MEMENANGKAN HATI MERTUA

Disclaimer: Tulisan ini aku KUTIP SELURUHNYA dari FB nya Mbak Novika Amelia tanpa aku kurangi atau lebihi. Di akhir tulisan aku sertakan link asli tulisannya. Semoga Bermanfaat ======================= MEMENANGKAN HATI MERTUA Setelah menulis tentang memilih mertua di postingan beberapa waktu lalu, kali ini saya mau sharing tentang cara memenangkan hati mertua. Tulisan ini diceritakan berdasarkan pengalaman saya, jadi boleh jadi berbeda dengan keluarga lain. Kita saling respek saja yaa. πŸ€— Impian terbesar saya di hidup ini adalah menjalani rumah tangga yang bahagia. Impian ini melampaui impian yang bersifat materialistik lain yang saya punyai. Maka, semenjak sebelum menikah, saya benar-benar berjuang keras agar bisa mewujudkannya. Saya pelajari sungguh-sungguh bagaimana menjalani rumah tangga yang bahagia dan minim konflik. Nah salah satu yang dulu saya diskusikan panjang lebar dengan calon suami sebelum menikah adalah tentang interaksi dengan mertua. Hal ini juga menjadi perhatian utama saya setelah akad nikah terjadi. Setelah mendapat mertua yang sesuai dengan impian saya, tentu saya tidak bisa lengah begitu saja. Sebaik apapun mertua, tetap saja, perilaku saya akan banyak berpengaruh pada hubungan kami di masa depan. Maka, untuk meminimalisasi konflik bahkan SEBELUM hal itu TERJADI, saya sudah merumuskan beberapa permasalahan seputar menantu-mertua dan menemukan solusinya. Lalu mengomunikasikannya pada sang suami, sesaat setelah kami sah jadi suami istri. Beberapa hal yang seputar masalah menantu-mertua yang saya rumuskan dari belajar dari pengalaman orang terdahulu dan saya pikirkan solusinya antara lain: 1. Suami istri mostly sering bertengkar masalah urusan nafkah mertua. Istri sebel saat tahu suaminya ngasih nafkah ke mertua diam-diam. Suami ngasih uang ke orangtuanya diam-diam karena takut istrinya marah jika tahu dia sering ngasih ke mertua. Solusi yang saya ajukan saat itu adalah dari sejak awal menikah kami harus sepakat untuk SALING TERBUKA saat mau menafkahi orangtua/mertua. Saya dengan suka rela mengijinkan suami menafkahi orangtuanya dan memintanya selalu jujur kapanpun dia ngasih ke orangtuanya. Di awal-awal, agar terbangun trust mertua pada saya, saya lah yang langsung yang mengantar dan memberikan uang nafkah dari suami untuk mertua. Dengan begini, saya mau mertua saya tahu bahwa saya sungguh rela suami saya menafkahi orangtuanya. Bagi saya ini penting, karena suami adalah tulang punggung keluarga. Jadi saya harus mendapatkan kepercayaan mertua saya bahwa saya adalah istri yang mendukung suaminya berbuat baik pada keluarganya. Saya sampaikan baik-baik bahwa ini bagian mamah dari mas (waktu itu manggilnya masih mas adek). Minta doa agar rezeki keluarga kami lancar. Qadarullah mertua saya baiknya luar biasa. Tiap dikasih bagian nafkah, mamah selalu menolak dulu, lalu bertanya apakah kebutuhan saya sudah cukup. Iya beliau memedulikan kebutuhan saya dulu. Baru setelah saya bilang cukup, beliau mau menerima dengan bahagia. :') Suami pun, tiap punya rezeki lebih dan memberikannya ke orangtuanya selalu lapor. Bukan karena saya istri yang curigaan, tapi dia respek dengan saya. Dia mau menjalankan kesepakatan kami di awal menikah. Saya pun tidak pernah mempermasalahkan sebanyak apa suami memberikan nafkah ke mertua. Karena saya tahu, suami adalah milik ibunya. 2. Konflik menantu-mertua sering terjadi saat suami mendapat laporan dari salah satu pihak, lalu marah pada pihak lain tanpa tabayyun terlebih dahulu. Solusi yang saya ajukan adalah JANGAN PERNAH PERCAYA PADA SATU PIHAK SAJA. BERSIKAPLAH NETRAL. JADILAH PENENGAH! "Kalo mas dapat laporan dari ade tentang mamah yang begini begitu, jangan langsung percaya sama ade. Tabayyun dulu sama mamah mas." "Begitu pula saat mas dapat laporan dari mamah tentang ade yang begini begitu, jangan langsung percaya sama mamah. Tabayyun dulu sama ade." "Setelah mendengar dari kedua pihak, barulah mas mengambil sikap. Jangan segan menasihati ade untuk taat sama mertua kalo memang ade salah. Jangan ragu juga kalo harus menjelaskan ke orangtua mas dengan baik. Jadilah penengah yang bijaksana." Alhamdulillah sampai sekarang kami gak pernah mempraktekkan poin ini karena gak pernah mengalaminya. :) 3. Konflik lain yang sering terjadi adalah mertua intervensi pengasuhan cucu-cucunya. Solusi yang saya tawarkan adalah JADILAH JURU BICARA ADE saat kita menerapkan pola asuh tertentu yang berbeda dengan mertua. Untuk hal ini, suami istri harus sepakat dulu berdua tentang pola asuh apa yang mau dijalankan di keluarga. Alhamdulillah, karena udah ngomong begini jauh jauuh hari di awal menikah. Jauh sebelum punya anak. Maka, begitu punya anak dan dapat satu dua komentar dari mertua tentang pola asuh yang kami jalankan, suami langsung pasang badan jadi juru bicara saya. Saat saya memilih ASI