Dilema ibu baru karena keluarga - Perjuangan tak mudah demi menjadi #ibujuara

Dilema ibu baru itu macam-macam ya, Bun. Alhamdulillah anak pertama lahir dengan sehat dan selamat dengan vacum dan bonus obras. Saya kira perjuangan sudah berakhir tetapi ternyata justru babak baru dimulai. Pulang pertama kali k rumah mertua karena ikut dengan suami yang masih belum pisah. Hari pertama dihadapkan dengan batin yang perih ketika anak diberi air putih hanya karena saya sedang tidur krn kecapekan. Dengan alasan tidak tega bangunin. Akhirnya debay keselek sampe seperti gelagapan dan nangis parah. Bayangan horor muncul dibenak. Ya Allah pengen nangis rasanya tapi gak enak. Huhu. Ternyata kejadian yang sama terulang oleh ibu sendiri di hari kedua karena baru ditinggal mandi dan anak nangis. Ya Allah rasanya, seperti tidak memiliki support team untuk mengasihi. Berikutnya drama dimulai ketika anak mulai rewel dan sampe tidak mau menyusui. Semua bilang minta disambung sufor, kasihan bayinya dsb. Terlebih lagi waktu coba pumping dan hanya dapat beberapa tetes. Speechless. Pengen nangis lagi. Kenapa sih nggak ada yang mendukung buat full asi? Sampai akhirnya suami berangkat ke bidan untuk mengirimkan dokumen yang diminta sebelumnya serta menanyakan perihal susu sambung. Barulah semua diam dan berhenti bahas susu sambung. Namun, perjuangan belum berakhir. Ketika luka jahitan belum reda sakitnya, tamu dari mertua hilir mudik berganti. Sampai 7 hari berlalu tidak punya waktu istirahat buat tidur siang sama sekali. Rasa2nya jahitan begitu nyeri dan anak rewel sekali. Hingga akhirnya 7 hari berlalu dan waktunya kontrol di rs. Ternyata bilibburin tinggi dan harus difototerapi. MasyaAllah setelah kelelahan dengan adat di rumah akhirnya diberi quality time ber.3 dengan debay. Walaupun 2 malam kami jalani tak mudah. Adik rewel sekali karena asi saya tak lancar. Padahal pas hari pertama lahir langsung keluar dan bagus. Konon ini faktor cemas atau perasaan orangtua yang berpengaruh pada kuantitas asi. Kupikir semua berlร lu ketika adik sudah pulang, ternyata rewel masih terus berlanjut. Mertua yang nengokin terus ketika adek nangis membuat tidak bebas mengurus bayi. Akhirnya 2 minggu kontrol penambahan bb hanya 30 gr. Dokter menyarankan untuk terus mengasihi. Anak rewel tetap tiada henti. Dan di minggu ketiga hanya menambah 50gr. Bb bayi masih dibawah waktu lahir. Akhirnya disarankan untuk sufor demi kebaikan bayi. Alhamdulilah mulai tenang dan gak rewel lagi. Namun, dilema dimulai lagi. Posyandu. Semua menanyakan dengan alasan kenapa disambung sufor Dan berlanjut dengan judge kalau ibunya gak doyan makan dsb. Rasanya perih sekali Mereka tidak tahu gimana perjuangan yang kami lalui. Mereka tidak tahu bagaimana rasanya menyusui tiada henti karena bayi tak kunjung kenyang. 2 bulan berlalu, bb bayik sudah 4.2 Tetapi suara sumbang di posyandu belum berakhir. Mereka dapat cerita dari mertua kalo ibunya susah makan. Bagaimana mau makan kalau tak ada yang dimakan. Saya harus menyiapkan makanan dikala anak rewel. Dilema di tempat baru gak berani naik motor karena medan yang tidak memadai. Saya baru bisa makan pagi setelah jam 8 dan anak terkondisikan dan bisa masak. Masakan mertua hanya tumis pedas setiap hari. Meski begitu akhirnya setelah waktu berlalu, saya memberanikan untuk bawa motor setelah diturunkan dr rumah yg agak ngeri tanjakannya sama suami. Saya memilih belanja sayur matang tiap pagi. Urusan makan berakhir. Namun urusan keputusan kami memakai pampers di malam hari supaya adek nyenyak dan demi kewarasan kami masih berlanjut. Mertua dan ortu sendiri tidak mendukung dan membandingkan dengan anaknya terdahulu. Walau begitu kami tebalkan telinga. Sekali lagi ini demi kewarasan ibu baru. Saat ini kami masih berusaha merawat anak bayik. Berusaha sebaik kami. Semoga diberi kewarasan dan kesehatan selalu. Mohon doanya bunda2

Dilema ibu baru karena keluarga - Perjuangan tak mudah demi menjadi #ibujuara
1 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan

MasyaAllah.. luar biasa sekali perjuangannya bun, semoga kesabarannya menjadi berkah dan ibadah bunda. semoga Allah mudahkan untuk segera tinggal terpisah dengan keluarga yang lain. kalau perlu yang jauh aja ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ™ˆ karena sebaliknya dengan pengalaman saya yang sejak menikah ikut suami merantau hanya berdua, keluarga di kampung selalu cemas karena mulai selama kehamilan, persalinan, dan merawat bayi saya jalani sendiri bersama suami. memang benar repot, tapi alhamdulillah tenang, semua saya pelajari sendiri berkiblat kepada para petugas kesehatan dan pengetahuan medis. semangat terus bunda ๐Ÿ’ช๐Ÿปโ˜บ bunda adalah ibu yang terbaik.. semua kesulitan pasti akan berlalu, semoga Allah bukakan juga pintu hati orang-orang tua bunda agar dapat menjadi kakek nenek yang lebih baik bagi cucu-cucunya

Baca lagi