MENGAPA AKU TIDAK SEBERUNTUNG TEMAN2KU DALAM HAL APAPUN??

Bun, mau curhat soal kehidupan, aku lagi di fase merenung dan "mengasihani diri sendiri". Dulu aku selalu berfikir, kekayaan tidak lah penting, hidup sederhana, tanpa hutang dan cicilan, keluarga yang utuh sudah jauh dari cukup. Tapi, salahkan aku ketika berhadapan dengan teman2 sebayaku, aku menjadi sangat minder?? Jujur, rasa minder ini membuatku menarik diri dari pergaulan, jika orang lain mendekati orang2 kaya, aku justru malu terlalu dekat dengan teman2 lamaku, karena aku merasa sudah tidak sepadan dengan mereka. Mungkin karena sejak SMP, aku selalu berada di kelas unggulan, aku selalu berada di circle orang2 cerdas dan punya masa depan yang cerah, entah aku salah masuk di sana, tapi aku memang masuk sekolah dan kelas unggulan, bahkan kampus unggulan karena aku selalu lolos tes dan nilaiku selalu cukup. Terutama saat kuliah, Aku punya 2 orang sahabat, kami selalu kemana2 ber-3. Ke 2 sahabatku memang lebih terkenal dan lebih cerdas dari aku, mereka juga aktif dalam kegiatan, cowok2 banyak yang naksir dengan mereka, kedua temanku cantik2, pintar2 dan tinggi2, banyak yang berfikir mereka seperti anak kembar, sedangkan aku pendek sendiri, jelek sendiri, nilaiku pas2an sendiri, aku sama sekali tidak menonjol dalam hal apapun. Mungkin saat kami berjalan ber3, yang selalu terlihat adalah ke 2 sahabatku. Aku invisible, aku tidak pernah dinotice baik oleh dosen maupun teman2, bahkan ke 2 temanku sering di ajak dosen mengerjakan projek2nya sementara aku tidak pernah diajak. Saat itu aku berfikir, Gapapa, namanya juga masih kuliah, masih belajar, kita gak pernah tau nasib kami ke depannya, mungkin setelah kuliah aku akan lebih maju dan bisa menyamai mereka, rezeki gak ada yang tau, mungkin aku akan dapat kerjaan yang mapan, dan punya suami yang mapan, seperti dalam drakor, fikirku telalu halu. Tapi ternyata, aku juga tidak lulus tepat waktu, sahabatku yang paling pintar lulus lebih dulu, dia bahkan bekerja sebagai manager di luar kota dengan gaji 2 digit, Sahabatku yang paling cantik juga belum lulus, tapi dia menikah muda dengan seorang anggota aparatur negara, sementara aku? selama satu semester aku mengejar ketertinggalan IPK ku, setelah itu menyusul skripsi, aku lulus telat setahun. Setelah lulus, aku juga tidak langsung dapat pekerjaan yang mapan, selama 2 bulan diomelin bapakku karena menganggur, bertahun2 aku bekerja freelance sebagai pengajar les, karena aku tidak cocok bekerja kantoran. Waktu berlalu, Sahabatku yang paling pintar menikah dengan pegawai BUMN, dijodohkan oleh Ustadz tempat kami mengaji, ya Allah, betapa sempurna kehidupan sahabatku, dia punya pekerjaan dan penghasilan mapan, lalu dijodohkan dengan lelaki mapan yang kesholehannya dijamin Ustadz, aku saat itu iri, aku berfikir, kenapa Ustadz tidak adil? kenapa dia menjodohkannya dengan sahabatku, bukan denganku yang juga butuh penopang hidup?? Di sisi lain, sahabatku yang paling cantik, sudah lulus kuliah dan punya anak. Lalu aku apa?? pekerjaanku tidak tetap, tabunganku tidak ada karena jadi tulang punggung keluarga, Usiaku mendekati 30 Tahun dan aku belum menikah, kenapa fase hidupku selaly terlambat ya Allah? 😭 Waktu berlalu, Alhamdulillah aku dapat pekerjaan tetap dengan gaji lumayan, tapi tidak juga berjodoh, kedua sahabatku sudah bahagia dengan anak2 dan suami mereka masing2 dengan kehidupan yang mapan. Di usia 29 tahun, akhirnya aku berjodoh dengan suamiku, aku mengenalnya sejak SMP dan aku langsung menerima pinangannya, aku tidak perduli gajinya hanya UMK, dan dia buta warna parsial, dia hanya lulusan STM yang jenjang jabatannya terbatas, dia juga tidak ikut pengajian, aku tau prospek ke depan bersamanya aku tidak akan pernah kaya. Saat itu aku berfikir, manusia tidak ada yang sempurna, aku tidak bisa lagi menunggu dijodohkan oleh Ustadz demi hanya untuk mencari yang sempurna. 2 tahun kami tidak di karuniai anak, sementara ke 2 sahabatku masing2 sudah punya 2 dan 3 anak. Aku terus berfikir, Ya Allah, kenapa kehidupanku selalu terbelakang dibanding dengan ke 2 sahabatku?? 😭 Alhamdulillah sekarang aku punya seorang anak. Aku sangat mensyukurinya, tapi pikiranku sebagai manusia terus membandingkan hidupku yang pecundang dengan sahabat2ku, hanya suamiku yang karyawan swasta biasa dengan gaji UMK, hanya aku yang tidak punya mobil, saat berkumpul, hatiku teriris melihat anakku panas2an di sepeda motor, sementara anak2 lain di mobil ber AC 😭 dan hanya aku yang tidak pernah pergi ke luar kota ikut suami seperti ke 2 sahabatku. Apa kelebihanku dibanding mereka?? Aku tidak lebih kaya dari mereka, aku tidak lebih cantik dari mereka, aku tidak lebih sholehah dari mereka, aku tidak lebih bertakwa dari mereka. Di saat mereka sudah punya segalanya, aku masih sibuk menghitung uang bulanan yang kuusahakan cukup Apakah aku hanya akan terus jadi pecundang seumur hidup?? Aku bahkan tidak tau aku punya kelebihan dan bakat apa untuk membuat diriku lebih baik dan bisa diandalkan. Aku Hanya tidak ingin anakku tidak seberuntung diriku karena punya orang tua yang pas2an 😭

