Grup HPL: April 2021 icon

Grup HPL: April 2021

37.2 K following

Feed

Dua Minggu Lulus Menyapih Dengan Cinta

Bismillah, assalamu'alaykum, Bun. Masya Allah. Sudah hampir dua tahun tak terasa. Rasanya baru kemarin cerita pengalaman melahirkan dan MPASI pertama disini. Hari ini saya hendak bercerita tentang pengalaman menyapih Maryam. Baiklah, begini... Sejak Maryam berusia 19 bulan, saya mulai lakukan sounding padanya. "May, sekarang Maryam boleh nenen. Tapi nanti Maryam gak akan nenen lagi. Gapapa?" "Iya." Dia selalu jawab begitu. "May, 5 bulan lagi berhenti nenen ya?" "May, 4 bulan lagi berhenti nenen ya?" Terus begitu, sampai dia tiba di usia 22 bulan. "May, nanti kalau sudah genap usia dua tahun, Maryam gak nenen lagi ya? Dua bulan lagi Maryam dua tahun." Dia masih menjawab, "Iya." Meskipun saya juga yakin dia belum mengerti apa itu dua tahun, apa itu "5 4 3 bulan lagi", tapi mungkin setidaknya dia sudah bersiap-siap kalau suatu saat nanti dia gak akan nenen lagi. Tiba diusianya yang ke 22 bulan, sebenarnya saya berencana saat dia genap 2 tahun baru mau mulai disapih. Kemudian saya mulai bertanya-tanya pada Mama saya dan meminta sarannya via videocall. Ya, saya tinggal jauh di Bekasi, keluarga besar di Bandung, biasanya pulang kalo liburan lebaran. "Olesin lipstik aja PD nya. Bilang ih berdarah. Tar dia ga akan mau." "Olesin pait-paitan aja. Nanti dia ga akan mau lagi." Aduh... rupanya gak sefrekuensi nih. Saya iya iya dulu aja. Tidak langsung menyangkal. Khawatir menyinggung perasaan Mama. Nanti aja saya jelaskan bagaimana menyapih dengan cinta sambil bercerita pengalaman saya setelah lulus menyapih. Karena saya tahu saya dan Mama gak sefrekuensi cara menyapihnya, maka saya memutuskan untuk mulai menyapih Maryam saat ini. Agar mudik lebaran nanti dia sudah lulus disapih. Jadi Kakek Neneknya gak perlu menyaksikan drama menyapih cucunya itu seperti rencana saya sebelumnya. Jadi, target saya adalah dua bulan lagi. Meskipun memang sebenarnya gak boleh pakai target sih. Harus menyesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan anak, tidak memaksa. Jadi saya juga tidak memaksa. Ini hanya target usaha untuk saya. Kalau Maryam butuh waktu lebih dari dua bulan, saya tidak akan menyesalinya. Nah, 11 Februari 2023, adalah hari pertama saya mulai menyapih Maryam. "Ma, nanti kalo videocall jangan bilang-bilang nenen ya. Maryam mulai disapih hari ini." Pesan saya pada Mama melalui chat. Setiap hari sejak hari pertama dibawa suami, saya memang selalu videocall dengan orang tua. Saya sudah berjanji pada diri sendiri kalau sudah menikah saya akan terus menjaga komunikasi dengan mereka. Hari pertama menyapih, hari ini saya akan memberikan Maryam ASI kalau dia minta saja. Biasanya saya suka tawari dia. "May, hari ini Maryam nenennya Umi kurangi sedikit-sedikit gapapa ga?" Kata saya sambil menatap Maryam yang sedang menyusu itu. Dia hanya mengangguk. "Ih, anak pinter. Masya Allah." Saya akan mengapresiasi dia meski hanya anggukan kecil itu. Saya mencatat frekuensi menyusui pada notes hp. Setiap saya selesai menyusui, saya catat, biar ketahuan hari ini saya menyusui berapa kali dalam sehari. Dan saya menargetkan untuk mengurangi satu kali nenen dalam sehari setiap dua hari. Maksudnya begini, tanggal 11 Maryam nen 5x, besoknya masih 5x, lusa 4x, lalu 4x, selanjutnya 3x dan seterusnya. Tapi untuk nenen malam kalau Maryam kebangun, saya masih akan berikan. Lulus gak nenen siang aja dulu, sudah lulus baru pikirin lulus malam tanpa nenen juga. Esoknya, tanggal 12 Februari, hari Ahad, Abinya Maryam mengajak kami jalan-jalan ke Ecopark, Tebet. Maka hari itu, Maryam yang terlalu asyik bermain jadi lupa untuk nenen. Tapi pukul 2 siang, saat kami menunggu pesanan makan siang, Maryam mulai minta. "Maryam laper ya? Gak nenen gapapa? Makan aja ya? Nenennya nanti di rumah ya? Sabar sayang ya? Makan siangnya lagi disiapin." Kata saya. Akhirnya pesanan kami tiba. Kami makan. Maryam yang sudah kenyang, gak minta "jatah" lagi Setiba di rumah sekitar pukul 5 sore, saya beri Maryam nenen sesuai janji di tempat makan tadi. Sambil menyusui, sambil sounding terus. "May, terima kasih ya, hari ini Maryam hebat. Maryam gak nenen seharian loh. Baru sekarang nenen lagi. Ih. Keren sekali anak Umi. Sudah besar ya?" Sejak jauh hari sebelum mulai menyapih, saya suka ajak dia ngobrol. "May, nenen buat siapa?" "Dede bayi." "Maryam dede bayi bukan?" "Bukan." "Bukan? Wah! Masya Allah! Maryam bukan dede bayi lagi?" "Bukaaan." "Kalau gitu, Maryam mau nenen gak?" "Gamau. Nen