree of life atau pohon kehidupan. Pohon yang akarnya ada di payudara ibu dan batang serta rantingnya ada di tubuh bayi ini menggambarkan ikatan kuat yang terjalin selama ibu menyusui bayinya secara langsung, Menyusui bukan hanya memberikan nutrisi dalam bentuk cairan emas yang disebut ASI, tetapi juga kenyamanan dan kasih sayang yang semuanya digambarkan dalam pohon kehidupan itu. Ketika kita membahas menyusui on demand atau menyusui sekehedak bayi kita bukan hanya membahas bahwa jumlah ASI yang diproduksi sesuai dengan jumlah ASI yang dibutuhkan bayi. Menyusui bukan hanya sekedar “mengosongkan” payudara sesering mungkin agar produksi ASI ibu dapat memenuhi kebutuhan bayinya. Fungsi “mengosongkan” payudara bisa saja digantikan oleh pompa ASI atau perahan tangan, tetapi ada proses luar biasa dari menyusui langsung yang lebih dari hanya sekedar menentukan kuantitas ASI. Keajaiban lain dari menyusui langsung yang belum banyak diketahui orang adalah: menyusui langsung merupakan petunjuk krusial terhadap komposisi ASI. Masih ingat konsep ASI sebagai sebuah cairan hidup yang berubah terus tiap menit, tiap jam, tiap hari, tiap bulan, dan seterusnya? ASI disebut cairan hidup karena dia kaya akan hormon, antibodi, stem cells, dan sebagainya. Hormon dalam ASI merefleksikan hormon yang ada dalam tubuh ibu. Komposisi ASI siang dan malam hari juga berbeda karena kebutuhan bayi saat terjaga dan tidur juga berbeda. Bayangkan kembali gambar tree of life di bawah. Ketika bayi menghisap payudara ibu, diameter puting akan bertambah dan membentuk vacuum (ruang hampa) yang membawa cairan (gabungan ASI dan saliva/air liur) dari mulut bayi ke saluran/duktus payudara. Ini yang sering disebut "baby spit backwash" atau secara ilmiah disebut sebagai “retrograde milk flow”. Nah cairan dari dalam mulut bayi inilah yang menjadi petunjuk terbentuknya komposisi ASI yang diperlukan bayi. Ketika bayi sakit (misal flu) cairan yang ada di mulutnya ini bukan hanya terdiri dari ASI dan liur tapi juga mucus (lendir). Kombinasi ini yang memberikan petunjuk pada payudara untuk menghasilkan antibodi yang bisa membantu bayi lekas sembuh dari sakit. Campuran ASI dan liur bayi juga memunculkan reaksi kimia yang bisa mendorong terbentuknya bakteri baik yang berguna bagi tubuh bayi. Dan ini HANYA terjadi akibat ludah DAN hisapan bayi. Hebat ya sinergi antara tubuh ibu dan tubuh bayi ❤❤❤ Menyusui langsung bukan hanya sebuah proses memberi “makan” bayi, tapi juga sebuah proses biologis yang dinamis yang terjadi di dalam tubuh ibu dan bayi seperti halnya yang digambarkan dalam visualisasi breastfeeding as a tree of life (menyusui sebagai pohon kehidupan). Menyusui langsung adalah sebuah proses interaksi, proses komunikASI antara tubuh ibu dan bayi. Menyusui LEBIH dari sekedar memberikan ASI. Lalu bagaimana dengan ibu bekerja? Itu kenapa kita menyarankan ibu memaksimalkan menyusui langsung saat bersama bayi agar proses luar biasa di atas bisa tetap berlangsung. Itu juga alasan kenapa kita selalu wanti wanti mencegah penggunaan dot sebagai media pemberian ASIP, agar proses luar biasa nan dinamis di atas tetap bisa dialami oleh ibu dan bayi tanpa terganggu oleh bayi yang bingung puting. Agar bayi mendapatkan ASI benar-benar sesuai dengan kebutuhannya, BUKAN HANYA sekedar JUMLAH tapi juga KOMPOSISI dan MANFAAT yang seoptimal mungkin. (Ilustrasi: Picture courtesy of Australian Breastfeeding Association, dari akun Instagram: ozbreastfeeding) #menyusuilebihdarisekedarmemberikanASI #breastfeedingisthetreeoflife *admin, KL AIMI* Sumber : Facebook ditulis oleh Lianita Prawindarti

Menyusui Langsung Adalah Sebuah Pohon Kehidupan
2 Tanggapan
undefined profile icon
Tulis tanggapan
VIP Member

Asi memang paling bagus buat bayi, tp tdk smua ibu beruntung bisa meng-ASI-i bayi nya

Lalu bagaimana dg ibu yg tidak bisa memberikan asi nya. Think about that