Patah hati yang sesungguhnya

Halo bunda Disini saya hanya ingin berbagi pengalaman yang begitu pahit, yang mungkin bisa jadi pelajaran berharga untuk saya sendiri atau juga buat bunda2 disini Seminggu sudah berlalu, pada hari minggu 26 juni kemaren, anak saya meninggalkan saya untuk selamanya, meninggalkan luka yang sangat amat dalam, yang tidak pernah saya sangka sebelum nya, sampai saat ini, hati saya masih sangat hancur, saya tau kalo ini kehendak dan takdir yang di atas, tapi entah kenapa, sangat sulit untuk menerimanya Dia adalah anak yang ceria, aktif, dan tidak pernah terlihat sakit, bahkan sebelum berangkat ke rs, dia masih lari2 mengambil sandal nya sendiri, dan triak2 menangis, minta agar segera pergi Sebelum memutuskan ke rs, anak saya mengalami batuk, tidak sering, hanya saja kalo malam, saya lihat nafas nya terlihat berat, dan saat itu, memang semua anggota keluarga mengalami batuk yang sama. Setelah dua malam nafas nya terlihat berat, besok pagi nya saya memutuskan untuk pergi ke dokter, dan dokter bilang, hasilnya bagus, anak saya tdk mengalami gejala sesak nafas, bahkan setelah saya bilang, kalo malam ketika mau tidur, nafas nya terlihat berat, dokter tetap menjawab, semua baik2 saja, mungkin saja susah bernafas dari hidung saja, karna memang lagi bapil Disitu saya berusaha percaya kepada dokter, walaupun sebenarnya hati saya masih sangat khawatir, dua malam setelah nya, saya memutuskan untuk ke puskesmas meminta rujukan ke rs, sampai nya di puskesmas, di suruh langsuk masuk rs lewat jalur ugd saja, walaupun hasil pemeriksaan di puskesmas, jg tdk terlihat sesak nafas, dan saturasi oksigen pun normal Saya pun membawa anak saya ke ugd, sampai nya di ugd, saya di tanya, anak nya kenapa, saya jawab apa ada nya, kalo anak saya, terlihat susah bernafas di malam hari, bahkan sempat saya hitung nafas nya begitu cepat, sampe 70 kali permenit, perawat langsung cek saturasi oksigen, dan hasil nya normal, dan saat itu anak saya jg tdk terlihat sesak nafas. Dokter memutuskan untuk rawat inap, agar bisa di observasi, setelah itu, anak saya di haruskan rontgen, cek darah, swab dll. Saya mengikuti semua arahan dokter, sampe masuk ruang ranap, anak saya terlihat bernafas lebih cepat, tapi setiap suster mengecek keaadaan anak saya, dia bilang normal Malam pun tiba, nafas anak saya terlihat semakin berat, saya panggil suster, tetap mereka bilang, saturasi oksigen nya normal, saya bilang nafas nya cepat, mereka cuma bilang, nanti saya tanyakan dokter nya Beberapa saat berlalu, dokter jaga pun datang, saya sengaja membuka baju anak saya, agar dokter bisa melihat tarikan nafas anak saya, dokter pun melihat, dan langsung berlari ke arah anak saya tertidur, dokter mengatakan, ini tuh darurat, kenapa gk bilang dari tadi, saya mengatakan, bahwa saya sudah berkali2 panggil perawat, dan perawat tetep bilang normal. Setelah itu, anak saya di pasangkan oksigen dan di haruskan berpuasa Sampe pagi tiba, DSA yang menangani anak saya pun datang, saya bertanya penyakit apa yang di derita anak say, dokter tdk menjelaskan karna dia terlihat sangat buru2, saya pun bertanya, apa sudah boleh di beri minum, dokter bilang boleh lah sedikit2, dengan hati2 Sore hari nya, dokter datang lagi untuk memeriksa anak saya, masih sama dengan sebelumnya, dokter tdk sempat untuk menjelaskan kondisi anak saya, tapi setelah itu, saya bertanya kepada suster, kapan saya bisa mengetahui, hasil pemeriksaan anak saya, perawat bilang, datang saja ke ruang perawat Saya pun langsung bergegas ke ruang perawat, disitu perawat hanya bisa menjelaskan, kalo anak saya terkena radang paru2. Saya tanya penyebabnya apa, perawat menjawab, mungkin karna asap roko, bisa akibat bakteri, virus, jamur atau yang lainya. Perawat bilang saya tdk bisa menjelaskan secara ditel, karna bukan wewenang nya Saat akan datang sholat magrib, ada satu perawat yang memeriksa keadaan anak saya, dia terlihat begitu cemas, dia pun menyarankan