Privacy PolicyCommunity GuidelinesSitemap HTML
Download our free app
setyo's wife - mommy kirana - nurse ?
sharing santaai yuuk ❤
Udah lama banget ngga post sesuatu disini krna sibuk ngurus anak dan kerjaan. . Temen² disini ada yg maw sharing santai bareng aku ga ? Topiknya bebas si, asal jangan tentang "normal ga sih perut segini" 😭 . Yuuuk ramein yuuk bund 🤭 biar lega nih perasaan² yg selama ini kependem 😂
Tidak Boleh Mandi Setelah Melahirkan ? Mbah dukun says (lagi)
Ini cerita kedua dan saya dapat dari pengalaman merawat bayi (lagi) di rg perinatologi. Sebelumnya saya mw minta maaf jika cerita ini sedikit menyinggung atau ada ibu2 yg juga melakukan hal demikian. Saya hanya mw berbagi cerita yg menurut saya ada pesan/kesan yg bisa d dapatkan karena cerita ini saya temui tidak satu dua pasien, tetapi ini terjadi yang kesekian kalinya. Suatu hari ada pasien bayi datang dengan diagnosa Febris (demam) usia 7 hari. Keadaan bayinya tidak terlalu gawat, hanya demam tetapi perlu perawatan karena menurut dokter pasiennya tampak dehidrasi, ditandai dengan kulit kering yang sedikit keriput dan lemas. Saat saya mw mengelap bayi (memandikan menggunakan waslap) ternyata di sekitar bawah dagu, leher, hingga dada bayi terdapat bintik2 merah kecil yg didalamnya seperti ada cairan putih (nanah), lumayan banyak dan lehernya pun masih ada sisa2 kotoran lemak bayi. Setelah saya selesai mengelap bayi, saya memotivasi ibu untuk menyusui bayinya. Ibu itu meminta bantuan saya untuk mengajarkan cara menyusui yg benar. Dan setelah si ibu menyiapkan diri akan menyusui, ternyata di dada ibu juga ada bintik2 merah seperti di bayinya tetapi ngga banyak. Ketika saya tanya si ibu hanya ngejawab "ngga tau bu, setelah 4 hari melahirkan koq muncul2 merah kaya gini". Dan saya langsung curiga tentang Personal Hygiene si ibu. Karena saat saya berdekatan dgn si ibu ada aroma2 kecut aka bau burket. Setelah si ibu selesai menyusui saya langsung mencoba mengintrogasi (bertanya doang sih sebenernya) gimana personal hygiene si ibu dan bayi di rumah. Dan ternyataaaaaa... Si ibu bilang, saya dari melahirkan sampai sekarang tidak mandi bu, tidak boleh sama dukunnya. Saya lanjut bertanya alasan mbah dukunnya apa koq tidak boleh mandi, si ibu hanya menjawab "pamali bu", terus sampai kapan ngga boleh mandi sama mbah dukun? Sampai masa nifas selesai bu. oh oke, saya berhenti bertanya dan langsung meminta si ibu untuk mandi dan keramas. FYI si ibu ini melahirkan bayi secara spontan (normal) di RS tempat saya bekerja, dia hanya perawatan 1 hari d RS dan di bolehkan pulang, sekarang dia sudah bisa jalan tanpa kesusahan. Tetapi kenapa dia tidak mw mandi ??? Menurut saya Personal Hygiene itu penting, dan wajib di lakukan. Apalagi setelah melahirkan yg jelas2 sudah terkontaminasi dengan lingkungan RS, yg mungkin juga ada resiko terjadi infeksi nosokomial. Memangnya betah tidak mandi begitu ? Yaaa mungkin saja si ibu "terhasut aka percaya" dengan si mbah dukun yang katanya pamali. Tapi jika di pikir dengan logika, pamali seperti apa yg terjadi jika tidak mandi setelah melahirkan ? Malahan yg ada gatal2 merah seperti itu dan menularkannya dengan si bayi. Kasian juga kan bayinya yg seharusnya dia baik2 saja, malah kena imbas "kejorokan" sang ibu. Menurut ibu2 disini apakah ada yg tau alasan mbah dukun bilang pamali ?? Segini dulu ya cerita untuk hari ini, nanti akan saya kupas lagi dilain kesempatan pengalaman ilmu mbah dukun yang saya dapat dari pasien2 saya.
