My Best Support System
Menjadi newbie memang sangat challenging, butuh banyak belajar semua hal tentang menjadi ortu tapi ga ada sekolah khusus bagaimana menjadi orangtua. Alhamdulillah, Tuhan mengkaruniakan saya seorang suami yang sangat supportive, cooperative dan mau sama-sama belajar. Saya dan suami sama-sama working parents. Tapi mulai saat promil, hamil, persalinan, ngurus newborn, support materil, moril, dan tenaga selalu dicurahkannya dengan penuh kesabaran. Setiap konsul ke Spog dia selalu menemani supaya sama-sama tahu perkembangan bayi kami. Saat persalilan bahkan dia rela menjadikan tangannya "squishy" saat saya nahan sakitnya kontraksi. Saat anak pertama kami lahir dan saya blm pulih dari luka episiotomi, dia selalu sigap membantu mengurus bayi kami. Bahkan sampai urusan vaksinasi anak dia siap gantian mengambil cuti untuk membawa si kecil ke Posyandu saat maternity leave saya sudah habis dan saya sudah harus kembali bekerja. Sampai-sampai saat ke Posyandu itu ada ibu-ibu yang mungkin dengan julidnya nanya "Ibunya kemana, Pak?", suami saya hanya jawab dengan senyum simpul "Lagi kerja". Mungkin bagi mayoritas orang urusan ke Posyandu mutlak jadi tanggungjawab ibu, tapi bagi kami yang memang sudah terbiasa dengan kerjasama mengurus & merawat anak, ga ada pembagian job desc. kalau urusan perawatan & pendidikan anak semua dihandle ibu, bapak tugasnya hanya mencari nafkah buat keluarga. Bagi kami, tugas merawat, mendidik, dan membesarkan anak adalah tanggungjawab bersama kedua orangtua. Semoga support system ini selalu terjaga sampai anak kedua kami lahir akhir tahun nanti. Mohon doanya ya Moms ? #karenabundaberharga
ibu of 1 pahlawan super anak laki-laki