Aku hanya seorang istri yg hidup diperantauan jauh dari orang tua dan mertua. sehari-harinya aku tidak memiliki kesibukan kecuali kesibukan ku menjadi ibu rumah tangga dan mengajar ngaji anak² di kompleks rumah ku. dan terkadang aku juga memberikan les privat kepada mereka. sebagai warga baru aku juga aktif di kegiatan PKK RW maupun PKK RT yang diadakan sebulan sekali. setelah dua bulan menjalani rutinitas q sebagai istri, kabar gembira itupun datang. aku dipercaya yang Maha Kuasa untuk memiliki momongan. bukan hanya aku, suami ku pun juga sangat gembira mengetahui kabar tersebut.
pada mulanya kehidupan kami hanya diisi dengan kebahagiaan² yang tiada habisnya. setiap waktu kami memantau perkembangan si kecil dalam kandungan. memperhatikan asupan dan gizinya dan tidak lupa memeriksakannya secara rutin. tapi seperti kata pepatah kebahagiaan dan kesedihan itu berjalan beriringan. saat usia kehamilanku menginjak empat bulan tiba² aku pendarahan. karna aku merasa itu tidaklah sakit aku menyembunyikannya dari suami. saat periksa kehamilan selanjutnya aku tau sebab dari pendarahan tersebut.yaaa...plasenta previa lah penyebabnya. dokter menyarankan ku agar tidak melakukan aktifitas berat dan juga melarang untuk berhubungan suami istri.
karena aku termasuk orang yang tidak bisa diam, aku masi melanjutkan kegiatan mengajarku. benar saja..flek darah tiba² keluar. dengan sangat terpaksa aku menceritakannya pada suami. dan dia langsung menyuruhku untuk berhenti mengajar. dan aku mematuhi perintahnya. para wali murid pun bertanya² dan aku menjelaskan alasanku yang harus istirahat total. Dan mereka memahami keadaanku.
Tidak hanya sampai disitu bahkan saat aku melakukan kegiatan rutin ibu rumah tangga seperti mengepel, memasak atau mencuci, flek itu kembali muncul. karena terlalu kuwatir akhirnya suami menyuruh ku hanya berbaring d ranjang dan dia yang melakukan semua pekerjaan rumah tangga. kadang aku menangis bukan karna plasenta previa.
aku sungguh ikhlas menerima itu. tapi aku merasa gagal menjadi istri karna aku tidak bisa melayani suami baik secara lahir maupun batin. meskipun sudah lelah bekerja suami ku masih harus beres² rumah karna ketidak mampuan ku. saat periksa kehamilan selanjutnya aku berharap semuanya segera membaik. tapi dokter justru menuliskan surat rujukan ke rumah sakit untuk melakukan oprasi caesar saat terjadi pendarahan lagi.
dan hari² ku selanjutnya hanya ku isi dengan derai air mata. aku takut jika terjadi pendarahan lagi bayi ku terpaksa dilahirkan meskipun belum waktunya. aku juga takut suami q terlalu lelah dengan dua kewajiban yg harus ia tanggung. bekerja dan melakukan semua pekerjaan rumah tangga. tapi sungguh dialah suami terhebat. suami yang selalu menenangkan dan menyemangatiku. dia tidak pernah mengeluh meskipun aku tau dia lelah. dia tidak pernah menunjukkan kekhawatirannya meskipun ku tau dia lebih pemikir daripada aku.
bahkan saat semua tetangga menggunjingkan ku karna sudah tidak pernah mengikuti kegiatan di kompleks dia lah yang terus menguatkan ku untuk bersabar. dialah yg selalu berkata bahwa semuanya akan baik² saja. dia yang berkata jangan mendengarkan perkataan orang lain yang negatif. dan bahkan saat aq harus pulang kerumah orang tua untuk antisipasi kelahiran dini, dia tetaplah jadi suami romantisku. jadi suami tersabarku. dia berkata "jarak hanya sekedar pembeda ruang dan waktu. buka sebagai pemisah antara aku dan kamu". sungguh dialah lelaki terbaik bagiku
suamiku terimakasih karena telah menjadi garda pertama saat istrimu ini dalam masalah. dan terimakasi karena telah menjadi suport sistem yang selalu ada saat istrimu ini sedang dalam kesedihan ?
#KarenaBundaBerharga
iqlil muqil