Teruntuk Suamiku, dari Istrimu Pasca Melahirkan

Di hari ketika buah hati kita terlahir, aku juga terlahir sebagai ibu, begitupun pula kamu, terlahir sebagai ayah. Proses operasi yang kulewati mungkin sedikit membuatku trauma, tapi segala nyeri seketika hilang saat kudengar suara tangis kecil itu pertama kali di dunia. Air mataku terurai, mengucap penuh syukur atas nikmat yang Allah berikan, atas titipan yang Allah percayakan kepada kita. Sekarang segalanya berbeda diantara kita, kini yang kita pikirkan bukan hanya tentang mauku dan maumu. Tapi semua bergantung pada apa yang terbaik bagi anak kita. Janganlah heran, suamiku. Mungkin kau menemukan aku bukanlah aku saat dulu masih berdua bersamamu. Mungkin kau merasa prioritasku bukan kamu lagi, mungkin aku jadi jarang menyiapkan sarapan atau minuman kesukaanmu. Janganlah heran, jika selepas bekerja kamu melihatku tidak cantik, berdandan dan wangi. Tapi dalam kondisi berantakan dan kelelahan. Janganlah juga kau ikut marah, jika sesekali aku terbawa emosi entah apa penyebabnya. Ini hanya karena lonjakan hormon dan perubahan rutinitas yang membuatku sedikit kaget. Bayangkan saja, bayi butuh disusui setiap 2jam sekali, dan ini juga berlaku malam hari. Di sela-sela itu, dia pasti buang air kecil atau besar dan aku harus mengganti popoknya. Belum lagi kalau waktu dini hari dia lebih banyak bangun dan tidak mau tidur, aku harus begadang menemani dan menggendongnya. Ketika pagi, selepas dia mandi saat dia mulai tertidur pulas, aku juga ingin tertidur di sampingnya. Tapi apa daya, cucian menumpuk dan pekerjaan rumah lain menanti. Aku tidak mengeluh sayang, aku bersyukur setiap detiknya karna bisa melewatkan momen bersama si kecil, dan senantiasa berdoa semoga lelahku menjadi ladang pahala. Aku hanya ingin kamu tau, rutinitasku saat kamu bekerja, sehingga saat pulang kerja kamu tidak berkata, 'seharian ngapain aja?' Atau, 'kok belum mandi dan beres2?' Karna sesungguhnya aku hanya butuh dukungan, dan jangan lupa aku juga butuh disayang. Sama seperti sebelum hadirnya anak kita. Maafkan aku jika terkadang aku suka uring-uringan sendiri. Aku baru sadar jika kurang tidur benar-benar bisa membuat sakit kepala dan emosi tidak stabil. Aku tau kamu lelah bekerja, inginnya di rumah langsung istirahat dengan nyaman. Tapi tahukah sayang? Aku bukannya menuntut kamu begadang bersamaku setiap malam. Aku hanya ingin kamu lebih pengertian tanpa aku meminta. Betapa bayi newborn butuh seluruh perhatian kita, seperti saat dia menangis dan aku harus langsung terbangun dan menyusui dia. Sungguh manisnya seandainya kamu juga terbangun lalu mengambilkanku minum. Atau seandainya saat sepulang kerja kamu membelikanku macam-macam cemilan kesukaanku, karna kadangkala aku kelaparan tengah malam di sela-sela menyusui. Aku tidak perlu seluruh waktumu habis untuk kita, aku hanya butuh perhatian kecilmu yang bisa membuat moodku membaik, nyeriku pasca caesar terlupakan dan lelahku tergantikan. Janganlah heran, suamiku, jika aku belum mampu diet untuk mengembalikan bentuk tubuhku seperti sebelum hamil. Karna kalau kamu tau, jika aku memaksa diet maka asiku tidak selancar biasanya. Aku juga belum mampu memakai korset atau stagen dalam waktu yang lama, karna bekas luka operasi rasanya masih seperti di sayat-sayat. Jadi, jangan membuatku minder dengan berkata, 'nanti kalau kurus lagi pasti cantik' atau, 'diet ya biar cantik lagi kaya dulu' Mungkin kamu tidak bermaksud jahat, nada bicaramu juga lembut. Tapi ketahuilah bahwa hati ibu pasca melahirkan sangatlah sensitif. Sehingga kadang diam-diam aku menangis karna merasa kamu tidak lagi sayang padaku, karna aku tidak cantik dan menggoda seperti dulu. Sampai-sampai terbawa mimpi, aku bermimpi kamu ingin menikah lagi karna aku tak lagi menyenangkanmu bila dipandang. Tapi syukurlah semua itu hanya mimpi. Janganlah lupa, rasa sayangku padamu tetap sama sejak hari ketika kamu mengucap akad hingga saat ini, bahkan mungkin bertambah berkali lipat sejak hadirnya si kecil. Terimakasih ya sayang, kamu sejauh ini bisa bersabar menghadapi mood ku yang naik turun, mau sesekali begadang menemani si kecil, dan selalu memelukku saat aku mulai goyah dan lelah. Ingatlah bahwa sesungguhnya hanya perhatian dan kasih sayang yang kubutuhkan, dan kesabaran yang ekstra dalam menghadapi emosiku yang naik turun. Karna semua ini demi anak kita, penawar letih kita.

1 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan
VIP Member

Peluk bunda, semangaaattt!

5y ago

Makasih bundaa πŸ€—