Seburuk itu Ibu Rumah Tangga?
Ku korbankan karirku demi senyuman malaikat kecilku Saya adalah ibu muda berusia 25 th yang baru saja memiliki seorang puteri berusia 2 bulan. Berawal dari bahagia pernikahan sampai pernah terkena Babyblues Syndrome. Mulai dari kecil saya adalah tipe orang yang ambisius untuk selalu menjadi juara kelas dan bercita cita menjadi seorang guru bahasa Asing yang hebat dan bisa berkeliling dunia . Saya selalu semangat belajar dan berusaha untuk selalu mendapat beasiswa. Akhirnya saya pun bisa kuliah di salah satu kampus ternama di kota saya dengan jurusan Bhs. Asing yang saya impikan. Bahkan sebelum lulus kuliah saya sudah diterima mengajar di beberapa sekolah. Tawaran untuk mengajar dan bekerja di instansi pemerintah pun pernah saya dapatkan. Hingga suatu ketika saya bertemu dengan suami saya sekarang. Kami hanya bertemu sekali dan siDia langsung datang kerumah untuk meminang saya. Saya pun lulus kuliah dengan predikat Cumlaud. Setelah 1 th lulus kuliah saya pun menikah dengan suami saya. Rasanya saya masih ingin melanjutkan pendidikan dan meraih cita cita saya. Usai menikah saya hanya mempertahankan 2 sekolah saja untuk mengajar. Hanya 2 bulan pasca menikah saya harus berhenti dari pekerjaan saya. Saya mendapat kabar bahagia karna saya di nyatakan hamil, tapi di sisi lain kandungan saya tak sekuat para ibu diluar sana. Saya harus bedrest tidak boleh berkendara atau terlalu capek. Saya pun dilema antara harus bahagia atau bersedih. Hingga pada saat suami saya berkata *Berhentilah mengajar, karna anak adalah Amanah* seketika itu hati saya remuk, hancur, lebur jadi satu. Cita cita untuk keliling dunia sudah saya kubur haruskah hobi saya kesenangan batin saya sebagai seorang guru harus berhenti juga sampai disini??? Saya menangis tiada henti, saya pun sempat bertengkar hebat dengan suami saya. Hingga setiap pagi saat suami berangkat ke kantor, saya tidak mengantarnya sepertia biasa, saya hanya melihatnya dari balik jendela kamar sambil menangis. Saya mengalami depresi yang sangat dalam di dalam diri saya dan hal ini terjadi hingga satu bulan lamanya. Lambat laun saya pun mulai menerima keadaan. Saya mulai mencoba untuk menata pikiran saya karna saya tau ini semua tidak baik untuk janin saya. Saya mulai mencoba untuk merasa bahagia. Melakukan aktifitas dan belajar tentang parenting. Walaupun saya masih sering bermimpi saya sedang mengajar dan bercanda bersama para guru dan murid murid saya. Hingga suatu saat, saya merasakan tendangan si kecil untuk pertama kalinya di dalam perut saya. Saya sangat merasa bahagia dan tanpa sadar air mata saya menetes. Saya berkata dalam diri *Nak maafkan bunda yang pernah merasa kecewa karna kehadiranmu, kini bunda berdoa semoga kamu selalu sehat dan kita bisa bertemu* hari demi hari saya lewati dengan bahagia walaupun saya kadang sempat sedih melihat status whatsapp, dan posrtingan di sosial media tentang aktifitas sekolah yang saya tinggalkan. Bahkan beberpa murid saya selalu mengirim pesan untuk saya kembali mengajar. Sampai saatnya tepat tanggal 12 oktober 2019 saya melahirkan puteri kecil saya dengan penuh perjuangan seperti yang pernah saya ceritakan di postingan TAP sebelumnya. Menjadi korban mal praktek anak magang sampai akhirnya di rujuk bahkan suami harus memilih siapa yang harus di selamatkan antara saya dan bayi saya. Takdir Alloh berkata lain, kami berdua bisa selamat. Saya mulai merasakan bahagia menjadi seorang ibu. Hingga saya mendengar kata kata menyakitkan dari orang yang tak bertanggung jawab *Dih, sekolah tinggi tinggi eh ujung ujung nya ternyata hanya jadi ibu rumah tangga* *Anak perempuan pintar itu percuma ya, walaupun dari kecil jadi juara kelas menang lomba ini itu toh gak berguna tetep jadi ibu rumah tangga* *Sarjana tapi gelarnya masuk tong sampah gk guna* Hancuur, remuk, sesak untuk yang kedua kalinya. Muncul lagi semua angan dan mimpi mimpi saya. Saya pun menangis sejadi jadinya. Saya sampai membenci bayi saya, saya hanya menyusuinya sebentar itupun tanpa rasa sayang. Yahhh saya terkena Babyblues Syndrome. Alhamdulillah hal ini hanya terjadi sebentar, tidak berlangsung lama. Saya kembali tersadar, saya melihat mata bayi saya dia mengedipkan mata seolah berbicara kepada saya. Saya pun menangis, saya menyadari kesalahan saya. Rasanya seperti luapan kasih sayang yang selama ini saya pendam keluar meledak hingga sesak sekali rasanya. Saya pun memeluk bayi saya dan meminta maaf pada nya. Saya pun berdamai dengan diri saya. Saya mulai aktif belajar parenting. Mengikuti aktifitas untuk menjadi ibu yang baik. Belajar dan sharing dengan para bunda di dunia nyata dan juga di dunia maya. Aktif di sosial media yang berisi panduan dan pengetahuan tentang parenting dan seputar bayi. Dan saya berkata dalam diri saya. *Pendidikan saya juga penting dan berguna bagi anak saya dan untuk membentuk keluarga saya di masa depan* Jadi resolusi saya di tahun 2020 adalah *Saya ingin menjadi ibu yang lebih baik lagi, yang dapat selalu membuat malaikat kecil saya tersenyum bahagia* Sekali lagi bun. Menjadi ibu rumah tangga bukanlah hal yang buruk bahkan bukan hal yang mudah. Jadi buat para bunda diluar sana yang hanya menjadi ibu rumah tangga, jangan berkecil hati, kita adalah orang yang hebat. Dan bagi para bunda yang bekerja, kalian sungguh luar biasa. Kita semua adalah ibu super, ibu yang hebat dan ibu yang terbaik bagi anak anak kita. ??❤ #Resolusi2020TAP
Mother of A Baby Girl *Yasna Zahira Wiranata*