ekslusif, sementara mertua meminta mpasi dini sesuai kebiasaan orang jaman dulu, suami dengan bijak dan sambil bercanda langsung menanggapi orangtuanya dengan sopan. "Kata dokternya begitu mah. Biarin aja dech. Jaman sekarang harus ASI 6 bulan. Aku mah manut dokter doang. Kata dokter ususnya belum kuat." Saat mertua khawatir dengan cara saya menggendong bayi pakai baby wearer sementara menurutnya lebih baik pakai kain jarik, suami membercandai mamahnya. "Itu gaya menggendong jaman sekarang mah. Kalo pakai jarik nanti gak keren. Gak matching sama Novi yang cantik dan modern." Wkwkwk Begitu pula saat kami menerapkan minim screentime ke anak dan lebih memilih bawa buku kemana-mana termasuk saat main ke rumah mertua. Dengan sopan, kami katakan bahwa anak-anak kami tidak dibiasakan main gadget atau nonton tv lama-lama. Saat begini, suami pasang badan juga mengomunikasikan pada orangtuanya. Dengan gaya candaan khasnya. "Anakku itu mau jadi professor mah. Masa professor pegangnya hape. Professor ya pegangannya buku dari kecil. Mamah seneng kan kalo cucunya nanti jadi professor?" Hehehe cukup dengan candaan-candaan ringan begitu. Suami sudah menyelamatkan prinsip parenting kami. Alhamdulillah tak perlu terbawa arus konflik terlalu dalam. 4. Bersepakat untuk SALING PROMOSI Jadi saya ini insecure banget pas awal nikah. Takut ada perilaku saya yang gak berkenan di hati mertua karena saya gak banyak dididik tentang sopan santun. Makanya saya wanti-wanti suami untuk melaporkan keluhan mertua tentang (kalo ada) dan mem-back up saya dengan sebaik mungkin sambil saya belajar memperbaiki diri. Alhamdulillah selama 6 tahun menikah, gak banyak keluhan mertua tentang saya (setidaknya yang suami laporkan). Dan hanya ada satu yang pernah terlontar. Yaitu saat mamah mertua melihat saya ketiduran saat menyusui di siang hari. Di keluarga mertua, gak ada yang hobi tidur. Sementara saya ini ngantukan banget. πŸ™ˆ Mertua sih gak mempermasalahkan, cuma bertanya aja kenapa aku tidur. Alhamdulillah suami dengan sigap menjelaskan kondisi fisik saya. "Kasian mah. Novi itu fisiknya gak kuat kalo dipaksa gak tidur seharian (pagi-sore), dia itu harus tidur siang meski sebentar. Terus mungkin tadi malam habis begadang nyusuin bayi, jadi wajar kalo sekarang ngantuk." Huaa mendengar ini rasanya plooong bangeet. Makasih udah menyelamatkan muka ade di depan mertua. Sambil saya lebih hati-hati lagi kalo mau tidur siang di rumah mertua. 😁 5. Sering kasih hadiah atau bingkisan untuk mertua Bagian ini gak terlalu works buat saya karena mertua gak suka dikasih hadiah yang unyu-unyu. Malah mamah mertua yang sering ngasih ke kami. πŸ˜… Meski begitu, saya mencoba peka dan pengertian tiap mertua butuh apa-apa. Saat pompa air mertua bermasalah dan gak bisa diperbaiki, saya bilang suami untuk belikan yang baru meski harus memotong jatah belanja saya. Saat mertua cerita gak nyaman tidurnya karena banyak kutu kasur, saya minta suami belikan kasur yang baru. Saat genteng rumah mertua bocor, suami yang benerin. Saat butuh rehab rumah atau dicat baru karena udah usang, saya dukung suami nyumbang banyak. Atau saat ada project keluarga besar, saya selalu mendukung sepenuh hati. Atau saat mertua sakit, saya dukung suami merawat mereka dengan maksimal. Meski harus ke rumah mereka malam-malam. Kadangkala, kekhawatiran mertua saat melepas anak laki-lakinya menikah adalah ketakutan akan kehilangan bakti anaknya karena sibuk dengan anak istri. Makaaa, kapanpun mertua butuh suami, saya selalu ijinkan suami bersegera memenuhi panggilan orangtuanya. Saya ingin, mertua saya tidak kehilangan anaknya, baik fisiknya, kasih sayangnya, maupun finansialnya. Qadarullah setelah pindah ke Tegal, kantor suami dekat dengan rumah mertua, jadi hampir tiap hari suami mampir menjenguk orangtuanya dan memantau kondisi mereka. Saya dan anak-anak juga rutin mengunjungi mereka seminggu atau dua minggu sekali di akhir pekan. Bertemu cucu adalah mood booster paling menyenangkan buat para kakek nenek. Alhamdulillah dengan perencanaan manajemen konflik menantu-mertua sejak sebelum menikah dan begitu resmi menikah, kami tidak pernah berkonflik dengan mertua. Kuncinya pada kekompakan suami istri dan komunikasi. Selanjutnya yang penting lagi adalah sama-sama ridho. Kita ridho sama mertua. Insya Allah mertua pun ridho sama kita. Allah pun ridho melihat kebaikan yang ada diantara kita. πŸ˜‡πŸ€— Semoga kita bisa menjalin sebaik-baik relasi dengan mertua kita. Dan semoga saat jadi mertua nanti, kita bisa meneladani hal-hal baik yang ada pada mertua agar kita bisa menjadi mertua yang dirindukan oleh menantu-menantu kita. 🀲🀲🀲 FB Novika Amelia Sumber : https://www.facebook.com/1830530138/posts/10215417349666849/

MEMENANGKAN HATI MERTUA
1 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan
VIP Member

bantu up ya bun... nice sharing...