untuk berpindah ruangan agar lebih dekat dengan tempat dia berjaga, saya pun setuju. Saya minta untuk saya bisa sholat magrib terlebih dahulu sebelum nya Setelah sholat magrib, anak saya pun di pindahkan ruanganya, perawat pun menelpon dokter yang menangani anak saya, di situ anak saya di uap, tapi anak saya berontak, karna tidak mau, dia sampe menarik2 baju dan kerudung saya, mencakar wajah saya, tapi tetap di paksa karna memang saya ingin dia cepat sembuh Tapi setelah menjalani uap, anak saya terlihat kecapean, setelah berontak, dia terlihat lemas, tapi kondisi nya kembali lg seperti biasa, hanya saja suhu badanya agk sedikit naik, perawat terlihat panik, dan meminta saya untuk menandatangani surat, kalo anak saya akan di pindahkan ke ruang icu, dan suster bilang, kalo terjadi sesuatu, saya tdk boleh menyalahkan pihak rumah sakit. Saya pun setuju Disitu hati saya sangat kacau, saya tdk tau, kenapa, harus ke icu, karna anak saya terlihat baik2 saja. Sesampai nya di icu, anak saya di pasangkan berbagai alat yang saya tdk tau alat apa saja. Tapi setelah kembali di beri uap, anak saya jg berontak kembli, dia tdk mau, setelah itu, anak saya terlihat lemas, bibir dan kuku nya mendadak membiru, semua suster yang ada di ruangan pun terlihat panik, begitu pun saya, say hanya bisa nangis berjerit2 melihat anak saya Perawat pun menelpon dokter jaga, dokter pun memutuskan anak saya harus di belah kakinya, untuk memasukan infus agar bisa memasukan obat sesak nafas, karna suster bilang infus nya tdk jalan. Tapi setelah semua persiapan kaki saya di belah, ada satu perawat yang bilang kalo infus nya jalan. Dan tiba2 saya lihat di monitor, semua angka turun ke angka 0 Setelah itu saya dan suami di suruh tunggu di luar ruangan, karna memang kondisi saya saat itu sangat kacau, saya terus2an menangis histeris. Setelah beberapa saat perawat keluar ruangan, dan bilang, barangkali bapak mau do,a in dede nya, kami sedang berusaha semampu kami, saya memaksa ingin masuk, dan saya bertanya ada apa, perawat berbisik ke telinga saya, dia bilang, "saya akan kasih tau, tapi ibu harus tenang, tdk boleh histeris, anak ibu henti nafas dan henti jantung, kami semua sedang berusaha semampu kami" Disitu saya memaksa masuk dan menguatkan diri untuk menahan tangis, dokter bilang, ini sedang di coba di beri rangsangan, dan dilakukan penyedotan dari paru2. Jg memacu jantung anak saya. Kalo pun berhasil kondisi anak saya masih akan sangat kritis Disitu saya hanya bisa mengajak anak saya untuk bangun, dan terus mengajak nya, tiba2 mata anak saya melirik kearah saya, dan mengeluarkan suara euh. Setelah itu, denyut jantung dan nafas kembali naik, saya dan semua yang ada di ruangan pun seperti diberi harapan dan semangat Tapi setelah beberapa saat, denyut jantung dan nafas nya, kembali di angka 0. Suster pun menyorot mata anak saya, dokter memeriksa anak saya, dan anak saya di nyatakan meninggal di usia nya 14 bulan. Dan setetah itu dokter baru menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada suami, karna saat itu memang saya tidak sadarkan diri, suami bilang, kalo anak saya terkena radang paru2 atau pneumonia, paru2 anak saya bengkak, paru2 berisi darah, dan sakit anak saya sudah parah, tapi baru di ketahui, karna memang anak saya tdk menunjukan seperti anak yang sedang sakit. Saya menulis ini dengan deraian air mata, saya harus berusaha ikhlas dengan takdir ini, walaupun rasanya belum sanggup untuk menerima semua ini. Saya harap pengalaman saya, bisa menjadi pelajaran untuk semua orang tua, agar bisa lebih memperhatikan kesehatan anak, karna seperti anak saya yang terlihat baik2 saja, masih bermain dengan ceria, bahkan dokter pun bilang semua baik2 saja. Ternyata ada penyakit yang bersembunyi, yang sulit untuk dilihat oleh mata luar.

5 Tanggapan
 profile icon
Tulis tanggapan

innalilahi.... semoga diberi kesabaran ya bunda... semoga keluarga lain juga segera diberi kesembuhan dari sakitnya