Enings Murni profile icon
GoldGold

Enings Murni, Indonesia

Kontributor

About Enings Murni

mama of 5

My Orders
Posts(4)
Replies(8)
Articles(0)

Terima Kasih Untuk Setiap Waktu Yang Kau ikhlaskan Untukku

Nak, sejujurnya hati ini sakit. Manakala pagi tadi tak ada lambaian tangan mengiring aku pergi bekerja. Tatapan sayumu, seumpama anak panah yang menancap tepat di ulu hatiku. Membuatku merasai perih. Ada hati yang tersayat sebab itu. Tak hanya hatiku… tapi juga hatimu. Nak, jangan menatapku begitu. Aku merasa selayak tersangka atas kejahatan telah mengiris hatimu. Aku tahu ada setetes air di sudut netra yang kau coba tahan agar tak mengalir ke pipi mungilmu. Sejujurnya aku pun mencoba menahan agar air tak jatuh dari pelupuk mataku, agar kau tahu aku mampu dan bisa meninggalkanmu. Entahlah apa yang kau pikir, Nak. Aku harap tak sampai kau menyimpul ibumu ini tega meninggalkan anak demi bekerja. Jangan, Nak… Jangan begitu, sesungguhnya aku pun dirundung nestapa. Nak, jahatkah aku, meninggalkanmu dengan sedikit hangat di dahimu??. Aku tahu, Nak…., rasa tak nyaman menjalar di badanmu setelah beberapa hari ini kau lalui demam semalaman. Aku paham, Nak…, hadirku adalah obat termujarab menurun angka atas suhu yang terbaca di thermometer bergambar kelinci kesukaanmu. Tapi aku bisa apa? Tak mungkin aku mangkir dari tugas setelah dua hari aku beranikan diri ijin tak hadir di tempat kerja untuk mendampingi kamu merasai sakit. Beberapa urusan tak jalan tanpa hadirnya ibumu ini. Ampuni aku, Nak…., untuk tetap meneguh hati meninggalkanmu pagi tadi. Nak, seandainya aku bisa memilih. Maka menemanimu sepanjang hari adalah pilihan terbaik. Mendampingi setiap detik tumbuh kembangmu, mencipta karya pemanja lidahmu, mengantar dan menjemputmu menuntut ilmu, dan ku pastikan kamu tak temukan sahabat dan teman bermain sebaik ibumu. Tapi, Nak…, terkadang hidup bukanlah untuk memilih. Terkadang hidup hanya menyajikan garisan Tuhan yang harus kita jalankan. Jangan sangsikan cintaku padamu, Nak…., hanya karena ibumu ini menjalani garisan hidup sebagai ibu bekerja. Jangan hukum aku dengan tangismu, Nak…., sebab itu yang akan membuat ibumu ini menyalahkan takdir yang diberikan Tuhan. Nak, ada banyak alasan kenapa banyak perempuan meneguhkan diri untuk bekerja. Dan jika kau tanya kenapa aku -ibumu- tetap bekerja, padahal kau dapati ayahmu telah lebih dari cukup untuk menafkahi keluarganya, maka dengarkan ini, Nak. Ada hati yang musti ibumu ini jaga, agar rasa bangga tak pernah padam dari jiwanya. Dan hati itu milik…… ayahku. Ya, hati ayahku sekaligus kakekmu. Susah payah ia menyekolahkan ibumu ini, hanya karena satu mimpi, melihat anaknya bersepatu dan berdasi. Ah, impian seorang ayah yang lugu. Padahal aku tahu, kesejahteraan tak hanya di dapat dari bekerja dengan bersepatu. Lalu aku harus apa??. Tak sanggup aku menyakiti hati kakekmu, Nak. Ketika datang kesempatan pekerjaan menjanjikan kesejahteraan yang dirindukan banyak orang. Nak, aku tahu bekerja bukanlah satu-satunya hal untuk membalas budi baiknya. Tapi setidaknya biarkan ibumu menghantar kakekmu pada mimpinya sebelum usia senja menyapa. Kamu yang sabar ya, Nak. Hanya tentang waktu, biarkan Tuhan atur yang terbaik untuk aku dan kamu. Nak, sejujurnya ibumu ini merindu fitrah. Fitrah untuk menjadi ibu rumah tangga yang seharian dua puluh empat jam mengabdi untuk suami dan mendedikasi diri untuk anak-anak yang teramanahi. Bukankah perjalanan hidup ternyaman adalah perjalanan sesuai fitrah?. Bukankah Tuhan bentangkan banyak hadiah untuk pekerjaan-pekerjaan sesuai fitrah. Melayani suami, mendampingi suami, mendidik dan merawat anak-anaknya tanpa pernah meninggalkannya. Tetapi sudah kubilang, bahwa terkadang hidup tak menyajikan pilihan. Entah sampai kapan rindu itu akan terobatkan. Nak, yakinlah…., meskipun ibumu tak selamanya berada di sisimu, di hatinya selalu ada namamu. Ketahuilah, Nak….., doa keterbaikan selalu terapal untukmu. Nak, percayalah…., meskipun ibumu tak bisa seharian menjagamu, ia selalu mohonkan untukmu agar Tuhan menjagamu. Bukankah penjagaan Tuhan adalah penjagaan terbaik?? Tumbuh besarlah, Nak. Kuatkan ragamu, agar ketika kamu jatuh dan tak disampingku, kamu mampu bangkit untuk berdiri. Teguhkan kemandirianmu, agar ketika kakimu terluka sebab jatuh, kamu mampu mengobati lukamu sendiri. Tumbuhlah dengan jiwa lapang dan dada bidang yang menyediakan untukku sebuah pengertian. Mengertilah, Nak…., ibumu meninggalkanmu bukan untuk melalaikanmu. Ibumu hanya sedang menjalani garisnya, semoga ikhlasmu dan ikhlasku menjadikan semua terasa ringan menjalaninya. Nak, sore nanti setelah aku pulang bekerja, sambut aku dengan senyummu yaa. Agar nyeri hati tadi pagi tak lagi aku rasai. Tahukah kamu, senyummu adalah obat terbaik bagi lelah jiwaku. Terima kasih, Nak ... untuk setiap waktu yang kau ikhlaskan untukku menjalani garisan takdirku #TerimaKasihkuHari4

