Berjuang Bersama

Kami sama-sama bekerja. Tapi bukan pekerja dengan gaji dua digit. Kami hanya pekerja biasa dengan gaji pas-pasan. Bahkan suamiku harus bekerja dari jam 5 subuh hingga jam 10 malam. Pekerjaan macam apa?! Nyatanya di zaman internet 4G LTE ini masih ada pekerjaan yang menguras waktu tapi dengan hasil tak seberapa jika dibandingkan dengan pengorbanan waktu dan tenaga yang dikeluarkan. Aku juga bekerja kantoran, sebagai staff biasa. Yang mengharuskan setiap hari PP Jakarta-Tangerang. Sebenarnya setelah mengetahui bahwa aku hamil, aku berencana untuk resign. Karena sebelumnya pernah keguguran. Tapi ketika konsultasi dengan dokter, alhamdulillah beliau menguatkanku. "Nggak usah resign, nanti malah bosan di rumah. Kalau Ibu lain saja bisa, kenapa Ibu nggak bisa? Keguguran itu karena dari awal janinnya tidak bagus. Kalau bagus, mau Ibu aktifitas apa pun yang penting jangan kecapekan, pasti akan baik-baik saja." Kata-kata dokter ini sampai sekarang masih teringat jelas. Membuatku tenang & selalu berpikir positif. Lagipula kasihan suami kerja sendirian, kebutuhan untuk calon bayi kami dan biaya melahirkan pun tak murah. Dan kami ingin memberikan yang terbaik untuk anak kami nanti. Sekarang, kandunganku sudah 33 minggu 3 hari. Alhamdulillah, Tuhan memberikan kekuatan, kemudahan, dan kebahagiaan untuk kami. Lelah itu pasti, apalagi aku sedang hamil tua yang suka sesak napas & mudah lelah. Tapi ketika melihat lelah suami, semua rasa negatif tadi berubah jadi kebahagiaan. Kamu berjuang bersama untuk memberikan yang terbaik untuk Baby R, anak kami yang sudah 4x USG 2D, dan sekali USG 4D insyaAllah berjenis kelamin perempuan. Dan mohon doanya, semoga Baby R tumbuh dengan normal, sehat, dan panjang usia. Amin. #CeritaPernikahan

3 Tanggapan

Pertanyaan populer