Puputan (pemberian nama bayi) koq di cekokin kunyit ?
Saya mw bercerita tentang pengalaman saya merawat bayi, kebetulan saya perawat rg Perinatologi di salah satu RS Swasta di Jawa Tengah. Daerahku tergolong daerah yang masi "ndesa" banget, dengan adat istiadat yg juga lumayan masi kental, sehingga ada saja pasien2 saya (bayi usia kurang dari 28 hari) yang menurut saya harus di rawat inap (masuk kamar nicu terutama) dengan keadaan yang kritis akibat dari adat turun temurun tersebut. Banyak sekali kasus2 yang terjadi tetapi saya mw membahas salah satunya yaitu "dicekokin kunyit". Pada dasarnya setiap bayi baru lahir akan di lakukan Suction (menghisap lendir menggunakan alat) apabila bayi tersebut terindikasi, seperti ketuban ibu kental, keruh, ataupun hijau keruh. Terlebih lagi jika bayi lahir tidak langsung menangis. Namun, bila bayi lahir tidak terindikasi apa2 dan ibunya kooperatif, wajib dilakukan IMD (insiasi menyusui dini). Setelah bayi sudah di pulangkan dari RS, dan tali pusat sudah lepas dari tubuh bayi, maka orangtua mempersiapkan Puputan (pemberian nama bayi), disinilah sang dukun bayi melakukan banyak tindakan (jika di daerah saya) seperti mengurut bayi, memasang benang2 di tangan, kaki, leher hingga pinggang bayi. Ada pula dukun yang memberikan Kunir (Kunyit) kedalam mulut bayi (dicekokin) dengan tujuan agar bayi memuntahkan lendir2 di tenggorokan. Padahal dari awal lahir bayi sudah di hisap lendirnya oleh bidan atau perawat. What ? Kunyit ? Iya kunyit ! Gini deh, coba ibu2 disini ada yang pernah nyoba makan kunyit ? Kunyitnya aja langsung d makan. Rasanya apa ? Dan sekarang jika bayi ibu2 di kasih kunyit bagaimana rasanya ? Voilla, Kurang dari 24 jam bayi langsung masuk IGD dgn keadaan lemah, tidak mau netek, kulit kuning, kejang dan tidak satu dua pasien yang henti nafas. Kenapa bisa terjadi seperti itu ? Logikanya begini, bayi puputan rata2 berusia antara 4-8 hari, seharusnya yang bisa bayi cerna adalah hanya ASI/Pasi. Jadi selain ASI/Pasi, apapun yang masuk ke dalam tubuh akan dianggapnya sebagai toxin (racun) kecuali obat2an. Dan rata2 banget si ibu tidak mw jujur di awal anamnesa. Koq bisa ? Kenapa ? Saya juga tidak tahu, tetapi menurut saya, karna si ibu tidak merasa bahwa itulah penyebab bayinya jatuh sakit dengan kata lain menyepelekan. Padahal anamnesa adalah data awal pasien untuk dilakukan tindakan selanjutnya. Saat keadaan si bayi udah kritis, perawat mengedukasi keadaan bayi dan melakukan anamnesa ulang, disitulah si ibu baru menceritakan kejadian sebenarnya. Apakah tidak ada obatnya ? Jelas dokter Sp.A pasti memberikan obat sesuai indikasi, juga memberi advice tindakan2 yang harus di lakukan sesuai indikasi, tetapi dokter bukanlah Tuhan. Dan yg membuat saya sedih, rata2 bayi dengan riwayat dicekokin kunyit, walaupun sudah perawatan berhari2, 90% nyawa nya tidak tertolong. Jadi disini saya mw memberi saran untuk ibu2, kalau bisa, jika puputan jangan sampai dukun bayi MEMASUKAN Kunyit ke mulut bayi. Jika terlanjur masuk, segera bawa bayi ke PKM atau RS dan minta lakukan suction, agar sari2 dari kunyit terhisap. Dan kooperatiflah ke perawat atau dokter jika dilakukan anamnesa agar bayi dapat tertangani. Sebenarnya masih banyak kasus2 bayi yang harus dirawat di NICU, jika ada kesempatan akan saya bagikan cerita kasus2 yang lainnya.