Apa yg akan bunda lakukan kalo ada diposisi saya?

Bissmillahirohmannirohim Ya Allah jika ini Termasuk menyebar aib, Mohon ampuni hamba 😭😭😭 Maaf kalo kepanjangan dan acak acakan 😢 Saya menikah sudah 3 tahun, sudah dirumah sendiri (suami punya rumah hasil kerjanya sebelum menikah) dan sudah punya anak 1. Saya muslimah, dan memakai jilbab bun. Didalam agama Islam, Tidak baik ipar tinggal 1 rumah dengan iparnya. Ipar ku 3 tinggal dirumah bareng kami dan bujang semua, yg 2 sudah bekerja 1 seumuran aku dan 1 beda berapa tahun dengan aku. Dan yg terakhir kuliah. Suami bekerja pagi pulang malam. Awalnya yg tinggal dirumah 1 orang, makin kesini kok pada tinggal dirumah semua. Saya risih, gak bebas dirumah, gak bebas sama suami, bahkan kalo mau kedapur ambil minum aja harus tutup aurat, pakai jilbab, kaos kaki dsb. apalagi saya punya bayi yg lagi aktif suka sana sini. Saya stres berat, saya depresi, bawaannya pengen marah terus sama suami. Saya pengen ngomong sama suami tp saya gak mau ribut bun, karna pasti ribut. Ipar cumpang tinggal, semua biaya tetap suami yg tanggung. Banyak sekali yg dinafkahi suami. Kadang untuk aku dan anak harus hemat hemat. Semuanya laki laki, tau sendiri bun kalo laki laki gak serajin perempuan, aku gila bun kalo liat rumah dari dapur sampai mana mana berantakan, sudah dirapihkan berantakan lagi seperti punya anak usia 2 tahun 4 orang 😭 Sudah lama aku tahan tahan, tapi aku sesak sendiri. Ini kepalaku aja sakit terus, susah tidur, BB turun dan aku jadi pemalas buat beres beres, yg ada diotak ku yg penting kebutuhan suami terpenuhi makan, pakaian dan biologis nya, dan makan anak sudah saya siapkan. Dengan penuh pertimbangan saya curhat disini, Saya takut nanti diakhirat menjadi tanggung jawab saya sebagai dosa menyebar aib keluarga. Tp saya benar benar gak kuat lagi. Saya takut mau bilang suami, takut dikira perhitungan sama keluarganya 😢

