Ibu Suamiku

#TerimaKasihKuHari4 Ada yang bilang, mendapat mertua yang baik kepada menantu itu rezeki. Ada juga yang yakin bahwa itu adalah takdir. Kalau menurut saya, itu adalah keberuntungan yang diberikan oleh Allah Swt. Sang pencipta dan penguasa yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bukan hanya saya yang mendapat keberuntungan itu, ada banyak lagi orang-orang diluar sana yang memilikinya. Sungguh sangat beruntung. Namun, ada juga yang menyatakan bahwa ia tak seberuntung saya ataupun orang-orang itu. Mereka mempunyai ibu mertua yang tak sama selera dengannya. Lalu menvonis hubungan itu tidak cocok dan tidak baik. Padahal setiap orang memang tak kan sama seleranya. Yang ada hanyalah mencoba menerima dan menghormati selera masing-masing. Bahkan ketika memesan kopi di sebuah restoran pun kita bisa request, mau less sugar ataupun no sugar. Sedangkan barista restoran itu punya ukurannya sendiri dalam meracik kopinya. Nah kan, kalau sudah tahu dan paham begitu, maknanya yang diperlukan hanyalah bicara, diskusi, saling mendengar. Simple kan. Dengan begitu, insyaallah akan ada jalannya untuk saling memahami dan menerima. Gak akan ada lagi 'gak suka gak sukaan'. Betul? Hehehehhe IBU SUAMIKU Ini tentang ibu suamiku yang dulu datang kerumah orangtuaku, beliau datang untuk meminang. Belum juga pernah bertemu. Itu kali pertama beliau melihatku. Ibu suamiku datang atas kabar yang disampaikan suamiku kepadanya. Bahwa ia mengenal seorang gadis dan mencintainya. Beliau lalu menawarkan untuk meminang dengan segera. Datanglah beliau kepada orangtuaku dan menyampaikan hajatnya. Bak gayung bersambut, tanpa persyaratan yang muluk-muluk, kesepakatan sudah terikat. Kali pertama itu membuatku tidak siap untuk melangkah lebih jauh, yang kukenal hanya putranya. Namun beliau meyakinkan bahwa ini mudah untuk dijalani, hanya dengan tersenyum padaku saat itu. Waktu berlalu, Ibu suamiku telah menjadi ibuku juga. Banyak suara-suara yang berusaha menembus keteguhanku, prasangkaku pada ibu suamiku. Buruk, buruk, tidak baik. Pengalaman kawan, cerita orang sekitar. Namun semua itu hanya angin yang menyibak rambutku barang sebentar saja. Sebab kasih dan sayang yang kuterima, tak memberikan alasan untuk percaya pada mereka. Kami baik-baik saja. Berbeda pendapat, sering. Tak sama selera, sudah pasti. Namun, kami saling menghargai. Beliau membawaku masuk kerumahnya untuk menjadi anaknya. Bukan menantu. Agar tak ada sekat yang memisahkan dan membuat jarak antara aku dan beliau. Segala apa masalah yang ada, kita berbagi bersama. Petuah-petuah tak pernah absen membentengiku. Beliau hanya ingin aku tetap baik-baik saja. Meskipun apa yang disampaikannya adalah mitos belaka. Namun aku percaya. Semua untuk kebaikan. Ibu suamiku, Wanita hebat Tinggal kenangan sudah, tak ada sepotong pun gambar yang bisa kudekap untuk penawar rindu. Hanya wajah putramu dan cucu-cucumu membuatku teduh, pengingat tentangmu. Kini engkau tak lagi bisa kugandeng saat kita pergi berjalan-jalan di pasar malam. Kini engkau tak lagi bisa memberi nasihat dan berdebat denganku tentang mitos dan faktanya. Kini engkau tak lagi bisa kusentuh. Semoga doa-doa yang terpanjat setiap malam mampu memelukmu erat dan menghangatkan dinginnya tubuhmu. Ibu suamiku, Ibuku. -- Terimakasih ibu, terimakasih. Engkau telah mengikhlaskan putramu berpeluh-peluh memperjuangkan aku. Terimakasih ibu, terimakasih. Engkau pun telah ridho melihat putramu terluka untuk melindungku. Terimakasih ibu, terimakasih. Engkau bersedia lelah dan sesak untuk menasihatiku. Tanpa henti, tanpa bosan. Terimakasih ibu, terimakasih. Rantang susun motif bunga-bunga itu sangat bermanfaat sekali untuk menyimpan lauk dari keganasan kucing yang nakal. Terimakasih ibu, rumah yang engkau tinggalkan telah melindungi aku dan cucu-cucumu dari panasnya matahari dan hujan. Terimakasih ibu, putramu untukku.

Ibu Suamiku
1 Tanggapan
undefined profile icon
Tulis tanggapan

Terharu bun

5y ago

Terimakasih atas tanggapannya bun.