gamau. Mam ajah." "Masya Allah. Anak Umi udah gak mau nenen, maunya mam aja? Kereeeen. Hebat!" Dia selalu kegirangan tiap ngobrol begitu. Tapi bisa begitu kalau memang lagi gak mau nenen. Kalau lagi mau, ya tetep aja nangis. Hehe. Nah, hari kedua menyapih rupanya Maryam bisa nenen sekali aja. Berarti hari-hari selanjutnya juga harus bisa sekali aja, atau enggak sama sekali. Oiya, soal PD saya juga ternyata masih cukup banyak produksi ASI. Sore itu saya merasa tidak nyaman, PD serasa penuh. Buibu amat paham lah rasanya. Tapi kemudian saya baru nyadar, biasanya gak menyusui beberapa jam aja udah gak nyaman. Hari ini seharian gak menyusui baru gak nyaman. Artinya produksi ASI saya memang berkurang. Hari kedua dan selanjutnya, saya lebih serius ajak Maryam main di rumah. Untuk mengalihkan perhatiannya. Saya ajak dia main rasanya lebih lelah dari biasanya. Di sela bermain, saya ajak ngobrol seperti biasa. "Ih, udah siang ya? Maryam belum nenen loh. Kereeeen! Masya Allah." Alhamdulillah dia bisa nenen sekali saja, padahal target saya dia masih bisa nenen 4x. Beberapa hari berlalu, Maryam berhasil gak nenen seharian selama beberapa hari berturut-turut itu. Saatnya kami naik kelas agar Maryam gak nenen malam juga. Saya mengganti kebiasaan sebelum tidur. Biasanya nenen, kali ini saya ajak cerita. "May, Umi punya cerita bagus. Mau dengar gak?" Saya tidak lupa pasang wajah seekspresif mungkin. Biar dia juga excited dengarnya. "Mau!" Sahutnya. "Kalau gitu Maryam tiduran ya? Ini cerita pengantar tidur." Dia tiduran. Lalu saya bercerita, ngarang aja sih, "Suatu hari, ada anak kecil, sudah makan. Dan sekarang waktunya tidur siang. Lalu tiba-tiba, ada si Raja Ngantuk datang, dia bertanya 'Siapa disini yang mengantuk?', lalu anak kecil itu berkata, 'Aku~' Lalu si Raja Ngantuk berkata 'Kalau gitu, aku akan taburi kedua mata kamu dengan pasir ajaib ya? Agar kamu mengantuk.'" Lalu saya seolah sedang menaburi kedua matanya pasir ajaib, sambil terus mensugestinya, "Lalu anak itu semakin mengantuk, dan mengantuk. Anak itu kemudian berdoa, bismika Allahumma ayha wa bismika aamut. Atas izin Allah, anak itu pun tidur dengan hati bahagia." Tidur deh, dengan hati bahagia. Lalu begitulah kemudian kebiasaan barunya sebelum tidur. Kadang saya yang ceritakan, kadang suami. Untuk nenen malam, kali ini saya mulai kurangi. Siangnya saya ajak Maryam ngobrol — lagi. "May, nanti malam kalau kebangun minum aja ya? Gak nenen gapapa ya?" "Iya." Teruuus aja saya sounding begitu di siang hari. Waktu malam terjadi, Maryam nangis minta nenen. Ditawari minum gak mau. Tapi nangisnya gak lama, beberapa menit saja, akhirnya minta minum lalu tidur. Malam besoknya juga begitu. Dia memang menangis semalam. Tapi dia tidak memaksa. Dia hanya menangis seperti sedih, tapi mau menerima. Saya bisa rasakan perilakunya saat dia saya gendong-gendong. Nangis, meluk, suara tangisannya sendu, gak ngamuk. "Duh... Anak kesayangan Umi sedih ya? Maafin Umi ya, sayang. Maryam sudah bukan dede bayi lagi. Maryam sudah hebat. Gigi Maryam sudah lengkap. Maryam gak butuh nenen lagi. Sekarang Maryam butuhnya makan dan minum. Terima kasih ya, nak, sudah mau berjuang, sabar, menerima. Maryam ini hebaaat sekali. Umi sayang Maryam. Umi sayang Maryam." Lalu saya juga berkali-kali terus mengatakan betapa saya sayang padanya. "May, sekarang udah gak nenen, gak berarti Umi udah gak sayang lagi sama Maryam. Walaupun Maryam gak nenen lagi Umi tetep sayang Maryam. Umi selalu sayang Maryam. Abi juga. Maryam jangan sedih ya?" Sampai hari ini kalau saya tawari nen, dia selalu jawab, "Nen gamau. Mam ajah." Kalau malam kebangun, mintanya minum air putih di gelas. Setelah lulus disapih, saya dan suami juga sepakat untuk memenuhi nutrisinya lewat makanannya, tidak ada susu formula lanjutan untuk dia. Apalagi melalui dot. Saya dan suami tidak pernah memberi Maryam dot atau empeng sejak bayi. Minum langsung belajar pakai gelas. Alhamdulillah Allah mudahkan. Dan makannya pun lebih banyak dari sebelumnya. Dan PD saya juga alhamdulillah gak bengkak, gak sakit, nyaman nyaman aja walaupun gak disusui berhari-hari. Sempat kerasa gak nyaman lagi, lalu saya perah sendiri pakai tangan, setelah itu biasa lagi sampai hari ini. Mungkin seiring berkurangnya frekuensi menyusu, berkurang juga produksi ASInya. Dua minggu berlalu. Alhamdulillah Maryam lulus disapih tanpa drama. :') Terima kasih sudah membaca, bun. Semoga tulisan saya ini bermanfaat. #bantusharing #firstmom #menyapih

Read more
VIP Member
 profile icon
Write a reply
Load More Posts