30 Tanggapan
undefined profile icon
Tulis tanggapan

bun... aku jg pernah merasa iri sama temen² ku... aku ini dulu di sekolah anak yg pinter. kelas 1 SD ranking 6, dan dari kelas 2 SD sampe saya lulus SMK selalu ranking 1. udah banyak kegiatan yg aku ikutin selama sekolah, berbagai macam lomba dari tingkat kecamatan sampe nasional. zaman dulu pemerintahan SBY-JUSUF KALLA dan SBY-boediono, saya sering ikut upacara² nasional yg di hadiri baik sama pak SBY maupun diwakili wapres nya. ikut macam² kegiatan yg dihadiri gubernur jabar bahkan pernah diundang jamuan makan malam di rumah dinas bupati. dari circle kegiatan² itu saya banyak mengenal teman, tapi saya perhatikan mereka semua selain pintar jg berasal dari background ortu yg berkecukupan, hanya saya aja yg bener² dari kampung pelosok. dulu optimis sekali, biarpun saya dari keluarga yg kurang mampu, pendidikan ortu saya cuma SD, saya yakin saya bisa sukses dengan kemampuan saya. awalnya bermimpi ingin masuk STAN supaya bebas biaya kuliah plus masa depan saya terjamin pasti jadi ASN. tapi kenyataan melempar saya bahwa tidak ada yg mendukung saya, saya tidak tau bagaimana cara mendaftar, apa saja prosedural nya, persiapan tes dll... tidak ada yg bantu bahkan tidak ada yg memberikan informasi apapun sampe akhirnya ternyata pendaftaran di tutup. masih ingin punya harapan, masuk ke PTN lewat SNMPTN tapi lagi² kenyataan melempar saya sejatuh jatuhnya, tidak ada yg mendukung, mendengar perkataan dari guru "meskipun PTN dan lewat SNMPTN tapi tetep uang semester kuliah uang pangkal dll itu bayar ga gratis, bisa lewat beasiswa bidik misi itupun proses nya sulit" ciuut nyali saya saat itu, belum mikirin biaya hidup ngekos dsb. akhirnya dapat beasiswa dari PTS di kota asal saya, pikir saya tak apa PTS tidak ternama jg tapi disini saya bisa kuliah gratis bisa bolak balik rumah dan bisa sambil kerja. alhamdulillah nya ga lama saya dapat kerja di sebuah PT, tapi hidup membuat saya harus memilih, karna saya kerja di PT kena sistem shift dan saat itu sedang UTS, saya hanya bisa memilih salah satu lanjut kuliah dengan berhenti kerja atau tetap kerja dan DO kuliah. saya meminta kebijakan ikut UTS susulan tapi kampus mengenakan saya denda yg cukup lumayan karna dianggap tidak menghargai beasiswa. saya baru masuk kerja belum ada penghasilan, ortu ga bisa bantu, bahkan bapak saya menekan kan saya untuk kerja katanya ngapain kuliah, udah jelas² sekarang udah dapet kerja toh ujung² nya jg habis kuliah masih harus nyari kerja, kalo inikan sudah jelas udah masuk kerja. akhirnya saya DO dari kampus dan milih kerja. bapak saya memang biadap. anak nya diperas, gaji saya saat itu cuma 3,2 jt tapi tiap bulan dimintain 2jt, di todong dipaksa di bentak bahkan sekedar ditanya duit nya mau buat apa dia ngamuk. dulu saya masih anak kecil yg tanpa perlindungan. ibu saya terpaksa jadi TKW, tiap bulan ngirim duit ke bapak saya, gaji saya jg diperas tapi kebutuhan adik² saya ditanggung nenek semua. duit yg diterima bapak saya entah kemana dipake apa. gaji saya cuma 3.2jt dipalak 2jt sisa 1.2jt buat saya hidup bayar kontrakan bensin dan makan, pernah looh saya cuma bisa beli gorengan 3rb buat makan sehari. 2 tahun kerja di PT ternyata jodoh saya adanya disitu. habis kontrak saya langsung menikah. ini yg saya syukuri, meski ga sempurna, banyak kerikil nya, dan banyak ujian rumtang tapi saya rasa hidup saya masih sedikit beruntung ketimbang para perempuan yg kurang beruntung diluar sana. ini kisah sedih saya, si anak pintar yg selalu ranking 1, selalu di puji² warga desa karna jadi anak paling hebat, yg selalu di puji² guru, disanjung² temen dan keluarga, ternyata kenyataan hidup membanting saya sampai ke titik paling rendah memaksa saya untuk SADAR DIRI BAHWA TANPA RELASI TANPA KONEKSI TANPA DUIT semua hanya percuma 😭😭😭 sekarang saya hanya IRT, melihat teman² lain yg dulu satu circle kegiatan dengan saya semua nya punya gelar, beberapa orang jebol P3K menjadi calon PNS, beberapa menjadi profesionalis seperti bidan perawat dokter, beberapa bahkan S2 di luar negri, satu di german satu lagi di kansas university. dapat pasangan yg juga setara, sementara saya hanya IRT lulusan SMK bersuamikan karyawan swasta operator bergaji UMR. kalo liat temen² saya rasanya sedih, ya saya iri, kenapa hidup hanya berpihak pada mereka yg memiliki dukungan dibelakang nya 😭😭😭 tapi balik lagi kalo saya liat kehidupan saya saat ini dibandingkan dengan teman² saya yg lain yg dengan background keluarga yg sama, sepertinya hidup saya jauh lebih baik dari mereka.

Baca lagi
9mo ago

Pokoknya mari kta sama2 semangat ya bun, dan menghargai diri kita sendiri.

