Malaikat Tak Bersayap (IBU)

Jika di tanya siapa wanita inspirasi dalam hidup saya. Maka yang akan muncul hanya 1 kata yaitu IBU. Saya adalah anak pertama dari 5 bersaudara. Setiap kali saya mengingat perjuangan beliau pasti air mata ini akan mengalir tanpa diminta. Berjuang untuk bisa menyekolah kan ke 5 anaknya agar bisa menjadi orang yang berguna dan memiliki pendidikan tinggi. Beliau memang hanya lulusan sekolah dasar (SD). Karena itulah Dia tidak ingin anak anaknya menjadi sepertinya. Di rendahkan bahkan di pandang sebelah mata oleh orang, dan yang lebih menyakitkan jika sebagian dari orang itu adalah saudara kami sendiri?. Ibu saya selalu menguatkan hati anak anaknya untuk tetap terus belajar meraih cita cita tanpa peduli dengan omongan orang. Bahkan mereka menyepelehkan jika saya pasti hanya mampu sampai tamat SMP. Beliau selalu semangat untuk bekerja mencari nafkah, tidak dihiraukan panas terik mengayuh sepedanya menjajakan jualannya dan mencari segala cara untuk memutar uang agar kami bisa bersekolah dengan rizki yang halal. Saya sampai pernah menangis ketika melihat ibu pulang menuntun sepeda yang bannya bocor dan dalam kondisi basah kuyup karena hujan deras?. Tapi Allah memang Maha Baik. Selalu ada rizki untuk kami bisa bersekolah. Saya dan adik adik selalu berusaha belajar giat agar mendapat beasiswa sehingga dapat meringankan beban ibu. Dengan kerja keras dan doa beliau kami bisa mendapat pendidikan yang layak. Saya bisa masuk ke universitas, adik nomer 2 masuk SMA, yang nomer 3 memutuskan untuk masuk ke pesantren setelah lulus sekolah dasar, dan ke 2 adik saya yang paling kecil bersekolah Taman Kanak kanak( TK). Masih lekat dalam ingatan ini, perjuangan beliau ketika saya lulus tes dan masuk universitas saya harus ikut masa orientasi siswa. Ibu saya yang mengantar dengan naik angkutan umum berangkat jam 3 pagi. Lalu beliau masih harus pulang menyiapkan adik adik saya untuk sekolah dan mengayuh sepeda lagi untuk mengantar 2 adik yang paling kecil. Jarak yang di tempuh dari rumah ke sekolah adik saya sekitar 8 km dan sore hari beliau masih kembali menjemput saya. Pernah saya ingin menyerah. Bagaimana tidak, ibu harus menghabiskan tenaga dan uang untuk mengantar saya karna jarak dari rumah ke kekampus sekitar 2 jam dengan naik 2 angkutan umum yang berbeda sehingga ibu saya tidak tega untuk melepas saya sendiri. Berangkat pagi jam 3 pulang sampai rumah jam 9. Selama 2 hari seperti itu, saya beranikan diri untuk berangkat dan pulang sendiri karna saya tidak tega dengan beliau. Dan saya sudah memiliki teman yang sama sama naik angkutan umum. Awalnya beliau menolak tapi akhirnya setuju. Akhirnya saat pagi beliau mengantar saya dengan sepeda nya sampai ke ujung jalan umum saja, lalu pulang untuk bersiap mengayuh sepedanya lagi mengantar kedua adik terkecil saya. Ketika waktunya saya pulang beliau selalu menanti saya turun dari angkot di ujung jalan umum sambil berdiri memegangi sepedahnya. Apalagi ketika macet atau pun pulang terlambat beliau harus menunggu saya cukup lama?. Hasil memang tak kan menghianati sebuah usaha, dan doa restu dari seorang ibu memang berbuah manis. Sebelum lulus kuliah saya sudah diterima mengajar di SMP. Saya juga mencari tambahan uang dengan mengajar pramuka dibeberapa sekolah agar bisa meringankan beban beliau. Saat itu saya masih semester 5. Awal mengajar saya menggunakan sepeda angin zaman sekolah saya dulu. Akhirnya saya memutuskan untuk mencicil sebuah sepeda motor dengan gaji yang saya dapat dari mengajar setelah ibu saya jatuh sakit pendarahan karena terlalu lelah dan sudah tidak kuat lagi untuk mengayuh sepeda dalam jarak yang jauh dan beban yang berat. Hati saya hancur melihat ibu saya yang jatuh sakit?. Saya menggantikan tugas ibu, mengantar adik adik ke sekolah. Mengantar beliau berjualan saat saya libur kuliah dan mencari tambahan mengajar les privat. Alhamdulillah,. Dengan kesabaran beliau kini ke 3 anaknya telah menjadi seorang guru, dan membuktikan kepada orang orang yang menghina kami bahwa kami bisa dan mampu. Ibuku sayang, sudah cukup perjuanganmu selama ini, kini izinkan kami anak anakmu yang meneruskan perjuanganmu, membahagiakan mu dan mewujudkan semua mimpimu. Sebenarnya, saat saya menulis cerita ini air mata saya masih mengalir, badan saya masih bergetar mengingat kegigihan seorang ibu yang berjuang demi masa depan anak anaknya. Dan cerita ini tidak akan pernah habis untuk saya tulis karena begitu banyak pengorbanan beliau dalam hidup saya??. Ibu terimakasih telah menjadi wanita hebat dalam hidup ku, menginspirasi ku untuk menjadi sosok wanita tangguh yang gigih dan tidak menyerah dengan keadaan.??? #WanitaInspirasiTAP

Malaikat Tak Bersayap (IBU)
2 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan

Brebes mili aku bacanya tim.

4y ago

La Iyo iku. Aku palingo ngga tatak