Kenangan Pahit Berujung Manis

Saya punya cerita yg cukup menyedihkan untuk saya pribadi namun sangat bernilai buat saya dan suami. Sebelum Ramadan tahun ini dimulai keluarga kecil kami diuji Allah. Kesehatan kami sekeluarga termasuk bayi kecil kami, Athaya (5 bulan), menurun bahkan lebih parah pada saya sebagai ibu. Saya terpaksa harus dilarikan ke Rumah Sakit dan dirawat. Saya mengalami diare parah, muntah, demam dan nyeri kemungkinan diakibatkan karena keracunan makanan. Suami pun mengalami gejala sama namun ringan saja. Bagi saya ini sakit terparah sejak bertahan-tahun lamanya. Tapi bukan itu bagian yg paling menyakitkan melainkan harus terpisah dg bayi saya dan tidak menyusuinya adalah yg terberat. Athaya terpaksa dititipkan ke kerabat bersama sejumlah ASIP untuk kebutuhannya. Selama dirawat suami tidak tenang karena bayi kami dititipkan, ditambah kabar bahwa Athaya badannya hangat diduga karena kurang ASI. Athaya adalah Bayi DBF yg tak terbiasa dg media ASI apapun. Saya hanya bisa berdoa semoga Allah menguatkan saya dan suami supaya segera keluar dari Rumah Sakit dan dinyatakan sembuh. Bagian sedih yg kedua, adalah suami menjadi tumpuan untuk mengurus rumah tangga selama beberapa hari saat saya sakit. Selama di Rumah Sakit, ia bulak balik menjaga saya sambil memeriksa kondisi Athaya. Belum lagi berbagai urusan administrasi dan kebutuhan saya selama menginap yang kita tahu merepotkan. Ditambah kondisi saya yg lemah, yg selalu butuh dibantu untuk ke kamar mandi. Di rumah ia juga harus mencuci dan lain lain. Dalam waktu 1 minggu saja suami terlihat kurus karena kelelahan. Setelah keluar dari Rumah Sakit, alhamdulillah kami akhirnya bisa berkumpul di rumah. Namun ternyata ujian belum selesai, karena kelelahan suami terserang flu & batuk. Ia lelah dan sakit namun masih bisa beraktivitas. Athaya pun tertular tapi Alhamdulillah hanya ringan saja. Qadarullah, saya juga tertular dan malah jauh lebih parah. Saya kembali lemas karena sakit di rumah. Lagi-lagi suami menggantikan semua tugas rumah kecuali menyusui dan merawat bayi kami. Saat yg sama Athaya harus imunisasi dan ternyata berat badannya hanya naik 200 gram saja, saya sedih. Tapi semua sudah terjadi. Alhamdulillah 'ala kulli haal, betapa Allah sayang kepada kami. Kami diingatkan untuk selalu menyebut namanya di setiap waktu. Ramadan tahun ini sungguh bernilai buat kami sekeluarga karena rentetan ujian di atas. Alhamdulillah kami bisa melewati semuanya. Alhamdulillah kami akhirnya bisa memasuki bu lan Ramadan yg istimewa. Alhamdulillah kami bisa tetap beribadah dg tenang. Alhamdulillah tahun ini kami utuh menjadi sebuah keluarga. Sungguh nikmat sehat, nikmat usia dan nikmat cinta saya rasakan saat itu. Utamanya dari suami yg telah dg sabar dan tulus membantu saya melewati masa berat dalam sakit. Nikmat mana lagi yg saya bisa dustakan? Saat bisa kembali memeluk dan menyusui bayi saya serta mendapat perhatian dan kasih sayang dari suami. MasyaAllah. #RumahTanggaTAP

1 Tanggapan
undefined profile icon
Tulis tanggapan
VIP Member

Alhamdulillah badai berlalu