bun rumput tetangga akan selalu terlihat lebih indah,hingga kita benar2 berada diatas rumput itu kita akan menyadari bahwa rumput tersebut trnyata tidak seindah seperti yg terlihat sebelumnya,dan kita akan kembali melihat rumput yg lain lebih indah,begitu seterusnya. kita ga tau dibalik kebahagiaan dan kesuksesan orang lain ada ujian besar apa yang menyertai,kita ga tau perjuangan mereka,kita ga tau masalah mereka apa,krn kita semua pasti punya masalah hanya saja ga semua orang menampilkan kesedihan dan perjuangannya,kebanyakan orang hanya menampilkan yang indah2 saja,terutama di sosmed,bunda pun akan pilih foto terbaik untuk di upload di sosmed kan,bukan foto bangun tidur masih kucel pake daster bolong2. begitupun orang lain,bahkan bisa jadi ada orang lain yang juga tengah iri dengan kehidupan bunda. bun,saya mau share aja,ini kejadian di diri saya sendiri. saya kerja di sebuah perusahaan swasta. saya perempuan sendiri waktu itu,semua karyawan lain laki2. Dan sy tergolong masih muda saat sy masuk situ. lalu sy menikah,suami sy ga sebagus sy karirnya,dia smpt menganggur ga lama sebelum anak pertama saya lahir,cukup lama nganggurnya dan hanya sy yg kerja mencukupi kebutuhan keluarga kami. kami masih ngontrak waktu itu,dan saya ada rezeki lebih yang akhirnya saya belikan mobil. belakangan saya baru tau bahwa ada banyak orang yg iri,entah tetangga kontrakan,teman kerja saya,dll. gong nya saat sy smpt nebeng temen saya utk pulang krn suami ga bisa jemput,udh bapak2,cukup tua,dia terang2an bilang "Kamu mah enak,masih muda udah punya mobil,rumah juga baru ngambil,walaupun cicilan kpr nya masih lama tp ya seenggaknya udah ada. saya udh kerja puluhan tahun gini2 aja" dsitu sy ky yg degggg gt loh,saya langsung jawab "pak,bapak tau ga beli mobil itu uang dari mana? itu hasil orangtua saya jual kontrakan 7 pintu pak. kenapa dijual? krn orangtua saya bercerai dan beberapa aset jadi bahan perdebatan setelah mereka cerai,sampai sekarang pun pisahnya ga baik2 masih sering berseteru, sampai akhirnya diputuskan beberapa aset dijual,lalu uangnya dibagi 4,ke orangtua sama ke sy dan adik saya. dp rumah saya pun pakai uang itu pak. pak,bapak tau ga,kalau saya boleh pilih,saya lebih pilih orangtua saya bersatu,utuh,menjadi keluarga harmonis ky orang2,dibanding punya mobil dan rumah. meskipun sayangnya sy ga bisa memilih. saya malah iri lihat keluarga bapak harmonis,orangtua bapak juga masih pada ada kan,sampai tua masih hidup tentram di kampung kan" dsitu dia diem ga bs jawab apa2. dr kejadian itu pikiran sy berubah,kalau kita lihat kehidupan orang lain lebih indah,ya kita cuma gatau aja masalah dia apa? bisa jadi sbnrnya lebih berat masalah dia hanya aja ga kelihatan sama kita,ga keliatan aja pas dia nangis2nya gimana,ga keliatan aja pas dia berdarah2nya gimana. dari situ sy ga mau nyinyir2 sm hidup orang

