Kisah Pengalaman Menyabut Kelahiran Si Kecil

Lebih kurang 35 minggu saat yg ditunggu & tidak diduga bayi mungil ku lahir ke dunia. Awal cerita, di hari Senin tanggal 17 Desember 2018 akan konsul cek kandungan ke RS,, ternyata tak disangka hari itu pasien meludak rame ? dan ditunda ke hari esok. Entah kenapa, apakah memang sudah saatnya saya di hari selasa ini perasaan saya tidak enak. Hari selasa tgl 18 Desember 2018 jadwal konsul yg tertunda kemarin. Hari itu cuaca sungguh panas sekali, dan tiba-tiba terpikir dipikiran saya untuk membeli pakaian daster, karna persiapan melahirkan untuk diri sendiri belum disiapkan sedangkan untuk bayi sudah 2 bulan yg lalu di persiapkan. Dengan cuaca yg sangat panas, saya & suami melalang buana mencari pakaian & keperluan yg lain ke pasar. Sebelum pulang, saya sempatkan diri untuk memanjakan diri menghirup udara pantai di sore harinya dan berfoto. Namun yang ditakutkan terjadi. Selepas azan maghrib, badan merasa gemetar & panas dingin secara tiba-tiba. Feeling saya, ini efek panasnya cuaca. Rasa haus saya menjadi-jadi dan rasa ngilu di persendian pun semakin ngilu saya rasakan. Di tengah malam saya selalu bolak balik WC, saya pikir karena saya terlalu banyak minum. Singkat cerita sampai pagi hari panas badan menjadi-jadi sehingga saya gemetaran & ngigau. Suami saya sempat khawatir, dikompreslah kening saya dengan air hangat ngilu kuku, dibuatkannya saya jus bengkoang, dan air remasan bungo rayo. Saya & suami berusaha untuk tidak mengkonsumsi obat. Namun di jam 15.00 saya dilarikan ke UGD RS Reksodiwiryo, karena panas badan ternyata saat diukur 39 derajat dan gemetar badan semakin menjadi. Saat di UGD niat hanya ingin meminta penanganan diberikan obat penurun panas. Namun saat di cek kandungan saya di layar usg ternyata air ketuban sudah sedikit, ternyata bolak balik saya saat tengah malam itu ternyata air ketuban sudah merembes. Jujur saya tidak bisa membedakan air kencing dgn air ketuban dan belum ada tanda-tanda pembukaan. Sang dokter menyatakan harus di operasi hari ini juga. Saat dokter mengatakan hal itu, dalam pikiran saya Astagfirullah berkecambuk. Hati belum siap melahirkan operasi namun jika tidak diambil keputusan bayi yg telah saya kandung akan meninggal. Saya menatap suami saya dengan tatapan takut. Namun suami saya menguatkan hati saya, harus kuat & siap dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Jadi kami putuskan bayi dilahirkan secara operasi. Sebelum menandatangi surat pernyataan saya & suami sempatkan diri untuk sholat ashar berjamaah, memohon ampun atas segalanya dan berikan kemudahan serta keselamatan selama proses operasi yang akan saya hadapi. Saya memohon ampun kepada suami dan juga adik perempuan saya. Selesai sholat ashar saya dipersiapkan diri dan dibantu perawat untuk proses persiapan operasi. Saya tidak kuat untuk berbicara dengan orangtua saya, karena beliau dalam perjalanan dari kampung menuju ke kota tempat saya tinggal. Karena yang pastinya saya akan menangis ?? dan takut menambahkan kegelisahan hati orangtua.Tepat jam 15.30 saya masuk ke ruangan operasi. Seumur hidup saya, baru saat itu saya yang merasakan "rumah sakit". Saya sempat bercita-cita ingin rasanya dirawat di RS. Dan kenyataannya terkabulkan, sungguh tudak mengenakan. Proses operasi saya berlangsung lebih kurang 35 menit. Saat azan maghrib berkumandang, saat itulah saya mendengar jeritan tangis bayi saya. Saya masih dalam keadaan setengah sadar, semoat berpikir "itu jeritan bayi siapa?" hahaha ternyata itu bayi saya sendiri. Saya melihat ke sisi kiri, bayi saya dibersihkan dan dipakaian kain bedong. Kemudian perawat tersebut membawa bayi itu ke saya. Perawat bilang "selamat ibu, bayinya berjenis kelamin perempuan." Saya cium bayi saya, begitu wanginya. Bayi saya dibawa ke ruang penanganan bayi, karena tiba-tiba pernafasan bayi saya sempa terhenti. Jadi dimasukan ke dalam inkibator dan dipasang segala jenis alat ke tubuh bayi saya. Saya keluar dari ruang operasi disambut oleh keluarga suami saya. Keluarga saya (mama & papa) saat itu sedang dikampung dan dalam perjalan ke kota tempat saya tinggal. Jujur saya takut, saat proses operasi disitu waktu terakhir saya & tidak sempat meminta maaf dengan orangtua. Dihari kedua selepas operasi, saya kuatkan tekad untuk melihat keadaan bayi saya diruang perawatan. Saat menuju ruang tersebut dengan berjalan kaki, saya keringat dingin dan pucat karena menahan rasa sakit jahitan. Mama yang saat itu menemani saya menuju ruangan sempat panik, takut-takut saya akan pingsan ?. Saya bilang "tenang ma, tenang ma eby pasti kuat". Ternyata mata saya langsung berkunang-kunang, akhirnya saya menyerah. Mama memanggil perawat untuk mencarikan kursi roda. Setibanya diruangan perawatan bayi, saya menangis sejadi-jadinya. Tak kuat rasa hati, bayi mungil dipasang segala selang & akat ditubuhnya. Saya sugestikan diri & ke bayi saya kalau kita bisa sehat & kuat. Nama bayi saya Raesha Sabhira Narwan yang artinya anak perempuan yg rupawan memiliki hati sabar & keteguhan. Semoga anak kami adalah doa untuk keselamat kami (orangtua) di akhirat nantinya. #SiapKetemuAnakku

 profile icon
Tulis tanggapan
Jadi yang pertama beri tanggapan