Dari awal kenal sama dia, saya udah agak agak curiga pasti akan serba terbalik kalau nanti kami berumah tangga. Saya yang bragajulan, dia yang rapi. Saya yang jarang mandi, dia yang tiap mandi bisa sampe setengah jam sendiri entah ngapain. Benar saja. Begitu kami sudah menikah langsung keliatan semua. Beruntung sejak masa pacaran kami sudah saling terbuka dan punya komitmen apapun harus dibicarakan dan diungkapkan. Mau itu soal keuangan, rencana masa depan, apalagi urusan menyangkut hati, sudah pasti harus sangat jelas sedang kesel atau sebel.
Sering banget kesel sama dia yang -bagi saya pribadi ko laki ribeeettt banget- cereweeeett banget soal urusan rumah yang aturan mah saya gitu sebagai ibu di rumah yang ngatur, ini mah diaaa mulu usak usek di rumah. Kan jengkel jadinya.
Adakalanya pas kita libur bersama kan pengennya santai-santai, usel-usel sama anak, kelonan, apa ngobrol ngalor ngidul. Eh si bapak malah udah utak utek mretheli kipas angin, katanya mau dicuci dan dibersihin. Kadangkala bantal-bantal plus kasur diangkati ke atas dijemurin, itu tuh sambil dia nyalain air keran mesin cuci, belom nanti dia menata ulang kamar, dan diakhiri dengan ngepel. Dan itu sudah rutin loh bukan cuma sesekali. Sebenernya sih bersyukur ya ada pasangan hidup yang mengerti dan meringankan tugas, tapi ndak enaknya tuh kan kami tinggal dekat mertua. Atuh saya teh jadi kanyahoan pisan malesnya, dan pak suami ntar dikira emak bapaknya diperalat jadi PRT sama saya. Padahal kan engga ?.
Sudah gitu si bapak ini bukan bapak bapak kekinian yang doyan shopping, apalagi ngajak istrinya makan di tempat ngehits, delivery food, yang gini gini nih si bapak engga suka. Bahkan tiap kerja dia selalu minta dibekel padahal saya aja masih beli kalo makan di kerjaan ?. Bagi saya itu, ngga ringkes dan ngga simpel, agak ngrepotin dan jadul.
Tapi ternyata di balik semua itu hampir setiap kali kami mengobrol panjang di malam hari sambil mereview hal-hal yang sudah kami lalui, atau pertengkaran-pertengkaran yang terjadi, acapkali saya yang paling banyak bersyukur telah dipilihnya menjadi istrinya.
Sering sekali saya bersyukur karena dia memilih saya untuk dipinangnya dan menemaninya dalam membangun rumah tangga. Dan tak jarang saya menangis dalam pelukannya dalam rasa syukur luar biasa kepada allah SWT yang telah menganugerahi saya seorang suami yang tak pernah lelah dan bosan membimbing saya. Yang saya rasakan kasihnya begitu dalam dan tulus.
Pak suami yang enggan beli makan di luar karena menurut perhitungannya lebih hemat bekel dari rumah, yang walaupun cuma dibekel telor dadar dan nagget ngga protes. Pak suami yang sejak kami memutuskan menikah kartu ATM payroll nya sudah diserahkan pada saya. Pak suami yang engga pernah minta uang apapun kecuali uang bensin. Yang kalopun jajan even hanya semangkok bubur ayam pun pasti laporan sama istrinya. Yang kalo liat istrinya jajan mulu hanya geleng-geleng kepala.
Pak suami yang ketika istrinya masih masa pemulihan pasca melahirkan, dia yang cucikan baju istri dan anaknya, yang sikatin pup di popok anaknya, yang baju kerjanya menjadi kusut karena tak terurus istrinya tapi tak protes karena lebih besar rasa pengertiannya. Suami yang mau selalu mengkomunikasikan apapun yang mengganjal di hatinya. Hingga kami bisa saling memperbaiki kekurangan satu sama lain. Yang walaupun masakan istrinya ngga begitu enak tapi ngga pernah ngata-ngatain (paling besoknya minta jangan masak menu itu lagi ?).
Suami norak yang baper karena foto pernikahan kami tak pernah dipajang istrinya di feed instagram. Padahal alasan saya sepele -hanya karena belum dapat caption yang mantul saja- .
Suamiku yang penuh kasih, yang lelahnya selalu rapi dia sembunyikan hanya agar kami bisa bertahan dan menabung beberapa rupiah rela tiap subuh bangun mengantar istrinya sampai kerjaan, sembari masih berbakti pada ayah ibunya membantu mengantar sayuran. Yang masih bersedia repot sepulang mengantar istrinya, membuatkan makan untuk anaknya dan menyuapinya. Padahal siang harinya dia masih harus berangkat kerja dan pulang tengah malam.
Suamiku yang tak seratuspersen sempurna, tapi cintanya bagi istri dan anaknya tak kurang tak lebih selalu memenuhi hati.
Terima kasih yah,
Terima kasih telah lahir di dunia ini. ❤️
#rumahtanggaTAP