Kesehatan mental pada saat hamil

Ketika saya memasuki kehamilan minggu ke 29, saya menderita ambeien. Saya berpikir bahwa trimester terakhir saya mau enjoy aja untuk menikmati kehamilan dan masa-masa berdua dengan suami, seperti jalan-jalan di kompleks dan mempersiapkan barang-barang baby. Tapi apa boleh dikata, kenyataan berbeda. Saya waktu itu sedang mencuci piring di dapur dan saya merasa ada benjolan di anus. Setiap kali saya masukkan ambeien saya, keluar lagi ketika berdiri. Jadi saya cuma bisa berbaring saja. Jujur saya stress sampai saya berpikir bahwa saya sudah tidak sanggup lagi. Ambeien saya luka parah di minggu ke 2, apalagi setelah BAB. Saya memutuskan untuk ke dokter kandungan untuk konsul dan saya tidak bisa mengantre dokter dengan posisi duduk. Akhirnya saya karena sudah tidak tahan, maka saya baring di pangkuan suami saya di kursi panjang sampai orang lain lihat saya aneh. Setelah konsul dengan dokter, diberi berbagai macam obat mulai dari obat salep sampai obat pengencer tinja. Setelah seminggu tidak kunjung membaik, saya akhirnya ke 2 dokter bedah yang berbeda. Sakitnya luar biasa karena ada 4 benjolan yg keluar. Akhirnya menurut dokter cuma bisa bersabar dan diberi obat anti nyeri. Selama 1 bulan lebih saya bedrest dan tidak bisa melakukan pekerjaan apapun. Dukungan seorang suami yg membuat saya tetap tegar dan bersabar. Suami saya mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga dan juga menemani saya selama saya kesakitan luar biasa. Menurut saya kesehatan mental itu sangat penting, apalagi ketika sang Ibu sudah merasa tidak sanggup lagi untuk meneruskan ini semua. Dukungan suami dan keluarga yg luar biasa yang selalu caring dan tidak segan2 utk mengambil alih pekerjaan rumah tangga. Saya bersyukur mempunyai suami dan keluarga yang sangat baik dan pengertian. Yang tadinya saya berpikir trimester akhir akan meninggalkan kesan yg indah, ternyata kenyataan berkata sebaliknya. Tapi saya tetap jalani dengan rasa syukur luar biasa. #KesehatanMentalTAP