79 Tanggapan
undefined profile icon
Tulis tanggapan

Bun, aku paham gimana rasanya di rumah pake baju komplit terus. Jangankan tinggal menetap sama2, lagi kumpul sama ipar di rumah orangtua beberapa hari aja aku kadang capek. Jadi lebih milih di kamar daripada ribet mau keluar haha Coba curhat ke suami bun tentang itu. Tentang gimna bunda harus jaga aurat dan tentang perkataan Rasulullah SAW kalo ipar adalah maut. Ini bun ada sedikit cerita, semoga suami faham 🙏 --------------- Suatu ketika Khalid terlihat sedih dan galau di meja kerjanya. Melihat keadaan itu, rekannya menghampiri dan berkata, “Khalid, kita kan sudah seperti saudara kandung sebelum menjadi rekan kerja di tempat ini. Sudah hampir seminggu aku melihatmu murung dan memikirkan sesuatu yang berat. Sebenarnya ada apa Khalid?” Khalid terdiam beberapa saat, kemudian mengatakan, “Terima kasih Saleh atas perhatianmu. Saat ini aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk memecahkan masalahku.” Khalid lalu menuangkan secangkir teh untuk Saleh. “Seperti yang kamu ketahui, aku telah menikah hampir delapan bulan dan di rumah hanya ada istri saya. Tetapi masalahnya adalah bahwa adik saya, Hamad yang sekarang berumur dua puluh tahun telah menyelesaikan pendidikannya di SMA dan diterima di salah satu universitas yang berada di kota ini. Dia akan datang ke sini seminggu atau dua minggu lagi untuk memulai studinya. Alkisah, kedua orangtua Khalid memaksa agar Hamad tinggal di rumah Khalid daripada tinggal dengan teman-temannya di sebuah apartemen, karena takut terjadi hal-hal yang menyimpang. Rupanya, Khalid menolak permintaan kedua orangtuaku itu. Sebab baginya kehadiran seorang pemuda di rumahnya sangat berbahya. “Kita sama-sama tahu dan sama-sama merasakan masa muda dulu sewaktu belum menikah, bagaimana gejolak nafsu seorang pemuda terhadap lawan jenisnya. Jika perusahaan memberikan jam lembur atau menugaskanku ke luar kota, tentu aku pulang terlambat atau bahkan tidak pulang ke rumah untuk beberapa hari. Pada saat itu, yang tinggal di rumah hanya istri dan adikku saja. Jujur aku katakan, aku pernah berkonsultasi dengan salah seorang ulama, dan dia melarangku untuk mengizinkan lelaki manapun tinggal serumah dengan kami sekalipun saudara kandungku sendiri,” ujarnya. Kala itu, sang Syekh menyitir sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang berbunyi, “Saudara ipar adalah (pembawa) kematian.” Seorang suami sudah pasti ingin beristirahat dengan nyaman bersama istrinya di rumah. Namun hal ini tidak dapat dicapai jika Hamad tinggal di rumah kami.” Khalid kembali diam sambil meminum teh yang dibuatnya. “Aku sudah menjelaskan kepada ayah dan ibu perihal ini berkali-kali disertai dalil dan logika yang kuat, dan aku bersumpah kepada mereka demi Allah Yang Mahakuasa bahwa aku sangat mengharapkan kebaikan bagi saudaraku Hamad. Sayangnya, ayah dan ibu menuduhku sebagai orang yang sakit hati, mereka mengatakan bahwa tidak mungkin Hamad mengganggu istriku karena dia telah mengganggapnya seperti kakak kandung sendiri. Lebih parah lagi ayah mengancamku jika aku tidak menerima permintaaannya, maka ayah dan ibu tidak mau mengenaliku lagi sampai mereka meninggal dunia.” Khalid kembali terdiam. Ia menjadi serba salah atas situasi ini.  “Menurutmu, apa solusi terbaik dari masalahku ini Saleh?” “Aku tidak bermaksud mengajarimu atau pun mencampuri urusan keluargamu. Aku melihat dirimu adalah seorang paranoid dan skeptis; kalau tidak demikian, mengapa kamu menentang pendapat kedua orangtuamu? Lupakah kamu bahwa keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orangtua, dan kemurkaan Allah juga tergantung kepada kemurkaan kedua orangtua seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam? Kenapa kamu berburuk sangka kepada saudaramu? Bukankah jika dia berada di rumah dapat membantu pekerjaanmu? Apakah kamu lupa dengan firman Allah Ta’ala yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.” (QS. Al-Hujuraat: 12). Katakan sejujurnya Khalid, “Apakah kamu percaya kepada istrimu dan saudaramu?” “Aku percaya kepada istri dan