Baca lagi
9mo ago

terimakasih bun, atas pelajaran berharganya.

aku pernah d posisi bunda, lulus kuliah telat, ketika temen2ku udh mulai menata karier nya aku masih bergelut dengan skripsi, skripsi ku terlambat karena org tua ku ga punya dana buat penelitian, akhirnya aku kerja dulu. aku jg punya 2 temen dg latar belakang yg sama, kami anak pertama dr keluarga broken home. aku dan satu temanku lulus bersamaan karena kami sama2 telat sedangkan temanku yg satunya lulus lebih dulu dan ketrima PNS, sedangkan temanku yg satunya meneruskan usaha keluarganya punya toko dengan beberapa cabang d kotanya. aku jg pernah d posisi insecure seakan2 kyk "kenapa cuma aku yg kyk gini" pdhl mungkin kita hanya engga tau perjuangan org lain dan melihat dr kesuksesannya aja, tp hal kyk gt justru aku jadikan motivasi bund. waktu itu aku mikir gini "karena aku bukan anak yg pinter2 banget, bukan dr keluarga kaya raya dan banyak relasi, bukan juga org yg sering hoki, maka sudah sewajarnya aku harus berusaha 2x lipat lebih keras dr orang lain", hal seperti itu yg bikin aku ikhlas dan menerima kondisi itu.. waktu itu aku cuma berusaha memberikan yg terbaik, aku kerja di dua tempat dengan sistem shift, shift paling pagiku masuk ketika adzan subuh berkumandang, ketika org2 jalan kaki ke masjid, aku jalan kaki ke kantor, sholat masjid d kantor. pulang kerja sekitar jam 1 an, aku lanjut kerja di tempat kedua, shift ku mulai jam 3 cuma karena perlu prepare dll aku harus dtg jam 2 dan selesai sekitar jam 12 malam. jika d hitung dr sebulan kerja aku punya waktu bener2 libur d 2 tempat kerja cuma 2 hari aja. sholat, ngaji, sholawat, puasa, ibarat kata tirakat aku lakuin. setiap hari aku selalu kejar2an dengan waktu bund, dengan waktu kerja kyk gt aku berusaha memanajemen waktu banget, sampai aku engga punya waktu buat mengeluh. lantas apa seperti itu menjadikanku kaya? hidup enak? hehehe kehidupanku mulai berubah ketika aku menikah bund, alhamdulillah aku menikah dengan laki2 yg bisa memuliakan dan memberikan kenyamanan bagi istrinya. sering aku berpikir apa yg sudah aku lakukan sampai aku bisa mendapatkan rejeki kyk gini. tapi ya itulah bund cukup panjang ceritanya, coba bunda jangan berfokus kehidupan org lain tp memperbaiki kehidupan sendiri2 bund, inget kalo Allah itu memberikan apa yg kita butuhkan dan meski mungkin bukan skrg suatu saat bunda akan bersyukur pernah melewati saat2 sulit yg bisa di ambil hikmahnya untuk ke depan.. 😊🙏🏻

