Pembunuhan Berencana
Assalamualaikum bunda. Disini saya ingin meminta pendapat, kan kakak sudah berumah tangga 13 tahun selama itu pula ternyata kakak saya mengalami tekanan mental, tekanan bathin. Dia selama ini takut mengungkap ke keluarga tentang kondisi rumah tangganya yang tidak harmonis karena suami mengancam begini begitu. Ketika kakak saya minta cerai suaminya selalu bilang boleh cerai tapi kakak saya harus mati. Anak udah 3 tapi tetap tidak sadar akan tanggung jawab, memberikan uang yang hanya alakadar (tapi disini kakak saya menerima apa adanya tidak banyak menuntut). Tapi setelah nafkah diberikan uangnya diminta kembali sedikit2 untuk jajan dia. Malahan kakak saya membantunya untuk bekerja mencukupi kebutuhan keluarga. (maaf) dalam berhubungan seksual juga kakak saya harus menuruti walaupun dengan alasan dalam keadaan sakit). Suaminya juga sering kdrt. Dan sebulan yang lalu terjadilah perdebatan antara mereka. Dimana ketika itu kakak saya membahas mengenai tunggakan pembayaran hutang bank mereka yang sudah 2 bulan kakak saya berusaha membayar dan untuk bulan ke 3 diminta ke suaminya. Suaminya langsung bilang gak ada uang dan langsung marah lalu menyodorkan parang ke kakak saya, diancam dicincang2 dan dimasukkan ke karung goni. Otomatis kakak saya trauma karena adegan senjata sudah seringkali terjadi. Tapi kakak saya tidak berani mengusir. Kebetulan keesokan harinya suaminya sendiri yang pergi dari rumah dan membawa pakaiannya sendiri. Otomatis disini kan bukan kakak saya yang mengusir. Selang 2 minggu suaminya kembali lagi dengan sendirinya dan meminta maaf tapi kakak saya menolak dan belum bisa menghilangkan rasa trauma. Kakak saya ingin menenangkan diri dulu tapi dia tetap keras ingin balik dan bilang akan berubah dan tidak akan berjudi lagi (disini dia juga suka berjudi). Dalam seminggu dia pasti selalu berkunjung ke rumah untuk meminta maaf. Kalo kakak saya tidak menerima kembali dia katanya akan pergi merantau dulu. Kakak saya acc saja silahkan apa kata suaminya. Yang penting kakak saya tetap belum mau balik karena kakak saya yakin dia tidak akan pernah berubah. Akhirnya dia pergi dengan perasaan kesal. Tapi pertimbangan keluarga kami berhubung anak yang sudah 3 orang apakah kakak saya akan mampu menghidupi 3 orang anak? Jadi keluarga sepakat ingin merujuk mereka kembali dengan syarat keluarga suamk benar2 menjamin si suami akan memperbaiki perilaku. Selang satu hari dari kesepakatan keluarga kami dan belum sempat datang ke rumah suami, sekitar jam 02. 30 dini hari kakak saya terbangun dan beranjak ke wc. Baru kakak saya masuk ke wc tiba2 suaminya nongol dan langsung mencekek kakak saya sekuat tenaga sampai kakak saya tidak bisa bernafas. Ternyata dari siang dia sudah mengintai2 kakak saya dan bisa menyelinap masuk ke wc dan bersembunyi dulu disana. Ketika di cekek kakak saya minta tolong namun suara kakak saya sudah tidak keluar. Dan dia juga menginjak dada kakak saya sekuat mungkin. Seketika mungkin karena Allah masih sayang sama kakak dan 3 orang anaknya akhirnya kakak saya bisa mengucapkan minta tolong. Dan terbangunlah kami sekeluarga termasuk tetangga. Suami kakak saya langsung kabur dna tidak tau kemana. Tengah malam itu juga abang saya langsung datang ke rumah suami kakak untuk melaporkan perbuatan anaknya dan kami minta masalah ini diselesaikan secepat mungkin. Keesokan harinya akhirnya 2 keluarga bertemu. Dan semua keputusan diserahkan ke kakak saya. Disini kakak saya memang ingin bercerai secepatnya tapi masih ragu ingin melaporkan ke polisi atau berdamai saja. Kakak saya takut jika dilapor ke polisi besok dia dendam setelah keluar penjara, kalo damai mana tau dia sadar. Menurud bunda pilihan terbaiknya yang mana?