saudaraku, tapi….” “Tapi apa Khalid? Kamu ragu kepada mereka? Yakinlah bahwa saudaramu Hamad akan membantumu dan istrimu dalam keperluan rumah tangga, tidak mungkin dia mengganggu istrimu karena dia mengganggapnya sebagai kakak kandungnya. Sekarang aku tanya, jika Hamad telah menikah apakah kamu mau mengganggu istrinya? Tentu tidak bukan? Buanglah semua was-was dan praduga terhadap saudaramu itu, karena was-was berasal dari setan yang terkutuk. Aku sarankan kamu menempatkan Hamad di kamar depan, kemudian kamu membuat pintu yang memisahkan kamarnya dengan ruangan belakang dan kamarmu, sehingga kamu tetap nyaman ketika beristirahat,” kata Saleh. Tampaknya Khalid kalah argumentasi dengan Saleh, tak ada pilihan lain selain menerima saran rekannya itu. Beberapa hari kemudian, Khalid menjemput adiknya ke bandara dan membawanya ke rumah. Seperti yang disarankan Saleh, Hamad tidur di kamar depan. Hari demi hari pun berlalu. Khalid, istrinya dan Hamad hidup bahagia tanpa banyak kendala yang mereka hadapi. Tak terasa sudah empat tahun Hamad tinggal bersama Khalid. Tak terasa pula Khalid telah berusia tiga puluh tahun dan telah dikaruniai tiga anak. Hamad pun hampir lulus kuliah. Khalid berjanji akan mencarikan pekerjaan yang cocok bagi adiknya dan tetap tinggal bersamanya di rumah sampai menikah dan pindah bersama istrinya ke rumah baru. Cobaan Di Malam Hari Suatu malam, ketika Khalid mengendarai mobilnya dalam perjalanan pulang, di salah satu jalan dia melihat samar-samar dua bayangan. Setelah mendekat ternyata ada seorang ibu tua dengan wanita muda yang tergeletak di tanah menjerit-jerit, sedangkan ibu itu berteriak minta tolong. Khalid pun menanyakan keadaan mereka berdua. Ternyata mereka mereka bukan penduduk kota ini dan baru tinggal satu minggu di sini. Wanita itu adalah putrinya yang ditinggal suami untuk keperluan pekerjaan di luar kota. Dia terlihat meringis kesakitan memegang perutnya karena rasa sakit melahirkan. Tangisan ibu tua dan jeritan wanita muda itu membuat Khalid kasihan kepada mereka. Tanpa pikir panjang, Khalid pun membawa keduanya ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, para dokter memutuskan untuk melakukan operasi caesar kepada wanita itu karena tidak mungkin melahirkan dengan normal. Khalid tidak langsung meninggalkan rumah sakit sampai memastikan keadaan wanita muda itu dengan janin yang dikandungnya. Dia memutuskan untuk duduk di ruang tunggu dan meminta ibu tua itu untuk mengabarkan jika cucunya telah lahir. Setelah itu Khalid menelpon istrinya dan mengatakan bahwa dia terlambat pulang karena ada sedikit keperluan dan akan kembali segera. Selang beberapa jam dia terbangun karena mendengar suara keras dari dokter dan dua orang polisi yang mendekatinya. Tak disangka ibu tua yang diantarnya ke rumah sakit itu mengacung-acungkan jari telunjuk ke arahnya sambil berteriak, “Itu orangnya, itu orangnya.” Khalid terkejut dan heran. Dia langsung berdiri dan berjalan ke arah ibu itu sembari bertanya, “Apakah persalinan putri ibu berjalan lancar?” Sebelum pertanyaannya dijawab, dua orang polisi mendekatinya dan bertanya, “Apakah anda yang bernama Khalid?” “Ya” jawabnya. “Kami minta waktu lima menit di ruangan direktur rumah sakit sekarang,” kata salah seorang polisi. Meskipun keheranan masih meliputi dirinya, Khalid tetap mengikuti perintah polisi tersebut. Setelah semua orang masuk ruangan direktur rumah sakit, dan pintunya ditutup, tiba-tiba ibu tua itu menjerit sambil memukul wajahnya dan mengaca-acak rambutnya sendiri sambil mengatakan, “Inilah pelakunya pak polisi. Jangan biarkan penjahat ini berkeliaran. Oh, anakku, betapa malang nasibmu.” Khalid masih bingung dan tidak mengerti apa yang tengah terjadi. Dia baru mengetahuinya ketika salah seorang petugas mengatakan. “Menurut ibu ini, kamu telah memperkosa putrinya dan hamil di luar nikah. Ketika dia mengancam akan melaporkanmu ke pihak kepolisian, kamu pun berjanji untuk menikahinya. Namun setelah dia melahirkan kamu meletakkan anaknya di pintu sebuah masjid agar diambil oleh orang-orang baik dan dititipkan di