Baca lagi

Kuncinya bersyukur aja Bun ga usah membanding2kan.. Saya juga sekarang IRT walau dulu lulus kehitung cepat dari teman2 malah banyakan sama kating lulusnya tapi dapet kerjaan yg lumayan dgn gaji UMR pas nikah langsung dikasih rezeki hamil dan disuruh suami untuk resign. Awalnya tersiksa banget Krn biasa kerja ini malah dirumah aja, usaha suami lagi maju2nya diawal nikah dan pas lahiran anak pertama ada pandemi covid usaha suami tutup total ga punya side job lain, semua perhiasan habis termasuk mas kawin, cincin tunangan bahkan saya cairkan BPJS ketenagakerjaan, bahkan tabungan bersama dan tabungan saya pas sebelum nikah habis ga tersisa sampai2 suami kerja serabutan dan sekarang anak otw 2 suami buka usaha lagi yg hasilnya cukup untuk kami. Sekarang masih tinggal di rumah ortu saya Krn belum punya rumah sendiri dan Alhamdulillah ga punya cicilan apapun. Temen2 saya ada yg suaminya punya perusahaan, ada yg kerja, ada yg suaminya pppk, ada yg pengusaha sukses dll. Mereka punya rumah sendiri, mobil dll tapi saya ga merasa minder Krn mereka tetap bersikap baik ke saya ga pernah pamer apapun malah yg banyak pamer malah tetangga yg masih ngontrak dan sering merendahkan saya dan suka bilang "Sayang sarjana tapi nganggur" padahal saya ga nganggur saya seorang IRT dan saya bangga sama diri sendiri dan berharap anak saya juga bangga dididik sama ibu sarjana walau ga kerja menghasilkan uang. Suami saya juga lulusan SMA tapi beliau gigih dalam usahanya walau belum sesukses orang2 tapi suami saya sukses di keluarga kecil kami, selalu mengusahakan yg terbaik untuk anak istri. Dan yg saya tahu kalau kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmat bagi kita. Dan percayalah Kehidupan seseorang yg kita lihat sempurna belum tentu begitu aslinya mungkin saja mereka dapat cobaan yg lebih dari kita di sisi lain tapi mereka pandai untuk tidak menampaknnya di hadapan manusia tapi mereka merengeknya sama Allah jadi yg kita lihat kehidupan mereka sempurna dan bahagia selalu. maaf panjang lebar

Baca lagi
9mo ago

Gpp Bun manusiawi kok tapi tetep berusaha bersyukur aja lihat nikmat2 yg sudah Allah kasih pada kita.. Semangat bun^^💪

