Ikhlas itu susah
Hai buibu.. tolong bantu saya untuk menerima semua ini.. umur pernikahan kami 2 tahun lebih dan sudah memiliki 1 putri.. crita nya mulai dari persiapan pernikahan kami. Saya dan keluarga tau bahwa besan orang terpandang di kota ini karna pernah duduk di pemerintahan dan ortu saya pun pengusaha yg kolega nya bisa dibilang menengah keatas. Karna itu kami memilih melangsungkan acara di gedung yg cukup besar. Saya anak gadis ibu yg menikah pertama otomatis keluarga saya ingin membuat acara yg pantas untuk kedua keluarga. Saat sedang sibuk sibuk menyiapkan ini itu, ibu saya nanya kesaya "mbak apa ada bahasan ttg uang belanja?" Saya bingung kenapa ibu baru nanya sekarang setelah kami deal catering(1500 porsi) dan gedung. Jadi untuk dp semua pakai uang ortu sya. Saya kira calonsuami sudah memberikan uang belanja karna ibu langsung sibuk mempersiapkan semuanya. Saya coba untuk tanyakan baik baik dengan calonsuami dan beliau bilang memang beliau sedang tidak punya duit dan beliau ceritakan keluarga beliau juga sedang kesulitan ekonomi. Saya ceritakan juga bahwa sudah deal catering dan gedung, akhirnya beliau sendiri yg ngomong ke ibu saya bahwa beliau memang tidak bisa memberikan duit belanja. Ibu saya juga tidak memaksa kepada suami karna suami memang baru memulai usaha. Ortu coba datangi rumah besan untuk membicarakan hal tsb, malah keluarga suami tidak menyinggung hal ini sedikit pun. Ortu menyimpulkan mereka memang tidak ada itikad untuk membantu. Jadilah acara kami ini 100% dari kantong ortu saya. Perasaan tidak enak timbul saat hari H dimana saya lihat ibu mertua memakai perhiasan yg wow. Cincin yg dipakai ada di 5 jari ditambah gelang yg gendut gendut. Wallahi saya tidak meminta untuk di hargai dengan uang. Saya merasa tidak adil karna ini acara bersama harusnya kita bicarakan bersama dan cari jalan keluarnya. Mereka datang dengan wajah sumringah tanpa ada penyesalan. Dengan bangganya sebelum acara dimulai bapak mertua mengajak keluarga besar dia untuk selfi dipelaminan. Padahal keluarga besar saya duduk dibawah menghormati mereka. Bukannya datang salam salaman keluarga malah selfi. Sampai saat ini masih saya pendam perasaaan kesal ini bahkan kepada suami tidak pernah saya utarakan. Saya tidak bisa dibeli dengan uang tetapi menyenangkan keluarga dan calon istri itu wajib. Bahkan tetangga nanya nanya perihal ini, ibu saya bilang kalau tetangga nanya bilang saja sudah di tf alhamdulillah bisa untuk catering. Itu yg teman dan tetangga tau. Tapi biarlah semua itu, gak guna juga kita perdebatkan nominal uang belanja. Jujur buibu sampai sekarang jika ada teman yg menikah saya iri. Ada perasaan yg tidak pernah saya rasakan seperti, cincin tunangan, mencari hantaran bersama, dll. Saya pernah sedikit merajuk kesuami ttg hantaran kenapa saya tidak dilibatkan, beliau marah katanya saya harusnya bersyukur untuk hantaran saja beliau menghabiskan duit 6 jt. Padahal buibu saya cukup tau brand dan saya bisa taksir berapa biaya yg beliau keluarkan. Sekali lagi ini bukan tentang nominal. Setahun yg lalu kakak suami menikah. Ibu mertua minta tolong ke suami untuk bantu dana acara. Saya cemburu buta saat itu. Kenapa waktu kami yg menikah tidak ada 1 orang pun dari keluarga mereka yg membantu kami. Sekarang kami dipaksa untuk membantu padahal ekonomi kami belum stabil. Akhirnya suami bantu design undangan dan percetakan dan beberapa duit. Saya tidak keberatan membantu tapi saya sedih. Saya utarakan ke suami, beliau marah ke saya. Sejak itu saya diam saja jika keluarga beliau minta tolong. Menurut saya mertua selalu memberatkan suami saya. Padahal anak beliau 7 dan kakak kakak suami sudah perpenghasilan. Efeknya saya tidak suka dengan mertua. Saya selalu menghindar kalau diajak kerumah mertua apalagi disuruh nginap. Anak saya juga selalu tantrum kalau liat opa omanya. Buibu gimana caranya biar hati saya lega. Saya gak mau durhaka ke mertua tapi seperti ada yg tidak beres dihati kalau tentang mertua. Mertua dan ortu tinggal di 1 kota. Pernah kami kemalangan tetapi mertua acuh saja. Jangankan ikut takziah menelpon untuk belasungkawa saja tidak. Disana ortu saya ilfeel kemertua tapi ortu tetap menganggap baik mertua. Ingin sekali saya ikhlaskan semua nya. Suami saya orang baik dan bertanggungjawab. Yg mengganjal hanya ortunya saja. Pernah ada teman ibu yg kenal juga dengan mertua bilang memang pelit mertua saya. Yasudahlah mau bagaimana ya. Note tambahan: Waktu suami datang untuk lamaran, ada beberapa tetangga yg diundang juga. Ortu saya segan kalau langsung bahas duit, terlihat seperti mata duitan takutnya. Jadi bahasan uang blanja, mas kawin, hantaran dll di bedakan waktunya. Tapi semakin dekat hari H pembicaraan itu tidak dibahas sama sekali. Fyi, kami mempersiapkannya dalam waktu sebulan karna memang ingin disegerakan. Bahkan beberapa kali kami ketemu seperti ketika fitting. Mereka datang seperti biasa tanpa ada maksud untung membicarakan dana. Ortu saya dari awal tidak memberatkan suami, karna umur suami masih sangat muda dan baru bekerja. Setidaknya mertua bersedia membantu ala kadarnya. Saya juga pernah sakit hati ketika saya tanyakan kenapa pernikahan kakak ipar ada dananya. Suami bilang karna ini pernikahan anak mertua perempuan yg pertama mau dibuat bagus. Saya merasa apa bedanya dengan saya. Sampai saya berfikir saya ini anak orang lain yg terpaksa harus ada dikeluarga ini. Yg tidak mesti dihargai dan disenangi. Alhamdulilah saya tidak bermental peminta. Jadi saya tidak berharap sedikit pun anak saya atau saya dibantu mertua. Tapi lihat mertua abang dan kakak saya yg begitu peduli dan hangat saya jadi iri. Suami saya typenya penolong, jarang sekali saya lihat beliau menolak menolong orang. Saya tidak keberatan karna saya selalu didahului dan diperhatikan oleh beliau. Saya benar benar ingin menata hati untuk menerima mertua. Tapi setiap saya lihat wajah mereka maaf saya merasa jijik. Ntah kenapa yg dimata saya mereka terlihat munafik. Sampai saya berfikir kemana semua uang mereka sampai maaf adik adik suami terlihat tidak terurus. Mertua saya orang minang, kata orang sini tabiatnya pelit