panti sosial.” Khalid terkejut mendengar ucapan petugas itu, pandangannya menjadi gelap, lidahnya kelu, dan akhirnya dia jatuh pingsan. Tak lama kemudian Khalid pun sadar. Dia melihat dua orang petugas polisi bersamanya di dalam sebuah ruangan. Salah seorang petugas langsung menanyainya, “Khalid, tolong ceritakan perihal yang sebenarnya. Saya melihat Anda sebagai orang yang terhormat dan penampilan Anda menunjukkan bahwa diri Anda tidak pernah melakukan perbuatan keji yang dituduhkan ibu tua itu.” “Wahai manusia, apakah ini balasan dari perbuatan baik? Aku orang bukan orang suci, tapi aku orang yang menjaga diri dari perzinaan. Aku telah menikah dan mempunyai tiga anak;  Sami, Saud dan Hanadi, dan aku tinggal di lingkungan yang terkenal bersih dari maksiat.” Khalid tidak bisa mengendalikan dirinya. Tanpa disadari air mata mengalir deras membasahi pipinya. Setelah tenang, dia menceritakan kronologi pertemuannya dengan dua wanita itu sampai dia tertidur pulas di ruang tunggu rumah sakit. Setelah mendengarkan ceritanya, petugas itu berujar, “Bersabarlah Khalid, saya yakin Anda tidak bersalah, tetapi masalah ini harus diselesaikan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Kita akan melakukan beberapa tes medis untuk mengetahui fakta yang sebenarnya.” “Fakta apa? Aku tidak bersalah dan tidak pernah melakukan perbuatan bejat itu. Mohon maaf kalau saya kasar, anjing saja mau tunduk kepada manusia yang berbuat baik kepadanya, namun banyak manusia yang tidak tahu terima kasih malah membalas kebaikan orang lain dengan kejahatan.” Kebenaran Pun Terungkap Keesokan harinya, Khalid datang ke rumah sakit untuk diambil sampel spermanya dan diperiksa di laboratorium guna memastikan keterlibatan Khalid dalam kejahatan yang dituduhkan ibu tua kepada dirinya. Sementara itu, Khalid dan petugas polisi duduk di ruangan lain. Khalid tidak putus-putusnya berdoa kepada Allah agar Dia mengungkapkan kebenaran sejelas-jelasnya. Setelah hampir dua jam hasil pemeriksaan medis diberitahukan kepada Khalid dan dia dinyatakan bebas dari semua tuduhan. Demi mendengar hal tersebut Khalid pun bersujud syukur kepada Allah atas nikmat agung ini. Dia juga meminta meminta maaf kepada petugas polisi atas kata-kata kasar yang diucapkannya. Sementara itu, ibu tua dan putrinya dibawa ke kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut. Sebelum meninggalkan rumah sakit, Khalid berpamitan kepada dokter spesialis yang melakukan pemeriksaan medis tersebut. “Saya merasa mulia atas kedatangan Anda ke sini, tetapi ada satu hal yang ingin saya sampaikan dan saya minta waktu Anda beberapa menit saja.” Awalnya dokter itu bingung harus bagaimana membicarakannya, namun dia memberanikan diri untuk angkat bicara. “Tuan Khalid, melalui tes yang dilakukan, saya menduga bahwa Anda mengidap sebuah penyakit, tapi aku tidak terlalu yakin, jadi aku ingin melakukan tes medis lainnya kepada istri dan anak-anak Anda untuk menghilangkan keraguan ini. Apakah Anda bersedia?” Rasa takut mulai menyelimuti Khalid, “Dokter, aku mohon katakan penyakit apa yang aku alami. Sungguh aku sangat rela dengan keputusan Allah, tapi yang penting bagiku adalah anak-anak. Aku siap berkorban apa saja untuk mereka,” kata Khalid sambil menangis tersedu-sedu. Dokter itu menenangkan dan menghibur hatinya, “Saya benar-benar tidak bisa mengatakannya kepada anda sekarang, bisa jadi kecurigaan saya itu salah. Tapi saya mohon Anda segera membawa istri dan anak Anda ke sini.” Beberapa jam kemudian, Khalid membawa istri dan anak-anaknya ke rumah sakit untuk melakukan tes medis seperti yang dikatakan dokter. Setelah selesai, istri dan anak-anaknya diminta menunggu di mobil sedangkan Khalid kembali ke ruangan dokter. Baru saja berbicara dengan dokter, telepon genggam Khalid berdering. Dia menjawabnya, lalu berbicara beberapa menit, kemudian menutup teleponnya. Sebelum melanjutkan pembicaraan, dokter bertanya; “Siapa yang baru saja menelepon Anda dan Anda suruh untuk mendobrak pintu rumah?” “Oh, dia saudara, Hamad yang tinggal satu rumah dengan kami sekeluarga. Dia