Menjadi #IbuJuara Adalah Impian Semua Ibu di Dunia.
Perjalanan satu dekade menjadi seorang ibu adalah petualangan yang penuh keajaiban. Betapa tidak? Aku menikah di usia yang terbilang muda, 21 tahun dan masih kuliah saat itu. Minimnya ilmu membuatku harus banyak belajar ilmu kepengasuhan, sambil terus beradaptasi dengan suami yang karakternya masih terus kucoba mengerti. Anak pertamaku lahir setahun setelah menikah. Wah! Dunia baru bagiku, menjadi seorang ibu! Segala rasa sakit karena hamil dan melahirkan tidaklah terasa sama sekali, sebab kehadirannya membuat hidupku lebih berwarna. Namun, belum genap dua tahun ia, aku sudah melahirkan lagi. Saat anak kedua tepat tiga tahun, aku pun melahirkan lagi. Sekarang, lima tahun kemudian lahir lagi anak ke-empat. Kesemuanya laki-laki. Terkadang teman berkelakar, "ayooo nambah lagi biar dapet anak cewek." Aku hanya tersenyum. Bagiku jenis kelamin tidak menjadi masalah. Keempat jagoan yang diamanahkan Allah sama berharganya dengan anak perempuan. Capek, lelah, ya! Apalagi aku mengurus semuanya hanya bersama suami. Jauh dari mertua, orangtuaku juga sudah tiada. Tidak ada ART. Pekerjaan rumah kulakukan sebisanya. Rumah seringkali berantakan. Masak juga jarang. Yang terutama bayiku sehat dan aman. Segala hal itu kunikmati saja. Kuncinya adalah suami harus support banget. Definisi juara itu sendiri relatif bagi setiap orang. Mungkin bagi semua orang, aku jauh dari level #ibujuara, tetapi bagi anak-anakku, akulah #ibujuara karena sudah mengandung, melahirkan , menyusui dan merawat mereka dengan cinta. Jadi, semua ibu pasti akan menjadi #ibujuara, bukan sekadar impian. #ibujuara #TAP