Pengen curhat Bun
Bun, aku mau curhat soal masalah rumah tanggaku. Aku minta pendapat bunda2 disini, karena aku nggak tau lagi mau minta pendapat ke siapa. Jadi rumah tanggaku itu seperti nggak rumah tangga pada umumnya. Aku dan suamiku satu desa, aku tinggal dirumah ortuku karena ibuku sendirian, ayahku udah meninggal dan kakakku udah rumah sendiri disebelah rumah ibuku, sedangkan suamiku serumah 7 orang. suamiku sering ngabisin waktu dirumahnya sendiri (rumah mertua yang diatasnamakan suamiku). Suamiku punya usaha sama temennya sebut saja si A. Semenjak aku dan suamiku berantem pada bulan juli akhir, suamiku mutusin buat tinggal di luar kota dan buka usaha cabang. Sejak Agustus sampe sekarang suamiku nggak pernah pulang ke aku, meskipun rumah kami dekat. Semenjak tinggal di luar kota suamiku kalo pulang langsung ke rumahnya, besoknya ngajak anak kami umur 11 bulan main ke rumahnya se jam 2 jam an terus dianterin balik ke aku. Udah gitu aja, terus balik ke luar kota lagi. Makan pun nggak sama aku, pakaian2nya pun dia nggak mau kalo aku yang nyuciin padahal aku udah sering nyuruh dia buat bawa pakaiannya ke aku. Tapi dibawa kerumahnya sendiri, aku disuruh A kerumahnya suamiku buat nyuciin kalo enggak biasanya si A yang nyuci nyetrika pakaian suamiku. Kami wataknya sama2 keras, apalagi suamiku seringnya marah2 emosi. Kami jarang komunikasi langsung kalo nggak pas ketemu bentar, cuma lewat wa aja. Setiap keluar suamiku selalu mengajak semua keluarganya (ibu, adek cewek, ponakan 3) dan si A. Kalo aku keluar ya semuanya keluar. Nggak pernah suami ku ngajak aku doang keluar pasti ngajak semuanya kalo nggak ya ngajak si A. Lah kemaren bun, aku bertengkar sama suami perihal ultah anak kami, lah dari dulu sebelum aku ngelahirin anakku, aku udah bilang ke suamiku kalo nanti ultah pertamanya mau bagi2 makanan ke panti asuhan. Lah si A ini nyaranin buat dibikin acara ultah gitu ngundang2, aku marah nggak setuju. Tapi suamiku ini dengerin kata2 si A mungkin karena ya uang si A dan suamiku ini jadi satu. Terus aku bilang ke suamiku kalo nggak setuju, aku pengen bagi2 bingkisan makanan buat anak2 yatim piatu di panti asuhan karena aku ngerasa mungkin mereka jarang merasakan hal kayak gini, aku marah sama dia. Apalagi setelah ibuku cerita kalo adiknya cewek itu ngomong ke ibuku pihak suamiku (keluarganya dan si A) itu nggak setuju kalo pake makanan maunya uang aja karena nggak enak sama tetangga kalo nggak dikasih padahal tau mau ada acara bagi2 ke panti. Terus bilang pake acara ziarah segala tapi nggak tau kapan, pokoknya kalo nggak sebelum ultah anakku. Aku bener2 sakit hati Bun. Masalah anak, suamiku malah lebih dengerin saran keluarganya dan si A ketimbang ibu dari si anak. Aku jadi orang ke sekian yang tau soal itu. Aku mikir soal ultah anak saja suamiku nggak dengerin, apalagi masalah yang lain. Selalu suamiku itu rundingan dengan si A, nggak pernah sama aku. Jujur Bun, aku capek hidup rumah tangga kayak gini. Suami nggak pernah bicara sama aku, nggak pernah pulang ke aku. Nggak ada barang2nya dirumahku cuma baju Koko sarung sama tasbih doang. Keluar pun suamiku nggak pernah ngajak bicara. Setiap aku nangis marah komplain kecewa dia malah balik marah, nggak pernah introspeksi diri buat memperbaiki rumah tangga kita. Kalo di luar kota pun, dia kalo nggak aku wa juga sama sekali nggak wa, kadang wa cuma nanyain anaknya udah bangun atau belum, kadang dibales singkat, kadang slow respon. Aku nggak tahan harus berada di rumah tangga seperti ini, kadang keluarganya baik sama aku, membantu memperbaiki rumah tanggaku. Tapi lama kelamaan aku menyadari itu yang membuat aku dan suamiku nggak bisa bersama. Suamiku nggak bisa bedain mana keluarga besarnya mana keluarga kecilnya. Aku diberi uang nafkah 300rb buat 2 minggu, kalo ada kebutuhan anak yang habis dia yang beliin. Keluarganya selalu nyuruh aku buat mengalah atas sikapnya. Tapi siapa perempuan yang tahan hidup rumah tangga seperti itu? Setelah bertengkar masalah ultah itu, aku mutusin buat gugat cerai dia nanti daripada aku stress. Akibat pertengkaran itu aku sampe banting2 benda kadang aku nggak bisa kontrol emosi, sebelumnya aku nggak pernah seperti itu. Aku kadang takut stress ku malah bikin aku nyakitin anakku sendiri 🥺 apa keputusan ku benar ya bun memilih buat bercerai atau tetap bertahan demi anak? Tapi sakit rasanya tiap hari nangis ngerasa nelangsa hidup rumah tangga seperti itu


