Tidak enak hati pd mertua
Ibu mertua sakit setiap minggu selalu kambuh. Dulu tiap bulan. Semenjak menikah saya dan suami jadi tiap minggu. Suami dan saudaranya merawat ibu mertua. Kami semua tinggal terpisah. Hanya adik ipar yg baru bekerja tinggal dengan ibu dan bapak mertua. Bapak mertua ini bukan kasihan tapi malas melihat ibu mertua bolak balik kambuh. Sehingga ingin membawa ibu mertua ke dokter spesialis menjalani pengobatan bertahap dan biayanya tidak sedikit. Kami disuruh iuran. Bapak mertua enggan mengeluarkan uang hasil usaha. Katanya mau fokus membangun rumah. Kakak ipar kesatu dan kedua disuruh menjual mobil. Padahal mobil yang mereka beli itu ada sebagian uang mertua mereka. Tapi mereka tidak parah. Bapak mertua menyuruh suamiku untuk menggadaikan sertifikat tanah rumahku. Padahal ayah dan ibuku masih ada atau suamiku disuruh meminjam pada bank dengan sertifikat tanah sebagai jaminannya. Tapi suami mengatakan tidak bisa. Banyak bank yg menolak. Bapak mertua malah menyuruh ambil pinjol. Saya bilang tidak mau dan tidak akan pernah mau. Suami juga merasa ini tidak masuk akal. Tapi dia mulai kepikiran pinjol. Karena saya merasa marah, saya keceplosan bilang ke bapak mertua untuk pakai uangnya saja. Bapak mertua marah dan bilang saya kurang ajar. Lalu keluar omongan ini. "Meskipun bukan kamu menantuku aku bisa cari menantu lain. Istri sama anak bisa dicari tapi bapak dan ibu tidak akan bisa ada lagi" Oh bajigur