Dekat malu, jauh rindu

Kami bertemu pertama kali tgl 27 oktober 2018. Dy ke rumahku, bersama sepupu krn kebetulan dy adalah temannya suami sepupu yg juga ternyata masih ada hubungan family jauh dg keluarga kami (kalo d runut sipsilahnya ruwet juga). Dr cerita sepupuku katanya dy lihat sy waktu nikahan sepupuku itu (awal september 2018), trus nyari2 tau ttg aku lewat suaminya sepupu. Setelah pertemuan itu kami cuma ketemu lagi 2 kali bulan november dan desember 2018, itupun cuma pergi kajian bareng karena kebetulan ada kajian akbar d kota tempat aku kerja (waktu itu aku masih merantau dr kota kelahiranku, sementara dy kerja d kota kelahiranku) Selebihnya cuma komunikasi lewat WA kdang telp2an itupun cuma sebentar dan jarang banget, kdang pernah 1-2 mingguan nggak ada kabar sama sekali. Tapi yg paling sering menelpon aku waktu itu si mak comblangku (sepupuku) dy bercerita panjang lebar ini dan itu tentang dy. Karena dari awal pertemuan niatnya memang sudah serius ke jenjang pernikahan dy ngebet pengen segera mendengar jawabanku. Jujur sebenarnya aku orang yg sulit dekat dg org baru apalagi yg baru ketemu dan jarang ketemu. Ditambah lagi nanti aku tentu harus pindah ngikut dy otomatis aku berhenti dr kerjaanku di rantau. Tapi setelah pemikiran panjang akhirnya januari 2019 terlaksana proses lamaran, dan februari 2019 nikah. Suatu proses yg kilat bagiku karena aku harus mengurus semua persiapan untuk pernikahan dan pesta sederhana (ibuku pengennya ada pesta krn aku anak pertama). Menjelang hari H kami pun jg jarang ketemu, krn dy jg d sibukkan dg kerjaannya. Walaupun dy selalu menyempatkan membantuku d hari libur kerjanya. Setelah menikah, aku mendapatinya sbg lelaki yg baik dan bertanggungjawab terhadap keluarga. Baru aku ketahui kalau suami ku ini org nya suka to the point dan kaku, sedangkan aku pemalu dan segan kalo ngomong langsung. Karena kesibukannya juga kami jarang berinteraksi dg intens. Dy selalu pergi pagi pulang malam, bahkan tak jarang keluar kota sampai berminggu2. Saat ini umur pernikahan kami sudah 7 bulan dan aku sedang hamil 5 bulan. Sampai sekarangpun aku masih kaku dan malu sm suamiku kalo dy ada d rumah walaupun dy sepertinya cuek2 saja. Kalo dy pergi aku malah sering rindu, kdang ku telp tp aku tak berani bilang kangen, dengar suaranya aja sudah jd penyemangat hari2ku. Walaupun begitu smpai sekarang aku masih belajar untuk bisa memahami suamiku dan belajar untuk bicara langsung keinginanku tentangnya. Tapi tetap saja malu dan segan ini masih ada. Gmn ya supaya ngilanginnya?

2 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan

berani aja bun suami istri harus gak ada malu2nya

VIP Member

Hilangkan urat malu nya bun. Masak cuma bilang kangen aja malu. ๐Ÿ˜‚ Kalau saya tiap ada kesempatan pasti wa suami. Bilang kangen. Padahal biasa2 aja. Ditengah2 kesibukan kerjanya. katanya kalau saya manja lebih ngegemesin.๐Ÿ˜€ saya LDM bun. Sebulan sekali suami pulang. Bangun komunikasi. Dia suamimu. Dia sahabat sekaligus temanmu... coba posisikan seperti itu. Mungkin bunda bisa lebih terbuka

Baca lagi