Di usia 1 tahun 2 bulan, anakku sudah gak ngompol lagi. Temenku heran. Usia 1 tahun 6 bulan, anakku sudah terbiasa bilang pipis saat dia merasa akan pipis., dan langsung kubawa ke kamar mandi. Aku biasa mengajak anakku ngobrol sejak dari dlam kandungan. Jadi dia faham apa yg kukatakan. Jangan kira anak bayi itu ga faham. Mereka faham, karena otaknya sedang berkembang. Utarakan saja apa yg kau mau pada bayimu atau balitamu. Jadikan dia seperti apa yg kau mau,katakan dengan lembut. Dia pasti mengerti. Nah suatu waktu dia pipis dicelana. Dengan lembut aku katakan, "oh, pipis ya nak? lain kali kalau mau pipis bilang ya nak. Nah sekarang kita cebok yuk" lalu langsung kubawa ke kamar mandi. Ku ajarkan caranya cebok. Sering kulakukan begitu, dan lama2 dia paham. Mejelang malam saat dia minta nen, aku bilang "pipis dulu yuk, habis itu kita nen" Langsung dia kubawa ke toilet. Ketika dia pipis aku memujinya "wah pinter ya anak mama pipis di kamar mandi" setelah itu ajari lagi dia cebok, cuci kaki, cuci tangan dan wajahnya. Dan memori itu terekam di otaknya. Setelahnya dia faham apa yg harus di lakukan saat terasa mau pipis dan malam hari. Hanya kita yg harus rajin ingetin dia untuk pipis setiap sejam sekali. Capek sih tp dampaknya baik untuk anak kita 😊 #ibujuara
Read more#ibujuara Saat kau Yakin,semua akan baik-baik saja
#ibujuara Perkenalkan,Aku Sherly. Usiaku cukup muda, 22 tahun saat mengandung anak pertamaku. Dikehamilan pertamaku, banyak hal yg aku tak tau. Rumah tanggaku benar2 kumulai dengan kemandirian, karena aku tak ingin menyusahkan siapapun, baik itu orang tuaku sendiri maupun Mertuaku. Awal mula menikah (1,5 bulan) aku dan suami memutuskan untuk mengontrak rumah yg tak jauh dari tempat kerja suamiku. Awalnya aku juga ingin cari pekerjaan pengganti setelah resign dari pekerjaan lamaku. Karena sebagai pasangan muda, finansial kami belum mapan, hanya cukup untuk kebutuhan pokok dan membayar beberapa cicilan. Walaupun begitu, tetap syukurku ku panjatkan terhadap Allah atas segalanya. Namun belum sempat mendapatkan pekerjaan, aku mual muntah di pagi hari. Aku lupa kapan terakhir datang bulan. Akhirnya kubeli sebuah testpack, hanya untuk memastikan. Benarkah aku hamil, ataupun sekedar masuk angin. Ternyata muncullah si garis dua. Aku girang bukan main. Akupun memberitahukan suamiku. Hari demi hari berlalu, aku menjalani kehamilanku tanpa kesusahan apapun. Tak pernah aku ngidam sesuatu yg membuatku terobsesi,atau membuatku tak bisa bergerak seperti kebanyakan wanita hamil. Aku tetap mengerjakan pekerjaan rumah, mencuci pakaian, memasak, nyapu, ngepel dan beberapa tugas ibu rumah tangga lainnya karena aku hanya tinggal berdua bersama suamiku. Tak pernah mengeluh lelah ataupun bosan, karena aku terbiasa hidup mandiri sedari kecil. Di usia kehamilan ke 6 bulan aku mulai mengurus berkas kependudukan guna keperluan bersalin nanti. Kebetulan berkas awalku di kotamadya yg jaraknya sekitar 37 Km dari tempatku tinggal. Aku pergi mengurus mutasi berkasku sendiri karena suamiku bekerja dan tak bisa menemaniku. Pergiah aku menumpang bus. Untungnya aku dijemput om dan tanteku ketika tiba di terminal, mereka jugalah yg menemani pengurusan mutasi berkasku ke kantor kependudukan. Akhirnya beberapa waktu berlalu. Tak terasa Ramadhan tiba. Akupun menjalankan tugasku sebagai muslim untuk berpuasa. Puasaku kujalankan selang seling mengingat aku sedang hamil. Susu kehamilan dan buah2an tetap ku konsumsi. Ternyata Kandunganku sudah berusia 31 minggu. Aku pun pergi ke dokter kandungan di tanggal 5 Juni 2018. Kata dokter, kandunganku sudah 32 minggu, seorang gadis kecil, sehat, berat badannya pas, DJJ baik, volume ketuban pun banyak. Alhamdulillah yaa