Dyah Nirmala profile icon
PlatinumPlatinum

Dyah Nirmala, Indonesia

Kontributor

About Dyah Nirmala

Excited to become a mum

My Orders
Posts(2)
Replies(14)
Articles(0)

Tiati mom shamming~

Sejak hamil sampe sekarang debai udah launching, saya aktif buka TAP buat liat postingan buibu dan artikel2 buat bahan belajar sebagai newmom, kadang ampe scroll komen buat liat pengalaman buibu yang lain. Pastinya banyak banget belajar hal baik, cuman beberapa kali nemu hal miris, ketika ketikan ~yang saya coba yakini bahwa yang ngetik tidak menyadari~ dari beberapa buibu yang termasuk dalam golongan mom shamming. Beberapa tema yang gampang jadi bahan pro-kontra kayak asi vs sufor, dimana terkadang beberapa ibu (saya tidak akan bilang ibu asi, karena biasanya yang komen mom shamming tentang asi setelah saya cek profilenya malah ibu yang belom punya anak, atau tengah hamil, dimana mereka belom tau proses meng-ASI-i yang penuh perjuangan, keringat dan airmata ? percayalah saya yakin minimal sekali buibu pernah nangis pas hari2 pertama nyusuin anak pertama ? kalau ngga, artinya “anda luar biasa” ?). Balik lagi ke topik, dimana kadang beberapa komen yang ibu2 tadi anggap biasa, itu berperngaruh ke mental para ibu yang tidak bisa meng-ASI-i anaknya secara sempurna, bahkan mungkin tidak bisa memberikan asi sama sekali. Kalimat seperti “anak sufor gemuk tapi pasti gampang sakit, kebanyakan ibu yang ngasih sufor ga mikir mateng-mateng, harusnya bangga jadi ibu asi” komen2 kayak gini sebenernya biasa, biasa banget malah. tapi bagi beberapa ibu yang asinya ga keluar dan kasih sufor ke anaknya terus anaknya ‘pas banget’ lagi sakit, dia akan ngerasa bersalah dan liatin payudaranya sambil gigit2 obeng . terus bagi ibu yang harus jadi single parent dan kerja buat nutupin kebutuhan finansial, dimana perusahaan atau tempat dia bekerja tidak mendukung untuk dia bisa meng-ASI-i? Apa iya, dia tidak berpikir matang sebelum memberikan anaknya sufor? Dan harusnya bangga jadi ibu asi? Jadi, ibu sufor ga harus bangga? (bagian sini, mungkin salah paham saja, tapi mungkin kalau kalimatnya dirubah akan lebih enak bacanya “harusnya ibu bangga masih bisa meng-ASI-i” keliatan lebih enak kan bacanya?). Ah, mbanya baperan aja ih, tinggal ga usah ditanggepin~ iya sih, maunya ga ditanggepin. Tapi saya peduli banget sama mental buibu tadi, baby blues, depresi postpartum, itu momok yang mengerikan bagi seorang ibu. Lelah seharian jaga bayi, pusing keuangan, mungkin ada beberapa yang punya suami tidak pengertian, ditambah niatnya belajar tapi malah jadi kepikiran atau tidak bahagia karena komen2 macem tadi? Mbanya pengalaman ya~ iya, pengalaman banget! ? saya sering kena mom shamming dari pas hamil. Komentar kayak “ih hamil kok perutnya ga keliatan, anaknya kecil tuh” “itu perut ga keliatan, tar anaknya bisa prematur” “itu bayinya ga dipakein gurita tar buncit”, ah dan segudang komen yang bikin pusing yang kalau ditulis bunda bisa cape liatnya. Padahal saya orang yang rutin cek ke dokter dan apa-apa selalu ikut anjuran dokter, tapi komentar yang saya denger mau tidak mau akan tetap membuat saya kepikiran, “apa saya sudah melakukan hal benar, apa benar tidak apa-apa?” dan segudang pikiran lain. Dan terakhir, bagaimanapun metodenya, apapun caranya saya yakin buibu semua ingin yang terbaik buat anaknya. Jadi bagi yang mau komen, dicoba untuk memikirkan, apa ketikan saya tidak akan menyakiti buibu lainnya? Sedikit makan waktu sih, beberapa juga akan bilang “ih ngurusin amat~” yang bagian akhir, semoga itu cuma prasangka saya yang terlalu buruk ahahaha. Dan buat buibu lain yang tengah hamil, menyusui ataupun yang sedang repot ngurus balitanya, selamat menikmati proses menjadi ibu, dan berbahagialah ? karena saya percaya ibu yang bahagia akan menghasilkan anak yang sehat dan berbahagia pula. ♥️

Read more
undefined profile icon
Write a reply