Bingung Harus Bagaimana
Sejak awal menikah, aku dan suami sudah sepakat bahwa nantinya kalau kita punya anak aku akan berhenti kerja dan jadi full IRT demi anak kami. Tapi nyatanya? Tidak. Singkat cerita, 2 bulan pasca melahirkan aku sudah berencana untuk berhenti bekerja dan suami menyetujui namun ibuku memaksa aku untuk kembali bekerja karena apa? Karena dia tidak mempunyai pemasukan, hanya aku yang bisa diandalkan katanya. Setelah berdiskusi panjang lebar dengan suami akhirnya suami mengijinkan. Dan aku juga berpikir gak mungkin kasih uang ke orangtua pakai uang suami apalagi kalau di luar budget anggaran (soalnya mamaku suka minta uang lebih terus). Lalu, aku sm suami berpikir untuk pindah ke rumah yang lebih besar, awalnya aku takut dan ragu tapi akhirnya ku setuju. Kita membawa kedua orangtuaku dan adikku buat tinggal bersama kami supaya ada yang menjaga anak kami saat kami kerja. Aku pikir pada saat ini aku bisa menggunakan uang gajiku untuk menambah pengeluaran yang bertambah tapi ternyata enggak, mamaku masih terus meminta uang padahal semua kebutuhan sudah kami tanggung karena tinggal bersama. Semula yang hanya menanggung 3 kepala, jadi berubah menanggung 6 kepala. Kebutuhan sehari-hari jadi meningkat 2 kali lipat besarnya bahkan lebih. Suamiku hanya seorang guru dari sekolah berbasis cambridge di Jakarta. Mungkin kalau untuk aku, dia dan anak kami gajinya cukup untuk menyanggupi tapi untuk 6 kepala? Tidak. Jadi setiap malam setelah pulang dari sekolah, dia mengajar di bimbel sampai jam 8 malam, di tambah lagi Sabtu-Minggu dengan mengajar private nya. Apa aku tega melihat suamiku bekerja begitu kerasnya? Tidak. Jadi aku berusaha mencari kerjaan freelance dan setiap dapat, selalu uangnya diminta ibuku seakan-akan aku punya hutang padanya. Padahal niatnya uang itu buat tambahan pemasukan untuk kebutuhan sehari-hari. Masalah bukan hanya pada materi. Aku dan suami gak suka dengan cara parenting orangtuaku. Sangat berbeda jauh dengan cara parenting kita. Pernah ku tegur karena caranya salah tapi mereka malah mengelak. Apalagi anakku sering dikasih screen time seperti nonton TV atau nonton YouTube padahal aku hanya membolehkan anak menonton TV kalau aku sedang sibuk. Dan nonton YouTube gak pernah. Sudah ku tegur soal itu, tapi masih mengelak juga dengan alasan anak jaman dulu juga banyak yang suka nonton TV tapi gak kenapa-kenapa. Belum lagi soal feeding rules, sleep training dllnya. Pokoknya semua tidak sesuai dengan aku dan suami. Oh iyaa, ayahku sudah tidak bekerja karena stroke ringan. Ibuku memang tidak punya penghasilan dan hanya mengandalkan penghasilan dari ayahku saja. Adikku? Dia masih kuliah dan sama sekali tidak mau membantu untuk mencari kerja part-time. Padahal dulu pas aku kuliah, aku bisa sambil kerja part-time atau freelance. Semenjak mereka pindah ke rumah kami, rumah orangtuaku dijual dan sebagian uangnya buat biaya kuliah dan sisanya masuk deposito buat beli rumah lagi nanti. Aku bingung apa yang harus ku lakukan. Aku merasa stress sendiri ketika berada di rumahku sendiri. Karena ya ibuku selalu mengomentari apapun yang ku lakukan. Dari mulai masakan sampai urusan bersih-bersih rumah. Bukankah ini rumahku? Dan aku bebas memilih apa yang aku suka? Belum lagi adikku yang suka bawa teman-temannya main ke rumah dan berisiknya bukan main. Kadang pas suami libur dan waktunya dia istirahat, adikku malah membawa temannya ke rumah dan ya ketawa ketawa haha hihi jadi membuat suamiku gak bisa istirahat. Aku sempet ada pikiran untuk pindah ke rumah yang lebih kecil yang muat untuk kita bertiga aja apalagi suami sudah daftar S2, otomatis pengeluaran bertambah dan pemasukan berkurang tapi bukannya itu kayak ngusir orangtua secara halus? Aku bingung harus gimana. Mustahil bagiku untuk meminta suami menunda S2 nya karena itu mimpi dia bahkan sebelum menikah dia sudah menjelaskan itu. Aku pun gak enak sama mertuaku karena selama ini mereka yang lebih suka mengirim uang ke kami (suamiku anak tunggal). Suamiku juga cerita dia juga suka gak enak sama orangtuanya karena sebagai anak tunggal, dia sekarang udah jarang kirim uang ke orangtuanya sendiri. Itu juga yang bikin aku makin sedih. Terimakasih untuk moms yang sudah membaca ceritaku yang berantakan ini.
Menantikan saat menjadi ibu