menghilangkan kuncinya, jadi terpaksa pintunya didobrak saja.” “Sudah berapa lama dia tinggal bersama Anda?” “Semenjak empat tahun yang lalu dan sekarang studinya sudah tahun terakhir.” “Bisakah Anda membawanya ke sini untuk melakukan tes supaya dapat dipastikanapakah penyakit tersebut penyakit keturunan atau tidak?” “Dengan senang hati kami akan datang besok pagi ke sini,” jawab Khalid. Keesokan harinya, Khalid bersama saudaranya, Hamad pergi ke rumah sakit untuk melakukan tes medis dan diagnosa penyakit. Dokter meminta Khalid datang seminggu lagi untuk mengetahui hasilnya. Selama satu minggu menunggu hati Khalid tidak tenang dan dia susah tidur. Akhirnya, pada hari yang telah ditentukan, dia datang ke rumah sakit. Dokter menyambut dengan senang hati sambil menyuguhkan secangkir lemon untuk menenangkan hatinya. Dokter itu membuka pembicaraan dengan anjuran untuk bersikap sabar dalam menghadapi musibah dunia, dan semua hal yang berkaitan dengannya. Namun, Khalid sudah tidak sabar, dia memotong pembicaraan, “Dokter, saya mohon jangan menakut-nakutiku seperti itu. Saya siap menanggung penyakit apapun karena semuanya adalah keputusan Allah, apa sebenarnya penyakitku dokter?” tanya Khalid harap-harap cemas. Dokter menundukkan kepalanya sebentar, lalu berkata, “Dalam banyak kasus, kebenaran itu pahit dan menyakitkan, meski demikian ia harus diketahui dan dihadapi dengan lapang dada. Lari dari diri masalah tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak akan mengubah kenyataan.” Dokter kembali diam beberapa saat, sementara jantung Khalid semakin berdegup kencang. Dokter itu lalu angkat bicara, “Khalid, Anda mandul dan tidak dapat mempunyai keturunan. Ketiga anak tersebut bukanlah anak anda, mereka adalah anak saudaramu, Hamad.” Khalid tidak sanggup mendengar kabar mengejutkan ini. Dia menangis sejadi-jadinya sampai terdengar di seluruh ruangan rumah sakit, kemudian dia jatuh pingsan. Setelah dua minggu mengalami koma, Khalid pun sadarkan diri. Dia divonis stroke dan mengalami lumpuh di separuh tubuhnya. Otaknya pun tidak dapat berfungsi dengan normal, dia gila karena shock yang begitu berat. Akhirnya, dia dipindahkan ke rumah sakit jiwa dan tinggal di sana untuk menghabiskan hari-harinya. Sementara itu, istrinya dibawa ke Mahkamah Syariah untuk diinterogasi dan diberlakukan hukum rajam padanya. Saudaranya, Hamad tengah berada di balik jeruji besi menunggu hukuman yang pantas untuknya. Adapun ketiga anaknya diserahkan ke panti asuhan dan hidup bersama anak pungut dan anak yatim di kotanya. Sungguh benar apa yang disabdakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Saudara ipar adalah (pembawa) kematian.” Itulah sunnatullah (ketentuan Allah), “Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu.” (QS. Faathir: 43) Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Uqbah bin Amir Radhiyallahu Anhu, disebutkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Hindarkanlah diri kalian untuk menemui wanita!” Lalu ada seorang lelaki dari kaum Anshar bertanya, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu tentang saudara ipar?” Beliau bersabda, “Saudara ipar adalah (pembawa) kematian.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan At-Tirmidzi) Ath-Thabari menafsirkan, “Maksudnya adalah perbuatan seorang lelaki yang berduaan dengan istri saudaranya sama dengan sesuatu yang menyebabkan kematian; sebab orang-orang Arab menyerupakan sesuatu yang ditakuti dengan kematian.” Ibnul Arabi berpendapat, “Kata ‘kematian’ adalah kata yang biasa diungkapkan oleh orang-orang arab seperti ‘Singa pembawa kematian’ artinya jika seseorang bertemu dengan singa maka bisa membuatnya mati dimakan singa.” Al-Qurtubi menambahkan, “Jika seorang lelaki berduaan dengan istri saudaranya maka hal itu dapat menyebabkan ‘kematian’ agama bagi istri saudaranya, bisa jadi dia ditalak suaminya, atau bahkan dirajam jika melakukan perzinaan.”* Kisah ini disarikan dari kumpulan kisah nyata dalam kitab “Qashash Mu`ats-tsirah Lisy-Syabab” karya Ahmad Salim Baduwailan. Diterjemah oleh Yum Roni Askosendra.

