"Anugerah terindah dari Allah"
Bismillahirrahmanirrahiim Awal Ramadhan tahun lalu adalah moment dimana doa yang tidak disengaja diijabah Allah, menetes air mata melihat acara hafidz quran seorang anak laki-laki kecil yang dengan lancar dan fasih melantunkan ayat ayat al quran seketika terbersit dalam fikiran "coba kalau saya punya anak laki-laki seperti dia". Dua pekan kemudian ada yang beda dengan kondisi badan saya dan akhir ramadhan baru diketahui kalau saya hamil 6 minggu. Perasaan pada saat itu hampa antara bahagia dan berfikir kenapa Allah masih memberikan amanah lagi padahal terpaut 12 tahun dengan anak kedua saya, oh ya saya sudah dikaruniai 2 anak perempuan masing masing SMA dan SMP kelas 1 dan kebetulan keduanya di pesantren. Tapi perasaan hampa saya tepis dan berjanji untuk menjaga amanah Nya. Kehamilan ketiga ini saya berusia 42 tahun dan akhirnya untuk sementara off dari catering sekolah yang sudah 6 tahun saya jalani dikarenakan ada flek. Hari demi hari, bulan demi bulan saya jalani sampai pada bulan oktober suami sakit. Dari sini awal perjalanan kehamilan saya yang penuh cobaan, setiap malam terbangun karena kondisi suami yang juga terbangun karena sesak nafas. Bulan Desember suami terpaksa harus resign dari pekerjaannya, saya hanya bisa berharap Allah memberikan jalan yang terbaik untuk keluargaku. Saat itu kehamilanku sudah masuk 8 bulan, susah bagi saya menahan diri jangan sampai merasa stress karena saya sudah janji akan menjaga amanah Allah ini sebaik-baiknya. Alhamdulillah 7 Januari lahir buah hatiku, laki laki berat 3kg panjang 47cm dengan proses operasi caesar karena 3 minggu sebelum HPL posisi bayi berubah sungsang dengan kondisi kaki yang dibawah akhirnya dokter langsung mengatur jadwal untuk operasi dengan menggunakan fasilitas BPJS. Masa pemulihan setelah operasi dan mengurus bayi terasa begitu berat karena kondisi kesehatan suami semakin kurang bagus, mungkin kepikiran karena belum dapat pekerjaan lagi. Apa yang saya rasakan dan alami dengan suami ini tidak kami ceritakan ke siapapun, kita menjalani hidup seperti hari hari biasa, suami setiap pagi keluar walaupun hanya di masjid dan pulang sore. Alhamdulillah awal Maret ada kabar baik suami diterima kerja, rasa syukur yang tidak terkira saya panjatkan karena merasa lelah beberapa bulan menjalani kondisi keuangan keluarga yang belum normal sedangkan kebutuhan masih banyak tapi rezeki sudah diatur semua berjalan dengan sempurna karena disaat kita butuhkan Allah selalu mencukupi, anak-anak di pesantren alhamdulillah selalu menguatkan saya dan sekali lagi saya bersyukur memiliki anak-anak seperti mereka, sabar dan mengerti kondisi orang tua nya. Berangsur-angsur kondisi kesehatan suami membaik walaupun setiap bulan harus kontrol ke dokter. Sabar dan selalu ingat hanya Allah yang mampu menolong itu yang saya pegang dan alhamdulillah saya dan suami sekarang memulai dari nol lagi. Doa dan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi dari Allah dengan hadirnya si kecil yang kami beri nama RIFQI HAMIZAN KAMIL sebagai penyempurna kehidupan keluarga. Semoga pengalaman saya ini bisa memberikan semangat untuk ayah&bunda dalam kondisi apapun jangan pernah lupa Allah, mohon ampunan setiap saat dan sabar. #KarenaBundaBerharga Jalani hidup apa adanya dan jangan lupa selalu tersenyum