Ketika IBU harus memilih, cita-cita atau buah hati? #IBUJUARA

Halo, disini aku akan sedikit bercerita tentang pilihan yang sempat membuatku merasa sangat sedih meski jawabannya sudah jelas. Aku adalah seorang Bidan sekaligus seorang ibu dari satu anak laki-laki. Banyak orang berpikir, jika Bidan menjadi Ibu, bukannya semua hal akan terasa mudah? Aku bekerja di sebuah klinik bersalin sesaat setelah saya lulus Diploma 3. Aku sangat mencintai pekerjaan ini karena profesi ini adalah cita-cita yang sangat aku dambakan sejak kecil. Setiap hari berkerja sangat menyenangkan, mendampingi dan menolong persalinan juga merawat bayi-bayi lucu. Singkat cerita, Aku menikah tahun 2017 dan harus menunggu satu tahun untuk mendapatkan garis dua yang istimewa itu. Pada awal tahun 2018, putera pertama kami lahir dengan sangat sehat dan cubby. Aku melewati masa cuti melahirkan selama 40 hari. Ketika akan kembali bekerja di hari ke-41, saya memutuskan untuk membawa anakku juga. Karena aku hanya tinggal berdua dengan suami, tidak ingin menitipkan anak pada orang lain juga orang tua ku yang sibuk bekerja sehingga tidak bisa menjaga si baby Setiap hari aku pergi bekerja di antar suami, bertiga dengan anak kami dengan menggunakan motor. Dia anak yang baik, tidak rewel dan sangat koperatif. Tapi setelah masuk bekerja selama 2 minggu, tiba-tiba anakku yang waktu itu baru berusia 2 bulan sekian hari terlihat sesak nafas. Aku mulai cemas, awalnya saya pikir mungkin karena dia terkena flu. Sepulang bekerja aku membawanya ke dokter anak, beliau bilang si kecil memang sesak tapi nggak parah. Cukup di nebu rutin seminggu tiga kali. Malam itu juga jagoan kecilku di nebu dan kami pulang. Tapi sesampainya dirumah, nafas anakku justru semakin sesak sampai-sampai aku yang melihatnya bisa merasakan sesaknya. Pandangannya yang menatap mataku seolah memelas dan mengeluh sakit, membuatku menangis histeris dan panik. Lupakan tentang statusku yang merupakan tenaga kesehatan, di saat itu aku blank dan hanya bisa menangis sambil menggendong anakku. Aku bergegas ke UGD untuk mendapatkan pertolongan. Malam itu juga anakku di rontgen dan hasilnya dia menderita infeksi paru-paru!! Lemas lututku dan air mata tak bisa berhenti mengalir. Dokter marah, bagaimana bisa anak sekecil ini sudah bisa mengalami infeksi paru-paru? Padahal ayahnya bahkan tidak merokok. Tiba-tiba terlintas dalam benakku, perjalanan selama bekerja tampaknya polusi udara itulah penyebabnya. Aku harus menahan sakit ketika melihat selang-selang itu harus masuk. Mulai dari infus, OGT dan oxygen. Hatiku lebih terluka ketika dia menangis ingin menyusu tapi aku dilarang untuk menyusuinya langsung karena ade harus minum dari selang sesuai jadwal. Hari itu suamiku bilang, "Mamah berhenti kerja aja, kasian baby D." Lagi-lagi aku menangis, bukan hanya karena merasa gagal menjadi ibu tapi aku juga merasa hancur harus gagal meneruskan cita-citaku. Tapi sejak awal itu bukanlah pilihan, karena jelas Anakku adalah prioritas utama. Seperti aku mencintai profesiku, aku juga mencintai anakku lebih dari itu. Mulanya kami berusaha membeli mobil bekas, mungkin akan sedikit lebih baik untuk anakku. Tapi dia terus sakit-sakitan, demam tanpa sebab dll. Akhirnya aku memutuskan berhenti bekerja dan menjadi ibu sepenuhnya di rumah. Meski kesulitan tidak berhenti disana, infeksi paru menyebabkan BB anakku seret sampai usia 1 tahun. Bahkan baby D juga terkena fimosis di usia 6 bulan dan harus di sunat. Tapi Alhamdulillah sekarang, usianya 22 bulan dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria. BBnya mulai juga meningkat. Sehat selalu anak mama. Jika bisa mama berikan dunia, mama akan berikan untuk kamu ❤️

Ketika IBU harus memilih, cita-cita atau buah hati? #IBUJUARA
2 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan

MasyaAllah tabarakallah, sebuah keputusan yang mungkin cukup berat tapi percayalah menjadi ibu rumah tangga tak akan menghalangi kita untuk terus berkarya dan menebar manfaat seluas-luasnya. Kalau kata Pak Dodik Maryanto: Bersungguh-sungguhlah kamu di dalam,  maka kamu akan keluar dengan kesungguhan itu Dulu Bu Septi Peni Wulandani seorang ahli gizi dan diusia nya yang baru 20 tahun sudah mendapatkan SK PNS. Namun akhirnya memilih menjadi Ibu Rumah Tangga. Dan meskipun seorang Ibu Rumah Tangga tapi karya nya begitu nyata dan sampai saat ini menjadi inspirasi bagi lebih dari 50.000rb ibu dan calon ibu yang tersebar di Indonesia dan 10 negara

Baca lagi

ibu hebatttt 🥰 saya merasakan bawa2 anak sambil ketja selama kurleb 2th.. alhamdulillah lancar. sehat2 ya abang...