VIP Member

bund, spertinya kita seumuran. aku juga usia 29th. dan aku sempat mengalami itu dimana aku pny rasa terpuruk, merasa hidup ku kok kayak gini, insecure. dan itu smua trnyata krna aku kufur nikmat. skrg aku dan teman2 ku sekolah, yg intinya sampai saat ini satu circle dgnku, hanya aku yg gak punya mobil. temenku yg dulunya org biasa pun punya suami yg bermobil. tp semua itu trnyata pemberian ortu nya. bukan dari hasil kerja nya sendiri. temenku satunya lg. postingan nya fine dining terus, trnyata gak kayak aku yg mana dia gak bayarin listrik ortu nya, kbutuhan makan dirumah ortu gak ngasih uang sama skali. makanya uangnya bebas dia gunakan utk senang2 dgn hasil postingan sosmed yg slalu wah. bahkan acara 7 bulanan dan aqiqah pun itu yg ngadain mertua nya, krn suami nya sbenernya kerja di toko bangunan milik saudara nya. jd apa yg bisa aku syukuri?? pertama,.allah berikan aku suami yg luar biasa, meskipun kerja cuma sopir truk di perusahaan kontaktor, dia mampu mencukipi kbutuhan anak istrinya tanpa bantuan ortu. dan kedua, temen2 ku itu sering ribut ama suami, yg satu ada yg pernah diselingkuhin , dan alhamdulillah suami ku yg tidak pny mobil kayak mereka tp sangat menghormati dan mencintai saya apa adanya, ringan tangan dan telaten bantuin saya dirumah. dan ketiga, diantara mereka kami lah yg nikah paling akhir tp paling cepat dikasih keturunan. dan keempat,. mereka yg dibantu ortu dan kerjaan nya main sana sini demi postingan wah sampe sering ninggalin anak, justru malah merepotkan org tua kami meski keadaan hanya cukup tapi masih bisa membantu keuangan ortu, yg mana insya allah pasti ada balasan utk anak yg membantu ortu. jadi aku mending gk terlalu liat postingan2 temen2 yg seolah hidupnya enak, takut gak bersyukur.

Baca lagi

Sekarang aku ngerti curhatan2mu sebelumnya Aku lebih muda dari kamu, tapi aku juga pernah merasakan beberapa hal yang kamu rasa. Iri, insecure, apalah itu Beberapa hal yang aku terapkan, dan rada berhasil 1. Stop sosmed. Bisukan story dan postingan temen2mu. Ini untuk jaga hati, jangan sampe kesenangan orang lain jadi keburukan buat kita. Biarin mereka bahagia, kita cukup jangan tau. Gak kebayang kalo tiap hari kita banding2in story mereka dengan kehidupan kita, lalu kita ngelampiasin kekesalan kita sama suami dan anak 2. Harus merasa cukup 3. Orang lain mungkin gak cerita, tapi dibalik kesenangan kebahagiaan mereka itu pasti ada sesuatu dibaliknya. Kesusahan mereka yang mungkin gak mereka bagi ke siapapun. Bisa jadi itu lebih berat dari masalah hidupmu. 4. Beda Start Coba kamu pikir2 lagi, apa latar belakangmu dengan temen2mu sama? Apa mereka dari keluarga berkecukupan? Atau punya ortu yang suportif? Bukan sandwich generation? Kalo temenmu2 dari keluarga yang mampu, ortu suportif dan hidup untuk diri mereka sendiri, itu aja udah jauh beda langkah sama kita yang berkebalikan semuanya.

Baca lagi
9mo ago

top komen 👍

TapFluencer

mba kenapa sibuk membandingkan hidup mu dgn sahabat" mu ? kalian masih suka ngobrol" digrup atau masih sering ketemu ? kalo udh ngga , jangan nyape"in hati dan diri sendiri mba . mending menikmati hidup sm suami dan anak .maaf latar belakang keluarga kamu dn sahabat" kamu gimana ? apa sama ? kasus mu sama mba sm saya . wktu sd kita sahabatan ber3 .kita juga paling pinter ber3 .cuma latar belakang kluarga saya ga mampu mba , jdi temen" sy lanjut di smp fav , sy mentok di smp deket rumah dan smk swasta , sy juga kuliah swasta . emg udh jrang bgt kontak sih . smpai akhirnya kami sudah sm" menikah , sahabat A menikah dgn pilot , sahabat B pramugari stelah menikah jdi psikolog .updetan mereka kemana" naek mobil ,rumahnya mewah . lah saya jadi apa ? saya jdi irt yg setiap bulan mikirin gaji suami cukup apa ngga buat sebulan kedepan 🤣 .motor pun lagi rusak"n mulu 😅 . apa mungkin karena saya cuek ya bun , dan saya udh terlalu sibuk ngurus anak dan suami serta mikirin gajian suami yg cukup buat sbulan kedepan apa ngg 🤣 jd gada waktu buat banding"in diri ke sahabt aku itu .