rabb atas nikmat dan karuniamu. Hari Kamis siang 7 Juni aku merasa keputihan membasahi pakaian dalamku. Aku risih, segera kuganti pakaian dalalamku. Dan aku tak sadar ternyata aku sudah bolak balik ganti pakaian dalam. Malamnya aku gelisah, pakaian dalamku terus basah, rahimku senggugutan. Aku bingung. Aku sendirian di rumah karena suamiku bekerja shift tengah malam. Aku berusaha tidur tapi tak bisa, rahimku seperti senggugutan saat menstruasi. Aku coba searching di internet. Aku dapat artikel tentang "kontraksi palsu" akhirnya aku tenang dan berusaha tidur. Pukul 5 pagi di hari jum'at aku terbangun, tapi pakaian dalamku semakin basah. Setelah mencuci piring kuberanikan pergi sendiri ke bidan. Bidanku curiga, dia mengecek kandunganku. "aduh, kandunganmu baru 32 minggu tapi rahimnya sudah bukaan 2. Air ketuban merembes,bukan pecah. Akhirnya aku di rawat, aku di suntik berbagai macam suntikan agar paru2 anakku matang. Agar kandunganku kuat. Aku gak boleh bergerak sedikitpun. Hanya boleh tidur. Aku harus banyak makan dan minum vitamin. aku benar2 di rawat dan diupayakan menaikkan berat badan anakku di dalam kandungan. Sabtu, 9 juni pukul 7 pagi senggugutanku makin parah, bidanku menyarankan untuk menjadwalkan kelahiran anakku pukul 8 malam melalui operasi caesar karena aku punya riwayat asma. Tapi aku menolak. Aku bersikeras ingin melahirkan normal. Aku yakin allah menolongku. Bidanku bingung, dia tak yakin. Takut terjadi hal tak di inginkan pada kandunganku. Pukul 11 siang, sakitku makin kuat, bukaan sudah 6. Bidan menyarankan segera ke rumah sakit. Dengan satu dan lain hal, akhirnya aku dibawa ke RSUD yg jaraknya 16Km karena berkas asuransiku yg belum lengkap dan belum selesai pengurusannya. Akhirnya aku ikut program kesehatan dari pemerintah yg hanya ada di RS tsb. Pukul setengah 12 siang aku sudah bukaan 8. Diperjalanan kerumah sakit aku merasa anakku sudah akan keluar, aku panik. Aku belum belajar cara mengejan, cara bernafas yg baik dan yang lainnya. Sampai dirumah sakit, ternyata anakku belum keluar juga. Aku berusaha mengejan tapi dia belum juga keluar. Pukul 13.10 Karena keadaan darurat, air ketuban semakin habis, perawat menggunting perineumku, keluarlah kepala anakku, lalu badannya, diikuti ketubannya yg sudah berwarna hijau pekat. 1 menit setelah lahir barulah tangisnya pecah. Infeksi,kata para perawat. Anakku di timbang, 1,9kg bobotnya. Lahir di usia 32 minggu. Seorang gadis kecil. Setelah itu aku tak tau lagi anakku dibawa kemana. Perawat membawa sesuatu dengan benang yg menjuntai. Kecil. Dia menyuruhku untuk tenang. Zlebb. Sesuatu menusuk bagian perineum bekas digunting tadi. Tak sanggup mengungkapkan rasa sakitnya lagi 😄 Selesai urusan Jahit menjahit, aku dibawa ke ruang rawat. Aku di suruh istirahat. Suamiku yg sedari tadi mengurus berkas di Rs mendatangiku. Dia bilang anak kami di tempatkan di NICU Level 3. Dengan oksigen, infus, dan selang nutrisi karena belum bisa minun asi ataupun sufor. Aku ingin melihatnya. suamiku bilang jangan, karena akupun belum pulih. Tapi aku berkeras. Akhirnya aku keruang NICU dengan kursi roda. Aku sedih, melihat beberapa selang melewati bayiku. Dadanya naik turun seperti orang dengan asma akut. Dan daerah bagian dadanya berwarna biru. Dia di dalam kotak kaca dengan temperatur. Aku menangis "apa salahku yaa rabb" Bahkan aku tak sanggup menyentuh anakku. Aku kembali ke ruanganku. menyesali kebodohanku, apa yg membuat kondisi anakku sebegitu parahnya? Aku makan apa? Aku melakukan apa? Aku dapat karma apa? Seluruh pertanyaan berputar di otakku. Suamiku menguatkanku, dia menenangkanku. Tapi aku tau hatinyapun pasti pilu. Tak lama perawat memanggil suamiku. Lama aku menunggu