Baca lagi
5y ago

Iya bun naudzubillah, semangat yaa bunda 🙏 Coba dikomunikasikan baik2 sama suami. Karena kalo urusannya sama keluarga suami, biar suami yang jadi jembatannya. Suami saya dulu waktu masih proses nikah juga komunikasi ke keluargnya,ngasih penjelasan ke keluarganya tentang saya perempuan seperti apa dan gimana pemahaman saya terhadap suatu hal. Alhamdulillah sampai detik ini saya gak pernah jabat tangan dengan ipar, om2nya, dan semua yang bukan mahrom saya dari keluarga suami. Dan alhamdulillah mereka memahami tanpa sakit hati 😊

Saya ada tips bund, Tapi sebelumnya, Insyaallah postingan bunda ini ga nyebar aib, krn bunda pakai anonim dan ga sebut nama atau lokasi apapun. Juga, Allah sudah memberi bunda semngat utk menutup aurat, itu nikmat yg patut disyukuri bund.. masyaallah. Tentang ipar laki2, 3 makhluk, dalam rumah setiap hari.. Tanyakan pada suami, apakah beliau tidak cemburu? Mungkin suami jg belum tau apa itu suami DAYYUTS yang dilarang dalam islam. Bunda bicarakan ke suami niatkan karena takut Allah, bukan karena kenyamanan bunda. Takutlah pada Allah, Ipar adalah maut, disebutkan dalam hadits. Siapa yg menjamin bunda tidak akan tertarik pada ipar atau sebaliknya? Setan selalu menggoda bun. Bagaimana bisa menundukkan pandangan jika bukan mahram bertemu sering sekali. Bicarakan pada suami, betapa bunda takut sama Allah, hidup bersama 3 orang bukan mahram, Berduaan itu dilarang (khalwat), campur baur laki perempuan juga dilarang (ikhtilath). Kalau suami ingin bantu saudara2nya, tidak harus 1 rumah.. Banyak cara lain biidznillah.

Baca lagi
5y ago

Terima kasih bunda... Seringkali saya bercanda sama suami, Yank.. Tau gak salah 1 orang yg gak bakal masuk surga itu siapa? Padahal sepertinya sepele tapi ternyata gak boleh masuk surga sama Allah. Kataku itu DAYYUTS yaitu suami/istri yg tida memiliki rasa cemburu terhadap pasangannya. Tapi sepertinya beliau tidak ngeh, mungkin beliau pikir gak mungkin saudara sendiri atau bla bla bla.. Bismillah, Apapun resikonya saya harus bicara bun, saya harap ini tahun terakhir hidup bersama 3 ipar laki laki Doakan yaa bun..

