PEREMPUAN MULTIPERAN

Ibu Rumah Tangga atau Bekerja? Kalau kata Najwa Shihab, "Kenapa perempuan harus memilih? Bukankah kita bisa mendapatkan keduanya?" Ibu selalu bilang bahwa seorang wanita harus bekerja. Dan saya baru benar-benar merasakan apa maksud dari nasihat tersebut saat menikah. Bukan hanya sebatas soal kemandirian, tapi lebih dari itu... Saat kuliah, saya aktif di organisasi kemahasiswaan. Saya biasanya dimasukkan ke divisi kewirausahaan atau dana usaha. Yang di jaman kuliah aktif ikut organisasi pasti tau divisi ini kerjanya ngapainšŸ¤£ Cari duwit donk pastinyašŸ˜‚ Rasanya bersyukur banget sih ikut divisi ini.. Selain belajar bekerja sama dalam tim dan bersosialisasi tapi juga jadi paham gimana pentingnya kerja keras dalam mencari uang. Setelah lulus kuliah, sembari menunggu panggilan kerja, saya kerja serabutan. Kerjakan saja apa yang bisa dikerjakan, gaesss... Lumayan penghasilannya bisa buat ditabung. Kemudian saya bekerja di Bank milik Pemerintah Daerah. 6 bulan bekerja disana, saya menikah. Lalu resmi resign di kehamilan kedua saat usia kandungan genap 3 bulan. Kenapa resign? Di kehamilan pertama, saya melahirkan bayi kembar prematur di usia kandungan 27 minggu. Mereka meninggal di usianya yang masih 7 dan 2 hari. Hal ini sangat membuat saya trauma.. Lalu memutuskan resign saat hamil kedua. Setelah resign, saya menjadi IRT tanpa penghasilan sampai anak berusia 2 tahun. Selanjutnya, saya mulai membuka usaha di rumah. Melayani delivery order juga di pagi dan sore hari. Selama hamil tidak bisa bekerja karena kandungan lemah. Ketika anak lahir, saya jadi berfikiran bahwa sepertinya tidak akan bisa bekerja sambil urus anak karena berbagai kesibukan saya mengurus rumah dan anak. Sampai-sampai saya lupa mengurus diri saya sendiri hingga pada akhirnya memahami apa arti "Love Yourself" yang sebenarnya dimana penjelasannya akan diupdate nanti. Tepatnya setelah diet saya berhasilšŸ¤­ Rutinitas sebagai IRT benar-benar membuat lelah fisik dan mental. Yang dulunya beranggapan bahwa bekerja akan menambah beban ternyata justru memperingannya. Bertemu banyak orang dengan berbagai katakternya. Bersosialisasi... Relasi semakin banyak. Seolah memberi warna yang berbeda di setiap harinyašŸŒ Apalagi dengan memiliki penghasilan sendiri jadi bebas membeli apapun yang saya mau. Meskipun semua penghasilan suami masuk ke rekening pribadi saya tapi tetep aja paling enak pegang uang hasil jerih payah sendiri. Lebih santai aja gitu kalau mau beli sesuatu.. Lha wong duwit duwit sendiri ya kan? šŸ˜„ Walaupun saya pegang semua uang suami dan bahkan punya penghasilan sendiri pun tetap ketika akan mengeluarkan uang, saya komunikasikan ke suami. Bagi kami, keterbukaan soal keuangan rumah tangga sangat penting. Selain untuk menjalin komunikasi yang baik, juga berkaitan dengan management keuangan. Beruntungnya, saya cukup ahli mengatur keuangan rumah tangga #eeeaaaaa Meskipun bisnis suami lagi bagus bagusnya tapi tetap ga asal keluarin uang. Tetap saya manage dengan baik... Dan ini salah satu yang membuat kami tetap survive saat bisnis suami lagi down kala itu. Selain itu, dengan saya memiliki penghasilan sendiri cukup membantu dalam kondisi tersebut. Karena dulu yang saya rasakan, ucapan semangat tak cukup jika tidak diimbangi dengan bantuan yang nyata. Dunia tidak akan berhenti berputar menunggu bisnis suami stabil kembali. Jarum jam tetap akan bergerak dengan segala kebutuhannya yang harus terpenuhi. Dalam situasi seperti ini, penghasilan dari bisnis saya yang meskipun angkanya jauh di bawah suami tetap benar-benar cukup membantu. Semua kebutuhan tiap harinya tetap juga dapat terpenuhi. Jadi kami ga pusing-pusing banget lah, terutama Pak Suami. Pikirannya juga ga terlalu kalut.. Pelajaran yang dapat diambil, yaitu "Jangan menunggu jatuh dulu untuk memulai sesuatu" Beruntung, saya sudah menyadari hal ini sebelum roda kehidupan saya berada di bawah. Bagaimana jika terjadi saat saya masih belum memiliki penghasilan sama sekali? Yang jelas situasi akan menjadi sangat rumit. Ga kebayang jika saya baru memulai bisnis saat lagi jatuh. Untuk yang punya usaha pasti tau gimana jatuh bangunnya dalam memulainya. Apalagi pas udah jatuh baru mulai. Sudah pusing mikir keuangan, rasanya cukup was-was juga menggunakan uang yang tersisa untuk memulai usaha. Karena memulai suatu usaha seperti kita melempar sebuah dadu. Makanya akan ada banyak pertimbangan saat akan melangkah. Beruntungnya lagi, saya memiliki teladan yang baik saat dalam kondisi tersulit sekalipun, yaitu orang tua. Dulu orang tua saya saat lagi kesusahan, ga banyak ngeluh tapi perbanyak usaha. Jalan keluar pasti ada selama mau berusaha. Kalau saya ngeluh terus dan ga mau bersusah payah ya gimana bisa keluar dari permasalahan kan.. Semua peluang itu ada asal mau bekerja keras mendapatkannya. Mimpi buruk hanya akan terjadi saat kita masih tertidur dan baru akan hilang jika kita sudah kembali bangun. Permasalahan tidak akan berakhir jika tetap duduk diam. Percaya bahwa diri ini mampu melewatinya. Jadi, kini saat saya dihadapkan dalam sebuah pilihan untuk menjadi Ibu Rumah Tangga atau Bekerja? Saya akan memilih keduanya karena saya percaya bahwa diri saya mampu untuk melakukannya. Sebelum mengakhirinya, saya ingin menyampaikan bahwa kita memiliki jalan kehidupan yang berbeda dan segala yang saya tulis di atas berdasar pengalaman saya. Semua orang memiliki kebebasan untuk memutuskan sesuatu dalam hidup. Dan semoga keputusan tersebut adalah keputusan terbaik. Sekian yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaatā¤ https://hestidinnio.com/perempuan-multiperan/