Baca lagi
9mo ago

mau banget kayak kamu Mbak aku tuh udah nggak pakai sosmed tapi masih Kebayang aja mantan nikah sama temen sendiri gimana temenku lebih segalanya dari aku tapi itu juga dari bagian doaku dulu waktu aku akhirnya Amin nikah sama dia karena dia kayak nggak bener-bener serius nikah sama temenku yang lebih segalanya dari aku masih kepikiran aja kalau kayak gini beruntungnya sahabatku dan berhubung ini tapi Hidup kan harus terus berjalan Semoga dengan

bun, yang kau anggap sempurna blum tentu begitu keadaannya. saya sedang s3 bun, malah resign jd dosen gara2 pgn ngurus dedek dl. bagi orang lain yang menganggap hidup aku sempurna sampai banyak yang iri tyt hanya ttg bagaimana kita bersyukur. oke suamiku pelayar di LN, finansial untuk sekarang lebih2. tp kl ditilik kekurangan jg dia dari sandwich generation dan cuma lulusan SMA. saya minder? jelas ndak. meski banyak yang blg, suamimu beruntung sama kamu kl g jadi pelayar apa yang hs dibanggakan. toh kl aku lihat ur life its okay, g enak jg bun diiriin teman tu. aku resign jg gara2 banyak tmn yang nyata2 iri sama aku sampai kesepian karena sini temenan toh murni karena pgn temenan. dan g enak jg kl hidup kita meski secara garis besar keliatan "wow" tp tyt ya sama aja banyak masalah tp orang g mau tau karena sini finansial stabil atau apalah itu. nikmati hidupmu bun, syukuri hal2 kecil dah punya anak, dan punya suami dan berpenghasilan. ur life its perfec

Baca lagi

mbak harusnya lebih bersyukur dan lebih fokus ke kehidupan mu sekarang. kalau dibanding bandingkan nggak akan ada habisnya hidup. saya awal awal lulus sekolah juga iri sama temen temen yg bisa kuliah dan punya circle mentereng. tapi dilain itu saya bersyukur karena saya lebih bisa dikasih waktu lebih untuk gali potensi meskipun tidak di bidang Akademi. kuncinya itu bersyukur dan menerima segala takdir yg kita jalani. kalau soal kaya atau tidaknya itu urusan Tuhan mbak yg ngasih. selagi kita ikhtiar dan doa untuk mencari kekayaan itu. menjemput kekayaan itu bagaimana. sudah halal? sudah benar? sudah dengan jalan yg baik? alangkah indah hidup kita lebih berfokus ke kehidupan diri sendiri. jangan sesekali melirik rumput tetangga yg lebih hijau. pasti beda. begitu juga yg kamu lihat kehidupan mereka enak dan nyaman. apakah tidak ada pikiran, sudah berapa kali mereka menangis? hidup sawang sinawang mbak. yg kamu pikir enak belum tentu isinya itu bahagia

Baca lagi

jawab judul : tiap orang punya rezeki masing-masing, yg anda bilang mereka beruntung mungkin hanya dalam hal yg anda rasa tidak terjadi pada anda, gak ada yg tau juga mungkin mereka bisa jadi ingin seperti anda dalam hal lainnya BIN kan bahasa indonesia, intelegensinya jangan pake bahasa inggris dijamin Ustadz, kok bisa menjaminkan kehidupan yang bahagia ke manusia? jangan digeneralisir, ustadz juga manusia, gak se sempurna itu, punya kekurangan juga cape bu hidup cuma buat banding-bandingan sama temen, biarin lah mereka dengan kehidupannya, anda lanjut dan berusaha untuk kehidupan anda sendiri dan keluarga hobi bisa jadi cuan, bakat bisa dicari sukanya apa, buka mata selebar-lebarnya, bisa jadi Allah kasih "ujian" ini karna pengen negur anda yg terbelenggu sama kehidupan orang lain hingga lupa rasa bersyukur

Baca lagi
9mo ago

aku saya sih stop liat apa yg mereka bagikan, daripada bikin hati sakit, mending di skip, atau sekalian di mute jadi gak tau mereka ngapain