Karena RestuMu Ibu

Setiap wanita yang mengetahui bahwa dirinya hamil pastilah bahagia perasaannya, begitu juga aku, suami, dan keluarga besar dari ke dua belah pihak. Kebetulan aku adalah anak pertama dari 2 bersaudara dan aku juga anak perempuan satu-satunya dikeluarga. Sehingga sudah pastilah orang tuaku sangat menantikan dan protektif terhadap kehamilanku ini, yang notabennya cucu pertama. Semua yang terbaik aku curahkan untuk calon anakku ini, dari segi makanan, vitamin dan semua muanya. Sejak mengetahui aku hamil, aku memang sangat menginginkan persalinan secara normal, karena yang aku dengar persalinan secara normal cepat sembuh dan recovery nya. Begitupun Ibuku yang sebisa mungkin selalu mendoakanku untuk bisa melahirkan secara normal. Aku yang berpostur tubuh mungil dan berisi ini, dan dengan segala makanan dan vitamin yang aku konsumsi selama kehamilan tidak menduga pertumbuhan bayiku di dalam bertumbuh sangat pesat terutama berat badan janinnya. Awalnya dokter memantau perkembangan janinku yang alhamdulillah sehat, dan posisi kepala bayi juga sudah berada di jalan lahir pada minggu ke 34, namun pada saat minggu ke 35 sempat berubah posisi menjadi sungsang. Oleh dokter posisi bayiku di putar agar kepala menjadi di bawah jln lahir lagi, jangan tanya rasanya ya moms. Karena aku sempat shock pas merasakannya. Segala cara aku tempuh agar posisi kepala bayiku tidak berubah mulai dari posisi knee chest, rajin jalan pagi sore, ngepel jongkok, sering sujud dll. Alhamdulillah posisi kepala bayi pada minggu ke 37 sudah berada di jalan lahir namun hingga minggu ke 41. Tidak ada tanda2 gelombang cinta muncul, sampai akhirnya dokter memeriksa semua kondisinya dan memberikan batas waktu jika pada minggu ke 41 tidak ada juga tanda2 melahirkan, berarti ada 2 kemungkinan yaitu 1. Bayiku terlilit tali pusar hingga posisi kepala tidak bisa turun ke jalan lahir 2. Berat badan bayiku terlalu besar sehingga panggulku tidak cukup untuk dilalui kepala bayi. Akhirnya melalui pertimbangan yang sangat berat untukku, di beberapa hari menuju 42 Minggu aku dan suami pun memutuskan untuk melahirkan secara sc atas pertimbangan semakin lama bayi di dalam perut akan semakin besar pula berat badannya, dan kondisi air ketuban pun semakin lama semakin tidak bagus krn bisa jadi telah tercampur kotoran bayi. Dan jika diinduksi keberhasilan hanya 30%, Akupun meminta izin kepada orang tua dan mertuaku untuk melakukan operasi sc. Pada tgl 14 juli 2016 sesudah isya, aku dan suami diantar oleh Ibuku dan Ibu mertua pun menuju RS, singkat cerita setelah diperiksa memang belum ada pembukaan, ruangan operasi, rawat inap, dokter anastesi dan dokter spesialis kandungan pun telah dibooking untuk melaksanakan sc di pagi hari pada pukul 07.30 pagi. Aku diharuskan berpuasa sejak jam 23.00. Qadarullah, saat jm 03.00 pagi suster memberikan kabar ke suamiku jika hasil labku tidak bagus hbku hanya 8. Sehingga membutuhkan transfusi darah. Dan stok darah di RS pun kosong karena pada saat itu masih 1 minggu setelah lebaran idul fitri. sehingga memerlukan pendonor setidaknya 2 kantong darah. Aku yang tadinya sudah mempersiapkan diri untuk sc pada pukul 07.30 mendadak cemas, cemas karena pada saat jam 06.00 pagi dokterku visit, beliau mengabarkan sc ku ditunda hingga sore hari karena menunggu ketersediaan darah. Dan bertambah cemas krn aku belum mendapatkan pendonor hingga pukul 09.00 pagi. Perasaanku campur aduk, sedih, khawatir, cemas, lemas. Tetapi ada yang lebih membuatku tercenggang saat itu. Aku menumpahkan segala perasaanku ke Ibuku, dan aku mendapatkan respon yang diluar dugaan. Ibuku bilang "Des, sambil menunggu pendonor ayo kita jalan2 keliling RS, siapa tau kamu bisa melahirkan secara normal" air mataku jatuh tak tertahan lagi.. dalam hati aku berpikir ternyata Ibuku belum sepenuhnya merestuiku mengambil langkah persalinan secara sc, bahkan disaat aku sedang tidak karuan perasaan menunggu pendonor pun beliau masih menginginkanku melahirkan secara normal. Akhirnya, dengan panjang lebar kujelaskan ulang kondisiku kepada Ibu, dan meminta restu dan ikhlasnya agar bagaimanapun caraku melahirkan bayiku, yang paling terpenting adalah keselamatan dan kesehatan dari ibu dan bayinya. Akhirnya kami berpelukan sambil sama2 berderai air mata. Setelah Ibu benar2 merestui dan mengikhlaskanku. Aku mendapat kabar bahwa ada 5 orang pendonor yang siap mendonorkan darahnya untukku. Dan Alhamdulillah operasi sc tgl 15 juli 2016 jam 17.00 berjalan dengan lancar, sehat dan selamat tanpa adanya hambatan. Aku dan keluarga pun akhirnya bisa tersenyum lega, haru dan bahagia menyambut kelahiran anakku. Dari kejadian itu aku belajar, bahwa restu Ibumu sama dengan restu Allah. Doa dan, ucapan seorang Ibu walau hanya tersimpan dalam hati tetapi sangatlah manjur. Karena melalui segala pengorbanannya lah, pantas surga berada di Telapak kaki Ibu. #SiapKetemuAnakku

undefined profile icon
Tulis tanggapan
Jadi yang pertama beri tanggapan