PEREMPUAN MULTIPERAN
3 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan
TapFluencer

setuju banget sama tulisan ini bun... saya merasakan sendiri, punya kesibukan/kerjaan diluar urusan rumah, anak dan suami.. bukan nambahin capek sama mumet, tapi justru membuat semuanya terasa ringan dijalani.. bisa buat hiburan.. ketemu banyak orang.. saya Alhamdulillah, juga mengalami gimana rasanya jatuh bangun soal ekonomi. beruntungnya, suami dan saya ngerintis usaha jual tanaman hias dimulai sambik jalan.. ada uang lebih, buat beli bibitan.. karena kita sama2 hobi berkebun. enggak kerasa sampai bisa buka kios tanaman hias kecil2an dirumah. disitu Alhamdulillah, suami dapat kerja. tapi saya kekeh enggak mau ngelepas usaha yg udah jadi ini.. walaupun suami kasihan sama saya ngebayangin gimana repotnya ngurus kebun dan trio bocil. Alhamdulillah makin berkembang usaha saya, sampai masa kerja suami sekarang habis.. nganggur lagi.. šŸ˜… kita jadi enggak bingung, karena masih ada usaha yg kita rintis sama2

Baca lagi
2y ago

Dan yang paling kerasa itu pas ekonomi lagi jatuh ya Bun.. Ga pusing pusing banget lah karena masih ada saya yang juga punya penghasilanšŸ¤—

TapFluencer

Menurut saya, semuanya insya Allah akan terasa lebih ringan jika kita bisa menikmati dan mensyukuri apa yang kita miliki. Jadi bukan hanya soal apakah berpenghasilan atau tidak, bekerja atau tidak, dll, tapi adalah soal apakah kita bisa menikmati dan mensyukuri yang dimiliki saat ini. Ini yang saya rasakan dari proses dan pengalaman hidup yang saya miliki. Saya dulu juga berkarir, tapi kini telah menjadi IRT full tanpa penghasilan šŸ˜ Kembali berkarir sudah tidak lagi menjadi opsi bagi saya hingga saat ini, karena pekerjaan saya di rumah jauh lebih penting. Kebetulan anak saya 2, yang ke 2 berkebutuhan khusus, maka tanggung jawab saya jalankan tanggung jawab utama saya saat ini šŸ˜Š Semangat, Bun. Semoga semua bisnis atau usaha Bunda lancar dan berkah yaah šŸ¤—

Baca lagi

menurut saya bebas aja sih mau ambil berapa peran. yang penting yang menjalani enjoy aja ā˜ŗā˜ŗ

aku kerja dan sekaligus IRT