Bun, ini menurutku yah. Boleh dijadikan boleh engga juga. Buat masukan lain utk bunda. Yg namanya ipar kan keluarga suami. Kita menikah tujuannya juga menyatukan dua keluarga. Ini mungkin masalahnya di komunikasi. Mungkin bunda dan ipar tidak begitu akrab dan ada jarak. Mungkin kalau bunda dan ipar akrab, si ipar malah bisa bantu2 ngurus rumah jd bunda tidak begitu capek. Dan hubungan bunda dg suami dan ipar baik2 saja malah bisa saling menguatkan sesama keluarga. Pokoknya komunikasi bun. Saya yakin kok nanti kalau sudah settle ipar2 itu akan pindah sendiri dan pasti ada rasa tak nyaman dan lbh menghargai bunda. Utk masalah jilbab itu memang kewajiban kita bun. Gimana keadaannya hrs tetap istikomah. Semangat ya bun. Jangan menyerah. Dibuat enteng dan rileks jgn jd beban. Yg namanya menikah kita itu nambah keluarga bun, bukan hanya cari suami saja. Sekian. Mohon maaf jika ada kata yg kurang berkenan 🙏🙏🙏

Baca lagi
5y ago

Iya bun ini hanya pendapat saja. Terlepas dari apa yg sudah dialami bunda, semua masalah pasti ada solusi. Terus semangat bunda. Semoga Allah segera memberikan solusi terbaik🤗🤗🤗

Kyknya bunda sudah dalam fase sangat tertekan. Kelihatan dari cara penyampaian nya kalut dn tergesa2 😢😢😢 Bund yg sabar yaaa, Saya dirumah 2 adek laki + ayah yg semua males2an dirumah aja stress. Berantakan. Apalagi bunda pasti lebih stress. Bund, sya kira bunda termasuk seorg wanita yg berusaha taat agama. Kl suami bunda pun demikian, sepertinya ga susah diajak komunikasi. Apalagi pasti ada rasa was2 meninggalkan istri dirumah dg ipar. Bund kl ipar cewek itu maut, ipar cwok itu ibarat momongan baru, nambah beban. Yg harus ada dipikiran bunda saat ini adl, mau sampai kapan bunda tertekan seperti ini? Coba pas mood suami baik dibicarakan baik2, biasanya pas sblm/sesudah bercinta sih kl saya. Kondisi mood suami lagi baik. Dibicarakan skrg atau bulan depan ga ada bedanya. Segera disampaikan aja ya bund, biar ga stress terus 😢😢

Baca lagi
5y ago

Bunda, Terima kasih bun.. pundak saya merasa agak ringan, saya merasa banyak yg Support. Sekecil apapun masalah saya tidak berani kepada siapapun, termasuk ibu kandung saya sendiri😢

kalo sy sih udh lgsg ngomong bun sampe dapet yg diinginkan, minimal kebebasan. sungguh gak kebayang bgt jadi km, ke toilet aja harus kerudungan dll. ambil jalan tengah, kalian kontrak atau suami bayarin kontrak tu adik2. makan urus sendiri lah kan udah gede udh kerja udh kuliah.. jgan dipendam nanti km lama lama bisa dendam jg sm suami.. sy sendiri punya prinsip yg sama, klo di rmh mertua (ipar 2 cowo) jg sm mamer/tetangga disinggung "dih sodara ini ngapain repot repot (kerudungan terus)" tapi sy tetep pd prinsip. menurut sy km wajar bgt nyaris gila, krn ipar sy pun cowok amit2 berantakin rumah sy seminggu disana aja marah2 mulu ke suami 😭 di ruang tamu bnyak boxer, piring kotor ditinggal dilantai dimeja, sampah pada diluar keranjang 😭

