Menguntit Suami dan Ingin Berpisah
Bunda, semoga saat membaca selalu dalam kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Dosakah "menguntit" suami? Saya menulis ini saat suami sedang mengantar barang ke luar kota. Nanti malam baru pulang. Oh ya, kita underline kata menguntit tadi. Beberapa hari ini saya gelisah tak karuan. Tingkah suami jadi berbeda, entah kenapa. Tiap ditanya dia diam. Kami jadi orang asing di atas satu ranjang. Rumah baginya seperti sekedar tempat berbaring, pergi pagi pulang sore. Sedari pulang hingga malam, ia sibuk dengan gawai. Sedangkan bagi saya, rumah seperti kurungan. Saya dan bayi saya asik bercengkrama, sekedar; "ba-ba-ba-ma-ma-ma" ah, mengerti apa bayi merah ini dengan cerita saya? Suami sudah seperti tembok. Kami sudah tak banyak bercerita seperti dulu. Khasnya perempuan jika menyebut dulu, maka hatinya hancur. Ia masih "minta jatah" seperti biasa. Menggeser bayi kami ke samping, lalu tidur di samping sambil memeluk dari belakang. Usai hasratnya terpenuhi, ia tidur. Saya sering insomnia dan entah pukul berapa kemudian bisa terlelap. Sering, yang ia puaskan hanya dirinya sendiri. Sudahlah, jika tak ada interaksi saling mengisi- Hubungan ranjang ibarat sepi yang paling mati. Hening yang kemudian membunuh. Saya larut dalam pikiran kosong, dan ia- entah sudah sampai mana. Malam itu, tepatnya dua hari lalu, saya dihasut dedemit (mungkin) sampai memasang apk sadap di hp nya. Jujur, saya memang meminati dunia "spy". Bahkan untuk data kantor, ketika dulu bekerja saya bisa kerjakan beberapa transaksi di rumah. Membobol program database, dengan catatan mempermudah bukan untuk manipulasi. Balik lagi ke kejahilan saya kepada hp suami. Yap, hp itu kini bisa saya akses semau saya. Saya bisa membaca pesan di wa,fb,sms, semua fitur chatt singkron ke gmail saya. Saya punya akses membaca, bahkan membalas. Dalam beberapa kondisi, saya kadang iseng mengambil gambar agar tau kebenaran suami sedang melakukan kegiatan apa. Semua record gps saya aktifkan, begitupun dengan record panggilan. Dan, saya setting hp suami agar bisa melakukan live record. Hari pertama, semua backup data dihapus oleh antivirus hp suami. Padahal hari itu, saya melihat chatt dari suami kepada rekan kerjanya perempuan, beliau kirim foto rumah. Rumah yang rencana akan kami take over. Buat apa? chatt itu tanpa kelanjutan. Saya penasaran, meski suami bilang temannya itu juga ingin ambil rumah take over dan butuh no. marketingnya. Padahal, saya pernah dengar dari teman suami tentang kedekatan suami dengan rekan perempuannya ini. Suami juga sering ngigau nyebut nama si perempuan ini. Makin tidak enak perasaan rasanya ketika itu. Oke, saya berniat melanjutkan kegiatan "menguntit" ini. Saya kembali root hp suami, dan otak atik pengaturan, agar tidak ada aplikasi yang bisa menghapus backup data yang saya sinc ke gmail melalui apk pihak ketiga. Done. Uji coba hari ke dua. Luar biasa, saya bisa akses semua tanpa ada hambatan. Saya dapat apa? Suami saya main judi. Dia tidak bohong soal sedang dimana, tapi apa yang dilakukannya ia berbohong besar. Semua percakapannya dan temannya di meja judi terekam jelas. Saya berusaha bertanya baik-baik, ia tidak mengakui. Bahkan ia berniat membuka lapak judi joint dengan temannya. Hati saya geram, lemas. Ada kepribadian suami yang tidak pernah saya ketahui. Berikutnya? Percakapannya dengan rekan kerja yang katanya tidak ada apa-apa? seperti laki-laki yang ingin "menjalin apa2" dan hebatnya si perempuan ini malah cukup open menurut saya. Saya jadi flashback ketika kami pacaran dulu. Karena