Keluargaku, pelindungku
bissmillah... izin share bund. adakah bunda2 disini yang tinggal dengan keluarga suami setelah menikah? bagaimana perasaanya? bagiku, hanya indah di awalnya saja, dan setelahnya pahit yang kurasa. awalnya, aku dan suami berkenalan melalui sosial media (fesbuk) karena terhalang jarak yang sangat jauh. dia di barat dan aku di timur. namun, hal itu bukan penghalang untuk keseriusan kami. bahkan dia mengenalkan satu persatu keluarganya yang pada saat itu sangat baik terhadapku. ada ayah ibu dan kakak perempuannya. hingga pada akhirnya, tepat di penghujung tahun 2016, dia mewujudkan niat itu dan membawa serta kedua orangtuanya di kotaku dan mempersuntingku. aku adalah anak perempuan satu2nya dan tentu saja berat kedua orang tuaku melepaskanku untuk tinggal di tempat yang amat sangat jauh. berkali2 ayah dan ibu menangis sambil memegang tangan suami untuk menjaga dan melindungiku seperti dia menjaga dirinya sendiri. ayah yang kuat saat itu tak kuasa menahan air matanya, begitupun ibu. namun dengan berat mereka harus merelakanku karena statusku telah berganti menjadi istri suamiku. hari2 begitu indah pada awalnya, sampai hari berganti hari, sikap kedua orang tuanya perlahan berubah. kedua mertuaku adalah pekerja negara (pns) begitupun suami, hingga mereka selalu berangkat pagi untuk kerja. sebelum itu, aku harus memastikan bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan, mencuci piring/pakaian serta membersihkan rumah. tidak ada lagi wajah penuh senyuman yg mereka perlihatkan dulu. ya aku mengerti, mungkin pikir mereka, aku hanya menjadi beban kepada anak lelaki mereka. bukannya aku tidak ingin bekerja, aku juga ingin, dengan berbekal ijazah sarjana yg aku punya setidaknya kemungkinan itu ada. tapi bukankah tugas seorang istri adalah melayani suami dan mengikuti perintahnya. suamiku melarang untuk aku kerja diluar. dia mengatakan dia mampu untuk menghidupiku. hingga pada suatu hari, setelah mengangkat air cuci piring, aku merasakan sakit yang amat sangat di daerah perut dan keluar bercak darah segar. sorenya menunggu suami pulang, kami bergegas kedokter dan aku dinyatakan hamil 2 bulan. Alhamdulillah ya Allah betapa senang hatiku pada saat itu. tpi kemudian dokter mengatakan bahwa gejala yg aku alami adalah awal tanda keguguran, aku pun diberi obat untuk penguat kandungan. besoknya, aku kembali mengalami kram dan nyeri yg amat sangat dan keluarlah gumpalan itu. di ruang dokter, aku menangis tiada henti mengetahui bahwa buah hatiku tidak dapat bertahan. betapa sakit yang kurasakan pada saat itu, suami menguatkan dengan mendekapku erat. aku pikir, setelah kejadian ini, mertuaku bisa sedikit perhatian terhadapku. namun ternyata salah besar, tidak ada sama sekali perubahan di sikap keduanya. kembali aku merasakan hari2 yang bagai neraka, setiap pagi harus bangun lebih awal dan tidur paling akhir. ya, aku diibaratkan pembantu bagi mereka. menyiapkan seluruh keperluan mereka tanpa adanya ucapan terimkasih, bahkan senyumpun tidak. hingga setahun setelahnya, aku divonis hamil lagi. Alhamdulillah ya Allah. kehamilan kali ini akan kujaga sebaik2nya. aku tetap bekerja seperti biasa tapi kadang dibantu oleh suami sehingga sedikit terasa ringan. kadang bahkan aku curi2 waktu untuk bisa tidur siang. apa yang aku alami disni, tak sedikitpun aku ceritakan kepada keluargaku. biarlah mereka menganggap aku baik2 sja dan senang disini. aku tidak mau mereka sedih memikirkanku. sampai pada usia kehamilanku 7bulan, aku kembali divonis preklamsia, tensi yang meningkat dan bengkak di daerah kaki. sedih mendengarnya, apalagi suami harus pergi keluar kota selama 3bln untuk mejalani pendidikan. maka sendirilah aku pada saat itu. hingga pada usia 8 bulan, aku merasakan mules yang amat sangat dan bolak balik ke kamar mandi. aku mengiba kepada ibu mertuaku untuk diantarkan ke rs terdekat. tanpa ada persiapan, kami pun ke rs dan aku diharuskan untuk lahir saat itu juga. tanpa suami, tanpa keluarga aku kemudian melahirkan sendiri karena ibu mertuaku pulang kembali ke rumah. aku tidak akan menangis kali ini walaupun hatiku sudah hancur berantakan. dengan berbekal hp yang aku punya, aku menghubungi keluargaku, dan saat itu juga, ibu dengan pesawat langsung terbang ke daerahku. bagai melihat seorang malaikat, tumpahlah tangisanku di dalam dekapan ibuku. kami berdua sama2 menangis sambil berpelukan. bergantian menjaga bayi kecilku yang harus menginap di nicu selama seminggu. Alhamdulillah ya Allah, setidaknya Engkau masih menjaga malaikat pelindungku. ya Ibuku. keluargaku. kasih ibu sepanjang masa. sampai saat aku mengetik cerita ini, aku sedang hamil anak ke3 dan memutuskan untuk tinggal kembali dengan keluargaku. dan Alhamdulillah suamikupun mendukung keputusanku ini. terimakasih ibu, kasih sayangmu tak lekang oleh waktu. my mom is my support system. #karenabundaberharga