suamiku. Suamiku kembali. Tanpa ditanya diapun menjelaskan apa kata dokter. Dokter meminta persetujuan suamiku untuk memberikan suntikan pada bayi kami,entah suntikan apa. Suamiku bilang dia setuju. Aku pasrah. Menjelang malam, aku ingin menjenguk bayiku lagi. Setelah kulihat, dadanya sudah tidak naik turun seperti waktu pertama kulihat. Mungkin berkat pertolongan Allah dan suntikan dari sang dokter. Alhamdulillah. Di hari senin pagi, perawat memberitahukan kami untuk menyelesaikan berkas akhir dan aku boleh pulang karena aku sudah sehat. Namun anakku tetap di RS untuk perawatan lebih lanjut. Aku galau, Sedih, dan bingung. Anakku belum merasakan Asi-ku yg memang belum banyak keluar. Aku berusaha memeras Asi-ku agar colostrumnya bisa di nikmati anakku saat dia sudah bisa menyedot, dan kini pihak RS sudah memperbolehkanku pulang. Bagaimana dengan bayiku? Dia harus sendirian di kotak kaca dalam ruangan dingin. Ya allah,kutitipkan buah hatiku padamu. Utuslah malaikatmu untuk menjaganya. Apapun yg terjadi padanya,adalah kehendakmu. Aku pasrah. Akhirnya aku pulang, di rumahpun aku hanya sendiri. Untungnya banyak tetanggaku yg peduli padaku. Mereka bergantian datang menjengukku. Mempersiapkan keperluanku. Suamiku pergi bekerja, karena dia giliran shift sore jadi wktunya bersamaku tak banyak. Saat aku beristirahat, pihak rumah sakit menelfonku dan mengatakan bahwa anakku sudah pintar menghisap dan sebaiknya aku sering datang ke rumah sakit untuk menyusuinya. Aku bingung. Jarak RS ke rumah 16 Km, sementara suamiku shift sore. Jika aku kerumah sakit, tak ada yg bisa menemaniku. Tapi baiklah, aku akan tetap kerumah sakit di antarkan suamiku di pagi hari, dan pulang menyewa becak bermotor. Saat pertama x aku menyusui anakku,aku bingung, grogi dan kaku harus mulai dari mana. Untungnya perawat mengarahkanku untuk mempermudah menyusui pertamaku. Awalnya aku tak terbiasa, lama2 aku mulai terbiasa menyusui. Aku berlama2 di rumah sakit agar bisa menyusui anakku setiap 2 jam sekali. Setelah isya Aku pulang. Setiap hari kulalui seperti itu, jika aku tak datang Ke Rs, suamikulah yg mengantarkan ASI-ku dan perlengkapan anakku. Tak jarang aku mendengar selentingan tetangga tentang aku yg seharusnya dirumah untuk memulihkan diri. Mereka mengkhawatirkan kondisiku yg baru nifas. Tapi aku bersikeras untuk menyusui anakku, karena aku yakin, Asi-ku dan dekapanku lah yg terbaik buat anakku disamping perawatan intensif yg dia jalani. Karena bonding ibu dan anak terjadi lewat sentuhan dan dekapan. Alhamdulillah, anakku semakin sehat, berat badannya naik walaupun sempat di terapi sinar UV karena dia kuning (bayi kuning kata dokter) Setelah beberapa kali terapi,perawatan intensif, dukungan suamiku serta kegigihanku menyusuinya setiap hari dan ridho Allah, anakku sehat dan di nyatakan boleh pulang. Bahagianya aku tak terkira. Syukur tak henti ku lantunkan ku persembahkan pada-Nya. 18 Juni 2018 akhirnya anakku kubawa pulang. Perjuanganku tak sia2. Dengan wejangan dokter dan perawat, mereka mengingatkanku agar menyusuiku 2 jam sekali, bahkan jika anakku tertidur harus tetap di usahakan untuk Disusui. Aku melakukan semua instruksi mereka. Aku menghubungi bidan yg selama ini merawatku untuk membantu memantau perkembanganku dan anakku. Kini, usia anakku sudah 2 tahun 6 bulan. Dia tumbuh sehat cerdas dan ceria dengan berat badan di atas standar. Aku menikmati setiap hari pertumbuhannya. Aku tau, dia anak yg kuat ❤️ Seseorang pernah berkata padaku, "Keajaiban datang pada orang-orang yg melakukan lebih." Dan aku percaya itu hingga hari ini. Semoga ceritaku ini bisa menginspirasi ibu-ibu di luar sana dan mengambil hikmah kisah singkat ini. S.A 17 Des 2020 #ibujuara
Read more