Curhat aja
Mau curhat aja bun. Nggak tau lagi harus cerita ke siapa. Bahkan sosmed saya pun beneran dipantau suami. Tiap kali mau bikin tweet saja saya pasti mikir ulang takut dimarahi suami. Padahal saya sebelum ketemu sama dia suka nulis di blog atau bikin caption panjang di instagram. Saya adalah working mom dengan gaji lebih tinggi dari suami. Kami punya cicilan KPR dan sebelum menikah saya punya cicilan lain yang baru akan lunas setahun lagi. Saya adalah anak pertama yang jadi sandwich generation sejak awal umur 20an. Itu sudah saya sampaikan ke suami sejak perkenalan. Setelah hampir 5 tahun menikah, kami sudah memiliki rumah dan mobil. Semua atas nama suami. Saya tidak mempermasalahkan aset tersebut atas nama siapa. Tapi akhir-akhir ini saya merasa suami saya jauh lebih peduli untuk merawat aset tersebut dibanding menafkahi istrinya. Mulai dari mendesain rumah, membeli perintilan mobil, dll. Mungkin dia menganggap gaji saya sudah sangat cukup sehingga tidak perlu memberi sepeserpun ke saya. Kami biasanya makan di luar saat weekend bersama anak balita kami. Hampir selalu saya yang bayar. Tapi saya lupa kapan terakhir kali saya pesan apa yang saya suka tanpa memikirkan anak. Pada akhirnya, saya hampir selalu makan sisa anak dan suami karena tidak ingin overbudget. Bahkan ketika saya bekerja dan tidak sempat beli makan sendiri di luar karena workload dan tugas menjadi frontliner yang tidak bisa ditinggal, saya disindir karena membeli makanan lewat ojol yang dianggapnya boros. Semenjak menikah, saya sudah tidak tau lagi batas antara boros dan pelit. Bahkan saat saya ulang tahun pun saya tak pernah mendapatkan kue yang proper atau kado sesimpel apapun. Saya ingat saya pernah memberinya kue tart 200 ribuan dan dia balas dengan kue 20 ribuan. Sampai sekarang saya merasa sakit hati kalau ingat. Bulan kemarin kami mudik ke rumah ortu saya sekalian lahiran anak kedua kami. Suami saya kini sudah kembali ke rumah karena harus bekerja. Dan kemarin setelah gajian, suami saya minta uang lewat video call. Katanya sebagai upah mengecat rumah dan sudah diantar ke rumah ortu buat lahiran. Padahal saya sudah ikut bayar KPR, belanja popok, susu, hingga baju anak (yang dari anak pertama selalu saya yang beli bajunya tanpa minta sedikitpun dari suami). Ketika saya stress menghadapi toddler sembari merawat newborn, saya beli makanan enak pun harus nitip ke adik dengan uang saya sendiri. Tak ada sekalipun dia menawarkan mau makan atau minuman apa. Padahal setiap kali telepon dia membicarakan makanan enak yang dia nikmati sendiri. Bahkan awal lahiran dia pergi mencari makanan sendiri, tanpa membawa apapun. Karena disetir suami untuk jangan sering memberi uang ke ortu (yang menurutnya 100 ribu sudah sangat cukup untuk seminggu, dan mutasi rekening saya selalu dipantau suami), masakan ibu saya pun jarang memakai protein hewani sehingga jahitan SC saya sampai saat ini masih terasa sakit. Apakah semua working mom mengalami seperti saya, tidak pernah dinafkahi suaminya? Atau saya yang terlalu bodoh karena terbawa sifat sebagai anak pertama yang tidak mau bergantung ke orang lain?