suami bawa mobil kantor dulu ke rumahnya, jadi dia sering pinjam motor si cewek buat antar jemput saya pulang pergi kerja. Mereka sedekat yang tidak saya kira. Bahkan saya tidak terlalu ambil pusing, waktu teman laki-lakinya bilang si perempuan tidak mau lagi pinjamkan motor karena buat jemput pacar. Urusan apa? Saya abai karena waktu itu saya tau, si perempuan ini punya pacar. Setelah kami menikah, beberapa bulan kemudian perempuan ini ditinggal nikah oleh pacarnya. Jomblo sampai sekarang. Saya jadi sedikit curiga. Suami yang tidak mengerti melihat update instastory hari itu sengaja menelfon untuk bertanya "bener update foto kita yang kemarin?" setau saya, cuma perempuan ini temanya suami yang follow saya di ig, dan selalu pantau saya update apa. Hari Sabtu lalu, kami sekeluarga ke luar kota. Saya sempat update beberapa foto ke instastory, dan jam 10 malam si perempuan "P" ke WA suami. Suami tidak menanggapi. Tengah malam, suami cek WAstory nya... saya lihat ulang besok paginya. Si perempuan buat status pakai lagu2 galau sekitar jam 1 an. Apa ada kaitannya? Mereka seperti dua orang sedang kasmaran. Saling mengintip lewat medsos. Pulang dari luar kota itu, suami berubah drastis. Ia tak pernah bertanya lagi seputar keadaan rumah ketika sedang di tempat kerja. Biasanya? bukan saya yang bertanya bagaimana makan siangnya, namun ia yang selalu bertanya. Setidaknya ada belasan panggilan yang saya terima ketika jam kerjanya seharian. Sampai di rumah, ia seperti dingin dan enggan membuka cerita. Bahkan pertanyaan saya ditanggapi se"kena"nya. Misi sadap menyadap ini justru membuat saya banyak merasa keliru. Siapa suami saya di rumah, sangat berbeda jawabannya dengan seperti apa sosoknya ketika di luar rumah. Kecewa? pasti. Saya menangis dalam hati. Baper sekali hari ini. Cuaca biasanya panas cerah, hari ini jadi buruk. Siang bolong diterpa hujan panas. Sebelum ke luar kota, suami di kantor sempat bergurau dengan rekan kerjanya yang perempuan itu. Beda sekali ketika ia ada di rumah. Tidak se cerewet itu mencari bahan cerita. Saya dosa dengan cara saya "menguntit" untuk mencari kebenaran? Tapi tidak ada cara lain. Saya rasa saya akan lanjutkan hingga saya tau, batas fatal apa yang membuat saya harus berhenti bertahan. Hancur sekali. Pekerjaannya sebagai marketing, seling follow up konsumen dengan mulut manis. Saya merasa hari ini saya bodoh sekali. Dua tahun tinggal seatap dengan penipu, namun tidak menyadarinya. Bukan mulutnya pandai meyakinkan konsumen saja, tapi pandai menipu saya selama itu. Sejak bekerja dalam lingkaran penghasil riba, ia sungguh berubah drastis. Saya mengikuti alur yang selama ini tidak saya pahami. Pergaulannya, pola pikirnya, sudah terjun bebas ke arah minus yang tinggi. Do'akan suami saya bisa ke luar dari lingkaran ini bunda sekalian. Saya sendiri bahkan sudah lelah, ingin menyerah saja. Sebab, ke luar dari rumah ia sudah memotong pendengarannya untuk nasihat saya. Melangkah dari pagar, ia sudah mengumpulkan seribu kebohongan untuk saya, dan jadi orang yang tidak saya kenal. Benar saja, saya yakin pola pikirnya sekarang, ke khilafannya ini bermula dari pekerjaannya. Dulu, ia tak begitu. Saya rasanya ingin menyerah, mengingat segala ucapannya sangat jauh berbeda dengan apa yang ia tengah lakukan di luar sana. Saya sempat berfikir ingin menyudahi rumah tangga ini berkali-kali. Namun, kali ini rasanya sungguh ingin benar-benar lari. Bertahan dalam kondisi ini membuat saya memendam sakit sendiri. Bunda, terima kasih untuk yang meninggalkan nasihatnya. Semoga kita dalam lindunganNya.