Bunda, Suamiku...
Ia penyayang. Cukup dengan "Dek, tidurnya jangan terlentang. Ayo miring sini" didekapnya lah aku ditengah tidur lelapku hingga badanku kembali condong ke kiri menghadap dadanya yang bidang namun selalu menghangatkan. Itulah kebiasaannya ketika dirinya secara spontan terbangun dari tidurnya ketika melihatku melentangkan badanku di kala perutku yang kian membesar. Setiap malam malam kami. Ia pekerja keras. Suka duka kami lewati. Sudah berapa banyak biaya yang kami keluarkan ketika harus keluar masuk rumah sakit. Sama sama baru saja lulus sarjana dan belum punya pekerjaan yang mapan. Tapi apapun ia sanggupi demi anak dan istrinya. Ia penyabar. Awal kehamilan penuh drama. Mulai dari flek yang tak kunjung reda. Bolak balik rumah sakit. Sampai perdarahan dan mengharuskan ku masuk IGD. Setelah itu sebulan penuh kehidupanku ada di tempat tidur. Suamiku sabar melayani ku karena tau istrinya sedang berjuang untuk anaknya. Ia pemarah. Ketika tau istrinya malas malas an dalam sholat. Malas malas an olahraga. Telat makan dan makan sedikit. Karena ia tau anak yang cerdas tidak lahir dari istri yang malas. Ini kehamilan pertamaku yang berarti calon anak pertama kami. Terima kasih, mas. Terima kasih, ayah. Perjuangan kita belum selesai. Ayo kita lahirkan anak yang shaleh, sehat dan bahagia. Berhargaku karena ada kamu selalu di sisiku #KarenaBundaBerharga