Cerita tentang HBsAg+
Assalamualaikum. Maaf numpang cerita, lebih tepatnya meluapkan kerisauan hati. Alhamdulillah saat ini Tuhan mempercayakan saya dan suami untuk memiliki seorang anak. Usia kandungan saya sudah mencapai 31 week. Beberapa waktu lalu, saya inisiatif untuk tes lab, dan betapa kagetnya ketika hasil lab menunjukkan kalau HBsAg+ atau reaktif. Sempet bingung, kok bisa. Puskesmas menyarankan saya untuk mengajukan vaksin untuk anak kami saat lahir nanti, katanya biar segera didaftarkan dan dapat slot vaksin gratis dari pemerintah karena kalau beli mandiri harganya bisa sampai 2-4 juta tergantung RS. Saya sempat khawatir akan kondisi janin yang ada di dalam kandungan saya, tapi doktet menjelaskan kalau janin tidak akan terpapar selama di dalam kandungan, karena biasanya virus akan menular pada saat proses persalinan makanya sebelum 12 jam setelah lahir anak harus langsung di vaksin. Awalnya sedikit lega, cuman makin dipikirin rasanya makin panik. Walaupun penjelasan dari orang yang berilmu demikian tapi tetap aja saya sebagai orang awam rasanya seperti ke hantam batu ๐ . Ya panik sama anak, ya panik juga sama suami, karena dari beberapa artikel yang dibaca salah satu penularannya bisa lewat hubungan seksual. Tapi alhamdulillah setelah tes, suami hasilnya negatif. Disitu sedikit lega, karena salah satu yang saya khawatirkan tidak terjadi. Setelah mengetahui kabar tersebut rasanya stress berat, gak berhenti nangis berhari-hari sampai perut kenceng terus dan pergerakan dedek agak melambat. Tapi lagi-lagi alhamdulillah suami selalu menguatkan, memberikan masukan-masukan positif, dan selalu bilang hal-hal baik yang membuat saya sedikit lebih tenang. Tapi tetap aja khawatir itu selalu ada, mikirin gimana caranya harus melayani suami. Sedangkan saya takut kalau nanti saya bakal nularin ke suami, walaupun suami meyakinkan gak apa-apa tapi tetap aja saya gak bisa tenang. Sampai akhirnya ada jadwal buat kontrol, ketemu dokter dan alhamdulillah lagi memilih dokter yang sangat positive vibes. Beliau ikut menguatkan, dan bilang kalau untuk sekarang hanya perlu menerima, tetap happy, dan gak boleh dipikirin berlebihan. Yang penting solusi untuk anak udah ada, hasil suami pun sudah negatif, sekarang tinggal jalani yang terbaik untuk sisa-sisa kehamilan yang ada, supaya janin dalam perut bisa tetap berkembang dengan baik dan sehat. Karena untuk penyakitnya sendiri gak bakalan bisa di apa-apain selama masih dalam masa kehamilan. Kecuali nanti setelah lahiran mungkin bisa diikhtiarkan ke bagian penyakit dalam untuk menekan virusnya supaya tidak terlalu aktif. Sangat bersyukur karena dibalik cobaan yang Tuhan kasih, masih banyak rasa sayang yang Tuhan tunjukkan. Dengan dikelilingi orang-orang baik dan selalu support, dengan dianugrahi suami yang selalu berpikiran positif. Menurut saya dukungan suami amat teramat penting. Bisa sekuat ini, dan akhirnya menerima dengan ikhlas itu akan sangat sulit kalau suami tidak bisa support. Untuk bunda-bunda lain yang saat ini sedang berjuang dalam masalahnya masing-masing tetap semangat ya, tetap berpikiran baik dan positif, semua yang Tuhan kasih itu adalah porsi terbaik untuk diri kita. Kadang kita merasa itu masalah tapi justru dengan adanya masalah tersebut kita bisa lebih baik. Siapapun yang saat ini sedang Tuhan uji, semoga segera mendapatkan solusi terbaik, semoga selalu mendapat dukungan dari orang-orang terkasih, dan selalu semangat menjalaninya dengan hati yang lapang. Mohon doa nya ya semoga anak dan suami sehat selalu, dan Tuhan memberikan keajaiban supaya penyakit ini bisa sembuh walaupun beberapa artikel mengatakan ini ada penyakit seumur hidup. Tapi kalau Tuhan berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bukan? Hehehe. Maaf ceritanya kepanjangan. Sehat dan bahagia selalu bunda-bunda sekalian ๐