hamil diluar nikah

Bismillah.. Kalo gitu akad ulang aja dengan keluarga inti bun, diskusikan lagi sama suami bagaimana cara menyampaikan ke orang tua, bismillah aja bun, apalagi niat bunda udah baik banget mau taubat dan hijrah, minta semoga Allaah mudahkan segala sesuatunya.. Semoga ini sedikit membantu ya bun Ada beberapa fatwa ulama yang kami temukan, di antaranya adalah Fatwa Asy Syabkah Al Islamiyah no. 9644 mengenai syarat menikahi wanita yang dizinai, tanggal Fatwa 23 Jumadil Ula 1422 H. Pertanyaan: هل يجوز لشخص أن يتزوج من إمرأة زانية وهو يعلم أنها زنت قبل أن يتزوجها، وهو يريد أن يستر عليها لأنها قريبته، وأرجو الإفادة منكم ، هل يمكن معرفة المفتي . شكرا Apakah boleh seseorang menikahi wanita yang dizinai dan ia tahu bahwa wanita tersebut betul telah dizinai sebelum menikahinya. Ia ingin menutup aibnya dengan menikahinya karena wanita tersebut masih kerabatnya. Aku ingin jawaban dari kalian mengenai hal ini. Apakah hal ini mungkin? Syukron. Jawaban: الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه وسلم أما بعد: فإن الزواج من الزانية مختلف فيه ، فمن العلماء من يقول بصحته، ومنهم من يقول بمنعه ، وممن قال بمنعه الإمام أحمد، وهو قول يشهد له ظاهر الآية الكريمة ( الزاني لا ينكح إلا زانية أو مشركة والزانية لا ينكحها إلا زان أو مشرك وحرم ذلك على المؤمنين ) [النور:3] وعليه فلا يجوز لمن علم من امرأة أنها تزني أن يتزوجها إلا بشرطين: أحدهما: التوبة إلى الله تعالى، ثانيهما: استبراؤها. فإذا توفر الشرطان جاز الزواج منها ، والدليل على وجوب الاستبراء قوله صلى الله عليه وسلم فيما رواه أبو سعيد الخدري رضي الله عنه “لا توطأ حامل حتى تضع، ولا غير ذات حمل حتى تحيض حيضة”. أخرجه البغوي في شرح السنة وأبو داوود وقال ابن حجر في التلخيص إسناده حسن وصححه الحاكم وقال على شرط مسلم . والخلاصة أن الزانية إذا تابت إلى ربها وتحققت براءة رحمها من ماء السفاح جاز نكاحها بأي غرض كان ، فإذا فقد أحد الشرطين لم يجز نكاحها؟ ولو بقصد الستر عليها، والتغطية على عملها القبيح . والله أعلم. Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du: Mengenai hukum menikahi wanita yang telah dizinai, maka ada perbedaan pendapat di antara para ulama. Sebagian ulama mengatakan bahwa menikahi wanita tersebut dinilai sah. Sebagian ulama lainnya melarang hal ini. Di antara ulama yang melarangnya adalah Imam Ahmad. Pendapat ini didukung kuat dengan firman Allah Ta’ala, الزَّانِي لَا يَنْكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنْكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin.” (QS. An Nur: 3) Jika seseorang mengetahui bahwa wanita tersebut adalah wanita yang telah dizinai, maka ia boleh menikahi dirinya jika memenuhi dua syarat: Pertama: Yang berzina tersebut bertaubat dengan sesungguhnya pada Allah Ta’ala. Kedua: Istibro’ (membuktikan kosongnya rahim). Jika dua syarat ini telah terpenuhi, maka wanita tersebut baru boleh dinikahi. Dalil yang mengharuskan adanya istibro’ adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, لاَ تُوطَأُ حَامِلٌ حَتَّى تَضَعَ وَلاَ غَيْرُ ذَاتِ حَمْلٍ حَتَّى تَحِيضَ حَيْضَةً “Wanita hamil tidaklah disetubuhi hingga ia melahirkan dan wanita yang tidak hamil istibro’nya (membuktikan kosongnya rahim) sampai satu kali haidh.”[3][4] Ringkasnya, menikahi wanita yang telah dizinai jika wanita tersebut betul-betul telah bertaubat pada Allah dan telah melakukan istibro’ (membuktikan kosongnya rahim dari mani hasil zina), maka ketika dua syarat ini terpenuhi boleh menikahi dirinya dengan tujuan apa pun. Jika tidak terpenuhi dua syarat ini, maka tidak boleh menikahinya walaupun dengan maksud untuk menutupi aibnya di masyarakat. Wallahu a’lam.[5] –Demikian Fatwa Asy Syabkah Al Islamiyah-. Simpulannya, konsekuensi dari menikahi wanita hamil adalah nikahnya tidak sah, baik yang menikahinya adalah laki-laki yang menzinainya atau laki-laki lainnya. Inilah pendapat terkuat sebagaimana yang dipilih oleh para ulama Hambali dan Malikiyah karena didukung oleh dalil yang begitu gamblang. Bila seseorang nekad menikahkan putrinya yang telah berzina tanpa beristibra’ terlebih dahulu, sedangkan dia tahu bahwa pernikahan itu tidak boleh dan si laki-laki serta si wanita juga mengetahui bahwa itu adalah haram, maka pernikahannya itu tidak sah. Bila keduanya melakukan hubungan badan maka itu adalah zina. Dia harus taubat dan pernikahannya harus diulangi, bila telah selesai istibra’ dengan satu kali haidh dari hubungan badan yang terakhir atau setelah melahirkan. Ini artikel lengkapnya bun bisa dibuka yaa di Rumaysho: https://rumaysho.com/928-menikahi-wanita-hamil-karena-zina.html

