#KarenaBundaBerharga
Kejadian ini saya alami tahun 2018 lalu. Tepatnya saat saya hamil anak keenam. Saat usia kandungan saya 4 bulan, saya baru menyadari bahwa ternyata ada benjolan dibawah payudara kiri saya. Dan saya langsung bercerita pada suami dan ibu mertua saya. Awalnya saya acuh, karena si benjolan ini tidak menyakitkan buat saya. Tapi dikarenakan semakin hari semakin membesar, alhasil suami dan ibu mertua menganjurkan untuk saya memeriksakan diri ke dokter spesialis bedah onkologi.
Saat itu, atas rekomendasi dari salah seorang teman, saya yang diantar oleh suami, akhirnya bertemu dengan dokter spesialis bedah onkologi yang dimaksud. Dikarenakan kondisi saya yang sedang hamil, dokter pun tidak dapat berbuat banyak. Dokter hanya merujuk saya untuj melakukan USG mamae sesegera mungkin.
Esok harinya, saya melakukan USG mamae ditemani suami, anak-anak, dan juga ibu mertua saya. Ditengah-tengah pemeriksaan USG, dokter radiologi tetiba memanggil suami saya untuk menjelaskan kondisi yang dilihatnya. Saat itu, dokter radiologi berkata, massa yang berada dibawah payudara kiri saya tampak seperti tumor ganas (kanker), dokter pun menjelaskan untuk saya tidak takut menghadapi kondisi saat itu.
Selesai melakukan USG, kami semua langsung pulang dengan rasa sedih dan rasa tanda tanya.
Tapi saat itu, suami dan ibu mertua saya menguatkan saya. Mereka terus menenangkan saya agar saya bisa tetap tenang dan mengikuti apapun anjuran pengobatan yang dokter sarankan.
Karena support dari suami dan ibu mertua yang begitu besar, saya pun akhirnya bangkit, dan mulai semangat untuk melawan penyakit yang saya derita.
Itulah kejadian pertama yang membuat saya drop saat masa kehamilan. Kejadian kedua yang membuat saya drop adalah BBJ saya ternyata kurang. Hal ini terjadi karena saya sangat tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak maupun gula oleh dokter spesialis bedah onkologi saya. Selain BBJ saya kurang, saya pun mengalami perdarahan beberapa kali dan juga kontraksi dari mulai trimester kedua. Bersyukur dokter spesialis kandungan saya sangat menenangkan, beliau terus membimbing saya untuk mengejar BBJ hingga ada pada berat minimal.
Trimester akhir saya sempat beberapa kali dilarikan ke IGD dikarenakan sakit pada uluhati hingga punggung. Obat yang biasa diberikan, ternyata tidak mampu menghilangkan rasa sakit yang ada. Hingga akhirnya saya harus mendapatkan pereda nyeri melalui suntikan di Rumah Sakit.
Bulan Oktober, akhirnya saya melahirkan anak keenam saya. Awalnya diperkirakan persalinan dapat dilakukan secara normal, tapi ternyata ditengah proses persalinan, tepatnya saat proses bukaan 5 menuju 6, DJJ turun sebanyak 2 kali hingga 65. Karena tidak dapat mengunggu lama, dioutuskanlah untuk dilakukan persalinan dengan sectio. Sedih, kecewa, dan merasa bersalah. Itu yang saya rasakan hingga detik ini. Tapi lagi-lagi suami selalu setia menjadi supporting system untuk saya, hingga akhirnya saya bisa mengikhlaskan.
1 bulan pasca persalinan, saya harus masuk rumah sakit. Awalnya dokter penyakit dalam yang menangani saya mengira penyakit gastritis saya kambuh, tapi setelah 4 hari observasi di rumah sakit dan tidak ada perubahan pada diri saya, dokter menganjurkan saya untuk melakukan USG abdomen. Setelah dilakukan USG abdomen, ternyata saya memiliki batu empedu yang sudah menyumbat saluran empedu. Saat itu yang terlihat 8 bati dengan diameter 1,3cm.
Dokter menganjurkan saya untuk menjalani operasi pengangkatan kantung empedu, dikarenakan ginjal saya sudah mengalami penurunan fungsi.
Dari semua kejadian berat yang saya alami, saya bersyukur memiliki suami dan juga ibu mertua yang begitu sayang pada saya, begitu telaten menjaga saya dan anak-anak. Saat saya harus melakukan pengobatan atau harus opname, suami saya rela untuk tek-tok rumah-rumah sakit-rumah hanya untuk mengantarkan ASI perah. Ibu mertua yang sudah tidak muda lagi pun rela untuk menjaga cucu-cucunya dan telaten dalam hal memberikan ASIP tanpa media dot.
Dari kejadian ini, saya tambah mengerti, bahwa supporting system itu sangatlah dibutuhkan. Terutama dari orang terdekat kita. Ada kalanya memang kita membutuhkan dukungan orang agar kita dapat bangkit dari segala keterpurukan yang ada.
Terima kasih untuk yang sudah membaca, semoga kita semua diberi kesehatan dan kekuatan dalam menjalani hari-hari kita dalam kondisi apapun.
Boni Bonitha