Halo moms! Kali ini aku mau share pengalaman aku melahirkan anak kedua dengan eklampsia sampai kejang. Singkatnya gini... Pada saat itu masih usia 37weeks. Datanglah aku dan suami ke RS tempat dimana aku periksa, dikarenakan perut udah mules bgt. Disana ternyata udah pembukaan 1. Tapi dengan bidan dan dokternya dipaksa tidak boleh lahir karna masih prematur katanya. Dan dengan alasan lain, bayi aku sungsang. Akhirnya diberilah obat melalui dubur (ya, obat penenang janin katanya). Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya perut sudah tidak mules lagi. Setelah kejadian itu, kepala langsung berat sekali. Sampai keesokan harinya, di pagi hari mata mulai buram. Tidak bisa melihat dengan jelas. Meskipun orangnya dekat dengan kami. Tepat di hari isra' mi'raj tahun lalu. Kepala masih pening dan beraaat bgt. Dan memutuskan ke rumah sakit, untuk kedua kalinya. Disana di cek, masih aman katanya baby aku dan tensi normal 110/80. Tapi kondisi aku tidak dilihat. Cuma ditensi aja. Huhu😭😭😭dan katanya semua dokter kandungan lagi libur semua. Karna bertepatan tanggal merah. Disitu aku langsung lemes, pusing banget sampai mata udah buram. Singkat cerita, setelah maghrib. Ceritanya mau sholat, eh pas buka mata, udah kondisi gelap. Dan tidak bisa lihat apa-apa. Nyeletuklah aku ke suami, "Yang, kepala aku udah gak pusing. Tapi aku gabisa lihat apa-apa. Gelap yang" 👦🏻istighfar yang, beneran yang? "Dia panik" "Beneran yang, kayaknya aku mau meninggal deh yang. Astaghfirullahaladzim laa illa ha illallah" •Bruk• •Yaps, aku gak sadarkan diri• Dan kata suami, disitu aku kejang selama 3-5menit. Setelah itu pingsan. Paniklah suami, nangis dan minta bantuan. Qodarullah, Allah masih kasih aku kesempatan kedua buat ngelanjutin hidup dan jaga 2 anakku. Dibawalah aku ke rumah sakit, dijalan aku di talkin sama saudara aku. Disuruh sadar dan nyebut nama Allah. Gak lama, aku kebangun dengan mata buram hampir tidak bisa melihat. Sambil berjalan sendiri ke ruang IGD (ya, aku kembali ke RS itu lagi). Sesampainya disana, dilihat ternyata aku sudah pembukaan 4 dan ternyata tensiku 140/80. Tapi suster dan bidan jaga tidak memperbolehkan aku melahirkan normal dengan kondisi ini. Akhirnya, dihubungilah dokter yg katanya "cuti" itu. Dan diumumkan dengan dokter anastesi, kalau aku terkena eklampsia level 3. Yang sungguh membahayakan janin beserta ibunya. Disitu si dokter bilang, 🧓🏻Bapak kenapa bawa istrinya telat kayak gini? Bapak tau nggak istri bapak kena apa? 👦🏻Nggak dok. Saya gak telat dok, saya sudah bolak balik kesini sampai 2x periksa dok. (Dengan nada ketus) 🧓🏻Istri bapak ini kena eklampsia tahap 3. Ini gatau penyebabnya apa. Penyakit ini kayak kabut, tiba-tiba datang, tiba-tiba hilang. Saya minta izin melakukan operasi SC di jam ini juga. 👦🏻Baik dok. Terima kasih. Setelah swab dan dinyatakan negatif. Gak lama masuklah ruang rontgen dan berakhir di ruang operasi. Disitu bener2 aku gak ngerasain sakitnya disuntik jarum dll. Tiba2 brujul aja si babynya. MasyaAllah alhamdulillah, masih dikasih kesempatan kedua sama Allah. Gak sampai disitu. Aku harus masuk ICU gak boleh makan dan minum selama kurleb 12-24jam. Yaps. MasyaAllah sungguh perjuangan melahirkan anak keduaku ini. Setelah 24jam dan alhamdulillah tidak ada pendarahan atau yg lainnya, bolehlah aku dipindah ke kamar rawat inap. Dan alhamdulillah setelah baby dikeluarkan, mata sudah balik seperti semula. Ya. Aku bisa melihat lagi. MasyaAllah. Allahuakbar!!!! Jadi, sekian dulu ya.. Sharing pengalaman aku melahirkan dengan eklampsia pada kehamilan. Untuk para bumil disana, semoga dilancarkan sampai baby kalian launching! Sehat-sehat ya, moms✨ #eklampsia #pejuang #ibuhebat
Read moreMy Orders