Adik iparku kayaknya kasusnya kayak bunda ini... Soalnya dia ngaku ke sy kalo dia terakhir haid tgl 15 mei, sedangkan akadnya tgl 8 juni... Aku sih masih awam bund soal kalender haid.. Karena emang ga pernah pake dan ga pernah tau kapan waktu subur... Sekarang udah jalan 16 minggu.. Kalo itungan biasa berarti dah 4 bulan kan ya bund.. Sedangkan nikahnya baru 3 bulan... Dulu emang si bund pas sy nikah (dia masih statusnya tunangan sama adik ipar) dia buat omongan ke mertua kalo sy di kiranya nyicil duluan... Pas lahir anak sy pas sama bulan sy menikah. Dia diem bund sy suruh itung, ga taunya sekarang dia yg kayak gitu... Sy pantau juga si bu dr app ini perkiraan lahirnya februari... Tp kalo dia ngomong ke ibu mertua akhir maret. Kesel sih bund tp alhamdulillah Allah tidak tidur langsung berbalik ke dia omongannya itu.

Kalo pertanyaannya seperti ini mending bnda tanya ke ahli fiqh bun ya biar bnda lebih jelas untuk memahani,, Tp seingat saya ada madzhab menjelaskan sah" saja walaupun tdk menikah lgi n ada jga madzhab menjelaskan harus menikah ulang,, jdi menurutku sih mau nikah lgi atw ga terserah dibnda n tergantung mazdhab mana yg bnda ikuti,, andaikan mau nikah lgi nikah saja cecara islam dan bisa dilakukan secara kkeluarga bun, ada bnda n suami, ada wali, saksi, ijab & qabul kalo masalah kedudukan anak itu jga kembali lgi ke mdzhab yg bnda ikuti, ada madzhab bilang kalo anak diluar nikah tidak boleh pakai bin/binti ayah dll dan ada jga madzhab bilang kalo anaknya lahir setelah 6 bln pernikahan dia masih sah anak ayah tp klo di lahir sebelum 6 bln pernikahan dia bkn anak ayh lgi melainkan anak ibu dll

memang ada pendapat yang mengatakan bahwa tidak perlu menikah ulang KALAU usia kandungan di bawah 4 bulan saat menikah. tapi kalau usia kehamilan sudah di atas 4 bulan(sudah ditiupkan ruh pada bayi) maka pernikahan awal tidak sah. dan harus diulangi. tapi memang pendapat yang digunakan secara umum adalah saat menikah tapi sudah hamil duluan, tetap harus mengulang ijab. tapi kembali kepada pada bunda. jika bunda saat menikah kandungan masih berumur di bawah 4 bulan maka boleh tidak diulang, tapi jika ragu dan ingin diulang maka harus diulang. karena ada keraguan. untuk lebih lanjut bisa coba tanyakan pada yang lebih mengerti 🙏

sama Bun ceritanya kalo saya gini hpht saya 10 Agustus 19 saya nikah 25 Agustus 19 dari tgl 10 - 25 Agustus kami sudah pernah Hb , rencana sih mlm sebelum akad mau TP tapi gajadi sangking repotnya setelah bulan September tgl 22 saya positif , itu kan udah telat haid lama ya Bun memang hal biasa Bun saya telat haid dulunya terus saya mikir ini jadinya sebelum atau sesudah ya Bun tapi semua orang juga tidak tahu , tahunya hamil setelah nikah karena waktunya juga selisihnya sedikit

Kalo setau aku harus nikah lagi bun, di kua gitu, nah trus klo anak ny perempuan suatu saat nikah ga boleh di waliin sama ayahnya, harus wali hakim gitu kaya kakek ny. Soal ny kalo bunda ga nikah lagi jatoh ny zina terus, maaf bukan sotau ya bun tapi itu yg aku ingt sewaktu sekolah ada guruku yg ngasih tau kaya gtu. Trs org² dilingkunganku jg bilang sperti itu. Maaf klo masih salah yah bun hihihi

gak perlu diulang juga gak papa bun kalau sepemahaman saya. setahuku ini emang beda-beda pendapat ya. bunda gak usah bingung, tinggal manteb pilih yang mana. semuanya benar karena ada alasannya masing2. yang penting jangan ngotot pendapatnya paling benar ya. kalau menikah karena kecelakaan gak boleh, penghulu di seluruh nusantara mestinya juga gak berani ngurus pernikahannya dong ya?

ke penghulu ajak kedua orng tua aja bun orng tua wajib tau bun ,klo anak nya cewek ayh nya tidak ada hak untuk ank nya apa pun itu klo cowok ank ayh nya juga tidak bisa jadi wali nasab nya buruk di kata apa bila ank nya meninggal lebih dahulu dari ayah nya , kata bin di untuk nama ayh tidak ada , bunda harus nikah lagi bun cobak bunda dengar dengar ceramah yg lebih paham.lagi bun

yg penting kalau anakmu perempuan besok gak boleh di nikahkan bapaknya yabun diingat ingat suruh wali hakim aja bun, karena nanti gak sah bs zina seumur hidup lho Bun anakmu sm suaminya. kalau masalah bunda mau nikah lagi atau gak, coba tanya yg lebih ahlinya Bun kalau suruh nikah tinggal akad tok Bun, ayahmu(walimu), saksi, suami istri, dah gt tok 5 menit jg selesai.

Kalo ada 2 opsi dan kedua opsi tersebut sama sama menurut ulama, bunda bisa pilih salah satu. Ada ulama yg bilang nikahnya sah, hanya saja anak kehilangan nasab ayah. Ada ulama yg bilang tidak sah dan harus nikah lagi setelah anak lahir. Bunda bisa pilih salah satu diantara pendapat ini yg menurut bunda lebih memudahkan. Islam itu indah, islam itu mudah🙂