Read more
Terima Kasih Untuk Setiap Waktu Yang Kau ikhlaskan Untukku
 profile icon
Write a reply

Terima kasih, Anakku... telah menjadi guru kehidupan untukku

Suatu kali aku pingin marah pada kalian. Baju tercentel di daun pintu. Mukena berhambur di atas sajadah. Sepatu kehilangan pasangannya, nyaris tersadar hilang selalu di pagi hari. Buku-buku cerita yang tertata rapi di almari perpustakaan mini beralih tempat berhambur di dipan-dipan beralas kasur. Beberapa kertas kerjaku yang masih belum sempat aku masukkan tas telah terlukis gambar wanita berhias bunga yang berjudul Ummiku Yang Cantik. Aku kebingungan mencari id card kerjaku yang ternyata tercantol di boneka beruang berwarna ungu. Menemani sarapan pagi kalian menciptakan seriosa dengan nada tinggi beriring tangisan dan celotehan kalian. Entah apa tema yang kuangkat di pagi itu, tanpa jadwal aku mencipta senandung kecerewetan. Pun begitu, kenapa juga kalian tak pernah bosan. Dengan nada yang berulang setiap harinya. Dengan syair yang tak berubah setiap paginya. Tapi entahlah, aku makhluk tak konsisten. Pingin marah tapi mudah menyerah. Yang terjadi aku membiarkan kalian dengan segala polah. Pelan-pelan aku menikmatinya. Anehnya, aku seperti ketagihan. Aku merasa kehilangan jika tak ada teriakan, jeritan, candaan, bahkan tangisan salah satu dari kalian. Satu saja dari kalian pergi, aku rasakan halusinasi. Sepertinya ada tapi tak ada. Sepertinya bersanding tapi nyatanya hening. Lambat laun aku menyadarinya. Bahwa kalian adalah keajaiban dalam hidupku. Logikanya kalian membuat semakin remuk redam tubuhku setelah bekerja seharian. Tapi nyatanya, kalianlah obat dari segala kelelahan. Awal dulu aku ragu, apa bisa menjadi sosok ibu yang baik untuk kalian. Aku rapuh. Aku gampang mengeluh. Aku mudah lelah. Aku sering menyerah. Membayangkan energi yang terforsir membersamai tumbuh kembang kalian, membuatku pesimis. Lalu menangis. Dan hati ini tersayat sembilu dengan luka teriris. Aku tak sanggup. Aku tak mampu. Aku tak bisa. Nyatanya yang terjadi adalah luar biasa. Aku bisa. Aku berdiri dengan kekuatan yang tak bisa dinalar oleh logika. Aku bahkan menjadi kebal dengan segala kesakitan yang tercipta. Aku kebal dengan segala kelelahan yang mendera. Aku bahkan mampu menyingkirkan segala khawatir yang terukir. Bukan ... sekali-kali bukan karena aku yang kuat. Bukan ... sekali-kali bukan karena aku yang hebat. Sesungguhnya itu karena ... Sebab kalian kuat beribukan wanita sepertiku Sebab kalian hebat mau memberi ruang maaf bagi kekuranganku. Aku memang ibumu ... tapi kamu-kamulah guruku. ?????????????? Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya tapi senyatanya seorang ibu banyak belajar dari anak-anaknya. Terimakasih Alloh telah memberi guru yang banyak dan lucu dalam hidupku. #TerimaKasihkuHari3

Read more
Terima kasih, Anakku... telah menjadi guru kehidupan untukku
 profile icon
Write a reply