Baca lagi

Saya bisa ngerasain yg bunda rasain, cuma bedanya ipar saya cuma nginep tapi berbulan2. Kerjanya dirumah cuma santai2 dan tidur, nggak bantu saya sama sekali. Kesel banget kalo dapur udah dibersihin tapi diberantakin lagi, makan juga milih2. Dulu sering jajan, yang jajanin suami saya, tapi karna saya sama suami perlu nabung buat lahiran, saya ngomong baik2 ke suami supaya nggak sering jajanin adiknya lagi, alhamdulillah suami mau ngerti. Alhamdulillah juga sekarang udah pulang, jadi saya juga lebih bebas, rumah juga bersih, saya yg lagi hamil nggak secape dulu bersihin ini itu. Saran saya lebih baik di omongin sama suami bun. Pilih momen yg pas, ngomong baik2.

Baca lagi

Masak iya suaminya ga paham kalo adek adek cowonya itu bukan mahrom istrinya??? Mana ditinggal kerja seharian dirumah lagi.. Bisa menimbulkan fitnah juga bun.. Baik memang di bicarakan dg suami, bukan masalah perhitungan dengan keluarga, tp dalam syariat jg ga boleh... Mungkin pengetahuan suami tentang ini masih kurang bun, ajak belajar sama sama.. Untuk iparnya kan udah pada kerja tuh, 1 aja yg masih kuliah, bisa di carikan kontrakkan rumah sendiri di daerah sekitaran situ juga. Mereka uda dewasa, uda pada kerja masak buat menuhin hidup sendiri ga bisa?? Nah baru yg masih sekolah ini boleh lah dibantu financialnya

Baca lagi

Sudah sharing dg suami blm bund masalah ini? dibicarakan baik baik dg suaminya ya bund, Saya mengerti yg bunda rasakan, Saya pernah beberapa hari nginep dirumah ipar Saya, sungguh gak bebas banget dirumah di dapur, kamar mandi dll harus pakai hijab pakai baju panjang dan kaos kaki Saya orangnya gerahan juga gak tahan pakai serba tertutup di dlm rumah, Saya gak betah berlama lama Saya bicarakan dg suami Alhamdulillah suami mau ngerti jadi gak lama2 nginep, bunda sampaikan apa yg bunda rasakan kalo bunda gak nyaman tinggal bersama ipar, ipar itu maut gak baik juga harus tinggal bersama

Baca lagi
5y ago

Belum bun, saya gak berani.. Saya takut ribut, bertahun tahun saya coba tahan tapi lama lama kok sesak didada, saya sering nangis sendirian 😢

Ga kebayang bun aku rasain hal yang samapas abis lahiran anak pertama ga ada yang bantuin sc pula, sementara adik ipar ku laki2 nginep dirumah kami nunggu panggilan kerja..... Bayangin cape ngurus new born, ngurus rumah berantakan gara2 ipar, ngurus makanan, suami dll... Akhirnya ku baby blues aku cerita terang2an sama suami ku dan adiknya itu kalo aku tertekan, alhamdulillah mereka mengerti..... Coba bunda download kajian ttg "ipar adalah maut" Kasih ke suami mdh2an suami ngerti suruh mereka ngekost atau ngontrak sendiri lah, meskipun suami bunda harus modalin tempat tinggal di awal

Baca lagi
5y ago

Terima kasih yaa bundaa...​

Ipar adalah maut bun... Lebih baik bunda bicarakan dehh emng suami gak kasihan bunda punya rmh sdri tapi berasa gak bebas harus pake jilbab kaus kaki klo saya sdri pasti ribet banget bun.. belum lagi pas kedapatan kita lagi gak pake jilbab naahh.. dan suami bunda apa gak cemburu lihat istrinya di rmh bareng ipar walaupun gak ngapa" in yaaa bilng jgan jdi suami dayyuts ( suami yg tidak memiliki rasa cemburu ) bicarakan baik" gmna solusinya.. Sebelumnya mau tanya emng dengan alasan apa ipar spe tinggal d rumah bunda ?? Apa gak tinggal dengan prang tua nya ?

Baca lagi